Showing posts sorted by date for query kepercayaan-animisme-dan-dinamisme-pada. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query kepercayaan-animisme-dan-dinamisme-pada. Sort by relevance Show all posts

Rangkuman Bahan Antropologi Sma Kelas 12 Semester 1/2

Rangkuman/ringkasan Materi Pelajaran Antropologi Sekolah Menengan Atas Kelas 12 Semester 1/2 - Untuk mempermudah dalam memahami materi pelajaran antropologi di kelas XII ini maka kalian sanggup menciptakan sebuah catatan singkat atau rangkuman.
ringkasan Materi Pelajaran Antropologi Sekolah Menengan Atas Kelas  Rangkuman Materi Antropologi Sekolah Menengan Atas Kelas 12 Semester 1/2
Rangkuman Materi Antropologi Kelas 12 SMA - Bagi yang belum sempat untuk menciptakan rangkuman berikut ini saya bagikan sebuah rangkuman materi pelajaran antropologi semester 1 dan 2 secara lengkap.
Bab 1. PERKEMBANGAN SENI DI INDONESIA
  • Seni merupakan bab dari kebuda- yaan universal pada suatu masyara- kat/suku bangsa.
  • Seni sanggup dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni rupa dan seni suara.
  • Seni rupa dibedakan menjadi empat, yaitu seni patung, seni relief, seni lukis, dan seni rias.
  • Seni bunyi dibedakan menjadi tiga, yaitu seni vokal, seni instrumentalia, dan seni sastra.
  • Gabungan seni rupa, seni vokal, dan seni instrumentalia menghasilkan seni tari.
  • Paduan antara seni rupa dan seni bunyi menghasilkan seni drama.
  • Seni drama sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu seni drama tradisional dan seni drama modern.
  • Penyajian bidang seni, baik secara lepas maupun terintegrasi membentuk suatu seni pertunjukan.
  • Sejak zaman prasejarah hingga se- karang perkembangan seni di Indonesia  mengalami kemajuan.
  • Perkembangan seni di Indonesia tidak terlepas dari banyak sekali efek antara lain: efek kebudayaan Hindu – Buddha, efek  kebudayaan Islam, dan efek kebudayaan Eropa.
  • Perkembangan seni di Indonesia meliputi seni lukis, patung, ba- ngunan dan pertunjukan.
  • Indonesia merupakan negara yang penduduknya multikultural.
  • Setiap suku bangsa di Indonesia me- miliki kesenian khas yang meliputi seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan yang kalau dikembangkan bisa menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi.
  • Dalam bidang seni rupa setiap suku bangsa mempunyai keunikan mengenai seni banguan, seni kerajinan, dan pakaian budpekerti yang khas.
  • Dalam bidang seni sastra setiap tempat mempunyai kesusastraan yang merupakan warisan dari nenek moyang.
  • Dalam bidang seni pertunjukan meliputi tentang: seni tari, seni musik, dan seni teater tradisional.
  • Perlu adanya keseimbangan yang serasi antara pelaku seni, hasil karya seni, dan masyarakat untuk mewujudkan kelestarian dan perkembangan bidang seni.
  • Indonesia mengandung potensi seni yang perlu digali dan dikembangkan.
  • Pengembangan potensi seni yang ada berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bab 2. AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
  • Agama/religi merupakan pedoman hi- dup insan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
  • Ditinjau dari sumber asalnya, agama dibedakan menjadi dua, yaitu agama alam (natural religion) ialah agama yang diciptakan manusia, dan agama wahyu (revealed religion) ialah agama yang diturunkan oleh Tuhan kepada Rasul-Nya (utusan-Nya) dengan diberi wahyu untuk disampaikan kepada manusia.
  • Agama alam (natural religion) ini dalam kehidupan masyarakat proto sejarah yang kebudayaannya masih tergolong primitif diwujudkan dalam bentuk:
    • Fetishisme ialah bentuk religi yang didasarkan pada keyakinan akan adanya jiwa atau roh dalam benda-benda tertentu. 
    • Animisme ialah bentuk religi yang didasarkan pada keyakinan bah- wa alam sekitar insan berdiam banyak sekali macam roh. 
    • Animatisme ialah bukan merupakan bentuk religi namun merupakan sistem keyakinan bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan di sekeliling insan mempunyai jiwa dan bisa berpikir menyerupai manusia. 
    • Pre animisme ialah bentuk religi yang menurut pada kepercaya-an kepada kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa dan terdiri atas aktivitas-aktivitas religius yang berpedoman kepada keyakinan tersebut. Kepercayaan ini juga sering disebut sebagai dinamisme
    • Totemisme ialah bentuk religi yang ada dalam masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok korelasi yang unilineal, dan menurut keyakinan bahwa kelompok-kelompok unilineal tadi masing-masing berasal dari dewa- ilahi nenek moyang mereka. 
    • Polytheisme ialah bentuk religi yang menurut keyakinan ke- pada satu sistem yang luas dari dewa-dewa dan terdiri atas upacara- upacara guna memuja dewa-dewa tadi.
  • Komponen agama meliputi: 
    • emosi keagamaan; 
    • sistem kepercayaan; 
    • sistem upacara keagamaan; 
    • kelompok keagamaan.
  • Agama mengandung tiga inti pokok dasar sebagai berikut. (Iman – Ibadat (liturgi) – Akhlak)
  • Bangsa Indonesia semenjak zaman proto sejarah (purba) telah mengenal keyakinan yang merupakan bentuk agama asli, sebelum mengenal agama wahyu.
  • Misal agama orisinil orang Nias disebut Pelbegu, agama orisinil orang dayak disebut Kaharingan, dan lain-lain.
  • Agama yang pertama kali dikenal bangsa Indonesia ialah agama Hindu.
  • Penyebaran agama-agama di Indone- sia dilakukan oleh kaum brahmana, kaum pedagang, zending, dan misionaris.
  • Fungsi agama bagi kehidupan insan sebagai berikut. 
    • Untuk membantu insan menemu- kan identitas moral. 
    • Untuk membantu insan mengatasi banyak sekali bentuk permasalahan hidup. 
    • Membantu insan meningkatkan kehidupan sosial dan kohesi sosial.
Bab 3. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
  • Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bab dari unsur-unsur kebudayaan universal.
  • Ruang lingkup pengetahuan suatu suku bangsa berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut. 
    • 1. Alam sekitarnya. 
    • 2. Alam tanaman di tempat tempat ting- galnya. 
    • 3. Alam fauna di tempat tempat ting- galnya. 
    • 4. Zat-zat, materi mentah, dan benda- benda dalam lingkungannya. 
    • 5. Tubuh manusia. 
    • 6. Sifat-sifat dan tingkah laris sesama manusia. 
    • 7. Ruang dan waktu.
  • Teknologi muncul dalam bentuk: 
    • – cara-cara insan melakukan mata pencaharian hidup; 
    • – cara-cara insan mengorganisasi masyarakat; 
    • – cara-cara insan mengekspresikan rasa keindahan  dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
  • Perkembangan teknologi  berawal dari teknologi tradisional. Teknologi tradisional berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut. 
    • 1. Alat-alat produktif. 
    • 2. Senjata. 
    • 3. Wadah. 
    • 4. Alat-alat menyalakan api. 
    • 5. Makanan, minuman, dan jamu-jamuan.
    • 6. Pakaian dan perhiasan. 
    • 7. Tempat berlindung dan perumahan. 
    • 8. Alat-alat transportasi.
  • Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu diikuti dengan ditemukannya banyak sekali teknologi canggih. Penemuan teknologi canggih telah menjadikan perubahan contoh kebudayaan insan dalam banyak sekali segi.
  • Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dari generasi ke generasi berikutnya dilakukan melalui media: (keluarga, masyarakat, organisasi sosial, dan media massa).
  • Faktor-faktor yang menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut. 
    • 1. Adanya kendala budaya berupa perbedaan persepsi dan sudut pandang. 
    • 2. Sikap tradisional yang berprasangka jelek terhadap segala sesuatu yang baru/berasal dari luar masyarakatnya. 
    • 3. Sikap etnosentrisme. 
    • 4. Rendahnya etos kerja.
Bab 4. STUDI ETNOGRAFI 
  • Studi etnografi sanggup dilakukan dengan urutan sebagai berikut. 
    • 1. Menentukan lokasi penelitian. 
    • 2. Menyusun kerangka penelitian. 
    • 3. Menentukan metodologi penelitian. 
    • 4. Melaksanakan penelitian. 
    • 5. Menyusun laporan. 
    • 6. Mengomunikasikan hasil penelitian. 
    • Metode penelitian etnografi yang utama ialah metode observasi dan metode interview.
  • Teknik penerapan metode observasi sebagai berikut. 
    • 1. Teknik observasi partisipan-non- partisipan. 
    • 2. Teknik observasi sistematik-non- sistematik 
    • 3. Teknik observasi eksperimental- noneksperimental
  • Alat observasi meliputi catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala, daftar pengamatan (check list), skala pengukur (rating scale), dan peralatan penunjang (mechanical devices).
  • Hal-hal yang perlu dikuasai oleh peneliti dalam pelaksanaan metode interview sebagai berikut. 
    • 1. Menyusun pertanyaan-pertanyaan pembukaan. 
    • 2. Gaya bicara. 
    • 3. Nada dan irama dalam berbicara. 
    • 4. Sikap bertanya. 
    • 5. Mengadakan paraphrase. 
    • 6. Mengadakan prodding dan probing. 
    • 7. Mengadakan pencatatan. 
    • 8. Menilai jawaban.
  • Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam melakukan metode interview sebagai berikut.
    • 1. Menentukan orang yang hendak  di interview. 
    • 2. Mengatur waktu dan tempat interview. 
    • 3. Membuat pedoman interview. 
    • 4. Melaksanakan interview.
  • Teknik-teknik yang sanggup dipergunakan dalam melakukan metode interview sebagai berikut. 
    • 1. Interview terpimpin 
    • 2. Interview tak terpimpin 
    • 3. Interview bebas-terpimpin 
  • Menurut jumlah interview, proses interview sanggup dibedakan dalam: interview eksklusif dan interview kelompok.
  • Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan penelitian etnografi ialah sebagai berikut. 
    • 1. Menentukan lokasi penelitian. 
    • 2. Menentukan metode pengumpulan data. 
    • 3. Menyusun kerangka penelitian. 
    • 4. Melaksanakan penelitian. 
    • 5. Menyusun pelaporan. 
    • 6. Mempresentasikan hasil pelaporan.
  • Format penyusunan laporan penelitian sebagai berikut. 
  • – Bagian awal, berisi: 
    • 1. Halaman Judul 
    • 2. Halaman Kata Pengantar 
    • 3. Halaman Daftar Isi 
    • 4. Halaman Daftar Tabel (jika ada) 
    • 5. Halaman Daftar Gambar (jika ada) 
    • 6. Halaman Lampiran (jika ada)
  • – Bagian inti, berisi: 
    • 1. Latar Belakang Masalah 
    • 2. Tujuan Penelitian 
    • 3. Penelaahan kepustakaan 
    • 4. Hipotesis 
    • 5. Metodologi 
    • 6. Hasil pengumpulan data 
    • 7. Interpretasi hasil pengolahan data
  • – Bagian akhir, berisi: 
    • 1. Daftar Kepustakaan 
    • 2. Lampiran-lampiran (jika ada)
  • Hasil laporan penelitian sanggup berbentuk makalah, kertas kerja, gambar hasil dokumentasi, dan artikel.
Lihat juga : Rangkuman Materi Biologi Kelas 12 SMA
Semoga rangkuman atau ringkasan materi antropologi untuk Sekolah Menengan Atas kelas 12 sanggup memperlihatkan manfaat bagi penerima didik dan pendidik. Selamat berguru biar sukses.

Sumber https://www.bukupaket.com/

Tradisi Islam Nusantara (Seni Budaya Lokal Dan Tradisi Upacara Islam Di Nusantara)

Seni Budaya Lokal sebagai Bagian dari Tradisi Islam
    Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia bukan sebuah proses yang sekali jadi. Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia memerlukan tahap berliku dan waktu yang lama. Jalan berliku, rumit, dan panjang harus dilalui sampai hasilnya Islam sanggup berkembang dengan pesat di Nusantara. Islam di Indonesia dalam proses perkembangaannya sanggup berinteraksi dengan masyarakat dalam banyak sekali aspek kehidupan. Misalnya, kehidupan ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum, dan banyak sekali aspek lainnya.
    Interaksi Islam dengan masyarakat melahirkan kebudayaan dan tradisitradisi yang bernapaskan Islam. Kebudayaan sanggup diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia. Kebudayaan mempunyai arti yang luas bukan hanya terpaku pada bidang seni, tetapi banyak sekali aspek kehidupan. Kebudayaan lokal sanggup diartikan dengan kebudayaan yang bersifat lokal dan berkembang di banyak sekali tempat dalam wilayah Nusantara. Oleh lantaran bersifat lokal, kebudayaan tersebut mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh tempat lain. Luasnya wilayah Nusantara menjadikan budaya lokal yang berkembang di banyak sekali tempat sangat beragam.
    Budaya lokal yang ada di banyak sekali tempat Nusantara dalam perjalanannya akan bersentuhan dengan unsur-unsur luar. Misalnya kebudayaan animisme, dinamisme, Hindu, Buddha, dan Islam. Unsur dari luar tersebut memperlihatkan warna dan sentuhan-sentuhan pada budaya lokal. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebelum agama Islam masuk, penduduk Nusantara mempercayai animisme dan dinamisme. Mereka menyembah pohon-pohon besar, roh nenek moyang, benda-benda tertentu yang dianggap keramat, dan beberapa benda lain. Kebiasaan tersebut semakin kental dengan masuknya agama Hindu dan Buddha ke tanah air.
    Masuknya Islam ke Nusantara menjadikan kepercayaan animisme dan dinamisme lambat laun memudar. Kebiasaan-kebiasaan tersebut mulai sirna dengan masuknya Islam yang mengajarkan bahwa hanya Allah Swt. yang berhak untuk disembah. Seiring dengan memudarnya kebiasaan-kebiasaan tersebut, Islam yang telah dipeluk oleh penduduk berinteraksi dengan kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan Islam. Dengan demikian, kebudayaan Islam merupakan kebudayaan yang bernapaskan atau memuat nilai-nilai pedoman Islam.
    Aspek kebudayaan telah banyak terpengaruh oleh masuknya Islam ke Indonesia. Salah satunya yaitu bidang seni. Sentuhan budaya lokal dengan Islam telah melahirkan bentuk seni gres yang mempunyai kekhasan. Beberapa seni budaya lokal yang telah ada sebelum masuknya Islam menerima efek Islam. Seni gres tersebut selain berfungsi sebagai lisan keagamaan juga sebagai lisan budaya. Ada banyak seni budaya lokal yang mendapatkan banyak efek dari Islam. Salah satu buktinya yaitu gamelan di Jawa yang bunyinya berbeda dengan gamelan di Bali. Gamelan Jawa terdengar lebih pelan dan lembut. Hal ini disebabkan oleh efek Islam. Para wali yang berbagi Islam di Jawa mengakomodasi budaya lokal dengan sentuhan-sentuhan Islam. Gamelan di Bali dipergunakan sebagai iringan untuk persembahan kepada ilahi sehingga irama dan alunannya terdengar lebih cepat. Gamelan Jawa terdengar lebih lembut dan pelan sehingga pendengarnya sanggup bertafakur, berzikir, dan merenungi kekuasaan Allah Swt.
1. Tradisi Islam Pada Seni Arsitektur
    Bukti lain budaya lokal yang telah tersentuh oleh Islam yaitu seni arsitektur. Bangunan masjid menjadi bukti akulturasi budaya lokal dengan Islam. Arsitektur masjid agung Demak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dengan model bangunan Majapahit. Model tersebut berpadu dengan bentuk rumah tradisional Jawa. Kemiripan arsitektur masjid Demak dengan model bangunan Majapahit sanggup dilihat dari bentuk atapnya. Masjid Demak tidak mempunyai kubah yang merupakan ciri tempat ibadah umat Islam. Bentuk atapnya mengadopsi bentuk bangunan peribadatan agama Hindu. Hal ini merupakan upaya untuk membumikan masjid sebagai sentra penyebaran agama Islam di tengah masyarakat Hindu. Masjid Sunan Ampel di Jawa Timur berarsitektur Jawa Kuno dengan nuansa Arab yang kental. Masjid agung Banten mempunyai atap susun lima ibarat dengan pagoda di Cina. Sentuhan Islam terhadap seni arsitektur juga sanggup dilihat pada istana. Istana Pagaruyung, Istana Sultan Deli, Istana Kesultanan Ternate, dan Keraton Yogyakarta merupakan tumpuan perpaduan budaya lokal dengan Islam. Seni rupa tidak luput dari sentuhan Islam. Contohnya yaitu seni ukir. Ukiran yang ada di keraton atau masjid merupakan perpaduan budaya lokal dengan Islam. Ukiran yang ada di keraton atau masjid ada yang menggabungkan budaya lokal dengan seni kaligrafi. Kaligrafi yaitu seni menulis indah berbentuk abjad Arab. Ukiran tersebut ada juga yang berbentuk simbol dan mengandung pesan pedoman Islam. Bangunan masjid kudus juga menjadi bentuk dari perpaduan dari munculnya peradaban islam.
Seni Budaya Lokal sebagai Bagian dari Tradisi Islam Tradisi Islam Nusantara (Seni Budaya Lokal dan Tradisi Upacara Islam di Nusantara)
Perpaduan budaya lokal dengan Islam terlihat pada arsitektur masjid Kudus.
2. Tradisi Islam Pada Seni Pertunjukan
    Sentuhan Islam juga sanggup dilihat pada seni pertunjukan. Contohnya pertunjukan wayang, pada pertunjukan wayang sanggup ditemukan sentuhan Islam di dalamnya. Wayang pada awalnya yaitu peninggalan Hindu. Para wali memasukkan unsur-unsur Islam ke dalamnya. Dalam alur kisah dikenalkan dengan jimat ”Kalimasada”. Kalimasada bergotong-royong yaitu kalimat syahadat, kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Swt. dan Nabi Muhammad yaitu utusan-Nya. Pertunjukan wayang menjadi sarana penyebaran agama Islam. Seni tradisi Genjring di Banyumas dan sekitarnya merupakan tumpuan lain kesenian Islam. Kesenian tradisi ini lebih banyak berbasis di masjid. Dalam seni tradisi Islam ini, syiiran salawat dilantunkan dengan diiringi rebana tanpa tarian. Kesenian ini memakai dasar kitab al-Barzanji. Pada ketika ini Genjring dimanfaatkan untuk mengarak khitanan.
    Salawat rodat merupakan tumpuan lain kesenian Islam yang berasal dari Yogyakarta. Kesenian salawat rodat berkembang seiring dengan peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Kesenian salawat rodat memakai syair yang ada dalam kitab al-Barzanji. Ciri khas kesenian ini yaitu tarian mengiringi syair yang dilagukan dengan iringan musik rebana dinyanyikan secara bersama-sama. Tarian inilah yang disebut ”rodat”. Tarian rodat ditarikan sambil duduk. Hampir sama dengan salawat rodat, salawat maulud merupakan tradisi pembacaan salawat pada peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Dalam perkembangannya, salawat maulud menjadi kesenian yang dibacakan dalam program khitanan, akikah, maupun program rutin yang diadakan oleh masyarakat.
Seni Budaya Lokal sebagai Bagian dari Tradisi Islam Tradisi Islam Nusantara (Seni Budaya Lokal dan Tradisi Upacara Islam di Nusantara)
    Tari Angguk merupakan jenis tarian yang bernafaskan Islam. Tari Angguk dibawa oleh para mubalig penyebar agama Islam yang tiba dari wilayah Mataram, Bagelen. Disebut Angguk lantaran penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukkan kepala. Kesenian Angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Syair lagu-lagu tari Angguk diambil dari kitab al-Barzanji.
    Tari Seudati yaitu nama tarian yang berasal dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Seudati berasal dari kata syahadat, yang berarti bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Tarian ini juga termasuk kategori tribal war dance atau tari perang, yang syairnya berusaha membangkitkan semangat cowok Aceh untuk bangun dan melawan penjajahan. Oleh lantaran itu, tarian ini sempat dihentikan pada zaman penjajahan Belanda. Akan tetapi, kini tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi kesenian nasional Indonesia.

Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara
    Upacara adat yang telah dijalankan oleh masyarakat di Nusantara banyak yang terpengaruh oleh kebudayaan lama. Sebelum kedatangan Islam penduduk Nusantara memeluk kepercayaan animisme atau dinamisme. Macam-macam upacara adat yang telah berlangsung usang di tengah masyarakat sangat beragam. Ada upacara daur ulang kehidupan ibarat upacara kelahiran, usia dewasa, pernikahan, dan kematian. Ada juga upacara yang dilaksanakan ketika hendak menanam tanaman, membangun rumah, dan banyak sekali hajatan lainnya. Tujuan melakukan upacara tersebut hampir sama, yaitu memohon pemberian dan keselamatan kepada para dewa. Hal tersebut tentu bertentangan dengan pedoman Islam yang mengajarkan bahwa hanya Allah Swt. Tuhan yang harus kita sembah. 
    Setelah Islam masuk ke Nusantara dan dianut oleh masyarakat, telah mengubah kepercayaan lama. Akan tetapi, tidak semua upacara usang tersebut ditinggalkan. Ada upacara yang diubah orientasinya, tidak memohon kepada dewa, tetapi memohon kepada Allah Swt. Perubahan orientasi ini ditunjukkan dengan pembacaan doa sesuai dengan agama Islam. Berkaitan dengan peralatan upacara yang dipergunakan, ada yang tetap dipertahankan dan ada pula yang dihilangkan. Di antara upacara adat yang menerima efek Islam yaitu upacara-upacara yang dilaksanakan untuk memperingati hari besar Islam. Upacara memperingati maulid Nabi Muhammad dilaksanakan secara berbeda-beda di banyak sekali daerah. Di Yogyakarta dan Surakarta upacara menyambut peringatan maulid Nabi Muhammad saw. disebut sekaten. Sekaten berasal dari kata syahadatain (dua kalimat syahadat). Upacara Sekaten pada masa para wali dijadikan sebagai sarana berbagi pedoman Islam. Puncak upacara Sekaten yaitu Grebeg Maulud. Upacara Sekaten masih berlangsung sampai sekarang.
Seni Budaya Lokal sebagai Bagian dari Tradisi Islam Tradisi Islam Nusantara (Seni Budaya Lokal dan Tradisi Upacara Islam di Nusantara)
Salah satu barang yang dijual pada perayaan Sekaten yaitu kinang atau kapur sirih. Barang ini mengandung lima unsur yang melambangkan lima rukun Islam, ibarat berikut.
1. Daun sirih melambangkan dua kalimat syahadat (syahadatain). Sisi penggalan atas dan bawah daun sirih berbeda warnanya, tetapi kalau dikunyah mempunyai rasa yang sama. Hal ini mempunyai makna bahwa mengucapkan kalimat syahadat harus dibaca lengkap, tidak boleh hanya syahadat tauhid atau syahadat rasul.
2. Injet (gamping atau kapur). Barang ini berwarna putih, melambangkan salat fardu untuk mendapatkan kesucian, sebagaimana warna putih yang bersih.
3. Gambir. Barang ini mempunyai rasa yang sangat pahit. Sedikit saja sudah cukup, melambangkan zakat yang oleh sebagian orang (terutama yang bersifat kikir/pelit) dirasa ’pahit’ lantaran harus mengeluarkan sebagian harta untuk orang lain.
4. Susur (tembakau). Barang ini tidak boleh dimakan. Tembakau melambangkan ibadah puasa (tidak boleh makan dan minum).
5. Jambe (buah pinang). Untuk mendapatkan buah pinang ini sangat sulit lantaran harus memanjat pohon pinang yang populer licin. Hal ini melambangkan ibadah haji yang memerlukan usaha yang keras dan sulit.

1. Tradisi Islam Pada Upacara Hanta Ua Pua di NTB
    Di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) terdapat upacara untuk memperingati maulid Nabi Muhammad saw. Upacara yang disebut dengan Hanta Ua Pua ini dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Selain memperingati maulid Nabi Muhammad, upacara ini dimaksudkan untuk memperingati masuknya Islam ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Upacara ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi masyarakat.
Pelaksanaan upacara Hanta Ua Pua di Nusa Tenggara Barat.
2. Tradisi Islam Pada Upacara Panjang Jimat di Cirebon
    Di Cirebon terdapat upacara untuk memperingati maulid Nabi Muhammad yang disebut Panjang Jimat. Tradisi Muludan itu terdapat di Keraton Kasepuhan, Keraton Kesultanan Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Panjang Jimat terdiri atas dua kata, yaitu Panjang dan Jimat. Panjang berarti terus-menerus tanpa terputus. Jimat merupakan kependekan dari bahasa Jawa, yaitu siji kang dirumat atau satu yang dipelihara. Jimat yang dimaksud yaitu syahadatain. Umat Islam harus berpegang pada syahadatain secara terus-menerus tanpa terputus.
3. Tradisi Islam Pada Upacara Ya Qawiyu di Jawa Tengah
    Di Klaten, Jawa Tengah, pada bulan Safar diadakan upacara Ya Qawiyu. Upacara ini oleh penduduk setempat disebut dengan Saparan. Upacara Ya Qowiyu ditandai dengan penyebaran camilan elok apem. Kue apem merupakan camilan elok berbentuk bulat yang terbuat dari tepung beras dengan potongan kelapa di tengahnya. Kue apem disebarkan dari menara. Konon apem berasal dari kata afwun yang berarti Allah Swt. Maha Pemaaf. Upacara Ya Qawiyu masih dilaksanakan sampai ketika ini.
4. Tradisi Islam Pada Upacara Hoyak Tabuik di Sumatera
    Di Sumatra terdapat upacara Hoyak Tabuik (Tabut). Upacara ini dilaksanakan satu tahun sekali pada setiap tanggal 10 Muharam. Upacara ini berafiliasi dengan sejarah kepahlawanan Husain bin Abi Talib, cucu Nabi Muhammad saw. Husain bin Ali bin Abi Talib wafat di Padang Karbala pada tahun 61 H. Di dalam upacara ini terkandung unsur agama, sejarah, dan kesenian. Upacara Hoyak Tabuik atau mengarak usungan (tabut) yang dilambangkan sebagai keranda mayit Imam Husain yang gugur di Padang Karbala yang dilaksanakan masyarakat. Di Padang Pariaman, Sumatra Barat dan masyarakat Bengkulu upacara Tabut dimulai dari hari pertama bulan Muharam sampai kesepuluh mempunyai kemiripan dengan yang dilakukan masyarakat Syi’ah di banyak sekali negara. Bahkan, istilah-istilah yang dipakai pun sama, ibarat matam dan panja.
5. Tradisi Islam Pada Upacara Kekah di Sumatera Barat
    Di Minangkabau Sumatera Barat terdapat upacara Kekah (akikah). Akikah merupakan syariat agama Islam. Upacara Kekah dimaksudkan sebagai upacara syukuran atas titipan Allah Swt. berupa anak kepada kedua orang tuanya. Waktu pelaksanaannya bermacam-macam. Upacara dilaksanakan di rumah ibu si anak atau bakonya. Acara dimulai dengan pembukaan. Selanjutnya, seekor kambing disembelih, dibersihkan, dan dimasak. Acara dilanjutkan dengan doa kemudian makan bersama.
6. Tradisi Islam Pada Upacara Tamaik Kaji di Sumatera Barat
    Upacara Tamaik Kaji (khatam Al-Qur’an) terdapat di Minangkabau. Upacara ini dilaksanakan kalau seorang anak yang telah mengaji di surau sebelumnya tamat membaca Al-Qur’an. Acara diadakan di rumah ibu si anak, surau, atau masjid tempat anak itu mengaji. Anak yang sudah khatam Al-Qur’an disuruh membaca Al-Qur’an di hadapan seluruh orang yang hadir, dilanjutkan dengan makan bersama. Acara ini biasa pula dilakukan beramairamai.
    Upacara-upacara yang disebutkan di depan hanya sebagian kecil dari upacara yang ada di Nusantara. Tiap-tiap tempat mempunyai upacara dengan ciri khas tempat tersebut. Sebagai generasi penerus, bagaimana kita bersikap terhadap upacara dan budaya lokal? Dalam menyikapinya kita harus berhatihati. Ada upacara yang dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam. Akan tetapi, sehabis ditelusuri ternyata upacara tersebut pada awalnya dipergunakan oleh pendahulu untuk berbagi agama Islam. Membuka diri dengan budaya lokal dan mendapatkan akulturasi budaya menjadi salah satu penyebab Islam gampang diterima. Seni dan budaya merupakan sarana yang dipergunakan oleh para pendahulu untuk berbagi Islam. Oleh lantaran itu, kita harus berusaha untuk melestarikan seni dan budaya yang pada awalnya dipergunakan untuk berbagi Islam. Jika upacara tersebut telah melenceng dari pedoman Islam, kita harus meluruskannya kembali.

Teori Dan Jalur Masuknya Islam Ke Indonesia / Nusantara


Masuknya islam ke Indonesia mempunyai sejarah yang panjang, mempunyai imbas yang besar dalam kehidupan di Nusantara. Indonesia bukanlah tanah yang akrab dengan tanah Arab kawasan agama Islam diturunkan melalui Rasulullah Muhammad saw. Pembahasan perihal sejarah masuknya Islam di Nusantara mengarah pada kronologi Islam masuk di Indonesia dan jalur yang dipakai untuk masuk.
 Masuknya islam ke Indonesia mempunyai sejarah yang panjang Teori dan Jalur Masuknya Islam ke Indonesia / Nusantara

Teori Masuknya Islam ke Indonesia
    Secara umum terdapat tiga teori masuknya Islam ke Indonesia atau Nusantara. Teori tersebut sebagai berikut.
1. Teori Gujarat
    Menurut teori Gujarat, Islam masuk ke Indonesia melalui wilayah-wilayah di anak Benua India menyerupai Gujarat, Bengali, dan Malabar. Pendapat ini didasarkan pada temuan nisan-nisan kuburan di beberapa wilayah di Indonesia yang dibentuk dan dibawa pribadi dari Kota Gujarat. Pendapat perihal masuknya Islam dari Gujarat, India didasarkan pada corak aliran Islam yang berkembang di Nusantara pada awalnya cenderung mempunyai warna tasawuf yang kental. Hal ini menyerupai dengan tradisi tasawuf yang berkembang di India. Seperti diketahui bahwa sesudah masa hancurnya Kesultanan Abbasiyah di Bagdad, umat Islam menekuni jalan tasawuf. Utamanya di tanah India. Islam berkembang di tanah India dengan Kerajaan Mugal dan Kerajaan Deccan. Kedua kerajaan ini menjadi beberapa di antara sentra Islam Asia Tengah dan Asia Tenggara. Pengaruh kedua kerajaan tersebut juga terdengar hingga wilayah Nusantara.
    Salah satu pendukung utama teori masuknya islam yang ini ialah Snouck Hurgronje. Ia seorang ilmuwan Belanda yang diperintahkan untuk berguru agama Islam dan mencari kelemahan umat Islam di Nusantara khususnya umat Islam di Aceh. Dalam melaksanakan tugasnya, Snouck banyak mengeluarkan kesesatan yang bertujuan melemahkan mental dan aliran Islam yang dipahami oleh umat Islam.
2. Teori Persia
    Teori kedua masuknya Islam ke Indonesia ialah bahwa Islam masuk melalui Persia. Hal ini terjadi pada era XII. Dasar pendapat ini ialah maraknya paham syiah pada awal-awal masuknya Islam di Nusantara. Paham syiah berkembang sangat luas dalam masyarakat Persia. Hal tersebut tidak lepas dari hadirnya salah satu istri Ali bin Abi Talib yang berasal dari Persia. Keadaan ini menciptakan masyarakat Persia merasa senasib dengan saudara mereka, yaitu keluarga Ali yang diburu oleh pemerintahan Muawiyah. Maraknya Syiah di wilayah Nusantara terlihat dari tradisi upacara menyerupai mengarak Tabut di Jambi yang dilambangkan dengan
mengarak jasad Husein bin Ali yang terbunuh dalam kejadian Karbala. Kuatnya tradisi Syiah bahkan masih terasa hingga ketika ini.
    Dasar kedua ialah adanya suku Leran dan Jawi di Persia. Suku-suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa. Suku yang disebut terakhir dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon yang ditengarai sebagai cara penulisan adopsi sebagaimana adopsi yang dilakukan oleh masyarakat Persia atas goresan pena Arab. Hal ini diperkuat dengan aneka macam istilah menyerupai istilah jer yang lazim dipakai oleh masyarakat Persia.
3. Teori Arab
    Teori yang ketiga ialah teori Arab. Berdasarkan teori Arab, Islam di Nusantara bukan berasal dari Gujarat India atau Persia melainkan pribadi dari Arab, yaitu Mekah dan Madinah pada era VII Masehi. Seperti diketahui bahwa jalur perdagangan dunia telah ada jauh sebelum masa kelahiran agama Islam. Pada masa itu perdagangan antara bangsa Arab dengan orang-orang dari Asia Timur menyerupai Cina dan Nusantara telah usang berjalan. Dengan demikian, kontak antara para pedagang Nusantara dan Arab sangat mungkin terjadi.
    Menurut teori Arab, Islam tiba ke Indonesia pada masa Khulafaur Rasyidin atau bahkan pada masa nabi. Hal ini terlihat dari adanya hubungan dagang yang intensif antara Arab dan Nusantara. Bukti dokumentasi yang tercatat ialah dokumen dari Cina yang ditulis oleh Chu-fanchi mengutip catatan spesialis geografi, Chou Ku-fei. Dia menyatakan adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak lima hari perjalanan ke Jawa. Ta-Shih ialah sebutan orang-orang Cina untuk orang Arab. Wilayah Ta-Shih yang dimaksud di sini tentu bukan wilayah Arab di Timur Tengah yang makan waktu jauh lebih panjang untuk berlayar. Wilayah Ta-Shih yang tercantum dalam dokumen tersebut ialah komunitas Arab yang berada di pelabuhan kecil yang dikenal sebagai Bandar Khalifah di Pantai Barus, Sumatra Barat.
    Keberadaan komunitas muslim Arab di Pantai Barus tercatat dalam dokumen kuno Cina bahwa sekitar tahun 625 Masehi telah ada perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatra. Menilik angka tahun tersebut berarti hanya sembilan tahun dari ketika Rasulullah saw. memproklamasikan dakwah Islam secara terbuka pada penduduk Mekah, beberapa sobat telah berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatra. Hal inilah yang mengakibatkan sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat yakin bahwa Islam telah masuk ke Nusantara ketika Rasulullah saw. masih hidup di Mekah dan Madinah.
    Bukti lain dari masuknya Islam pada era VII ialah ditemukannya makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus yang pada kerikil nisannya tertulis nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada
tahun 672 Masehi. Sebuah tim arkeologi dari Prancis, yaitu tim dari Ecolo Francaise d’Extreme-Orient (EFEO) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Lobu Tua-Barus menemukan bahwa
sekitar era IX–XII Masehi, Barus telah menjadi sebuah wilayah sentra pelabuhan yang didiami oleh pemukim dari aneka macam suku bangsa menyerupai Arab, Aceh, Cina, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu.
Bukti tersebut diperkuat dengan munculnya kerajaan Islam pertama di Nusantara, yaitu Kerajaan Perlak atau Peureula sekitar era IX Masehi. Kerajaan inilah yang pertama kali berbagi agama Islam di Sumatra hingga bermetamorfosis Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu, juga hingga ke Jawa dengan adanya makam Fatimah binti Maimun berangka tahun 1082 Masehi. Adanya sebuah kerajaan Islam Perlak pada era IX menunjukan masuknya Islam pada masa jauh sebelum itu.
    Di antara ketiga teori ini, teori Arablah yang ketika ini diterima oleh para jago sejarah. Meskipun demikian, bukan berarti masuknya Islam ke Indonesia hanya berasal dari tanah Arab. Kaum muslimin dari wilayah
lain yang juga telah memeluk agama Islam juga ikut berperan semisal para pedagang dari Gujarat atau Persia meskipun tiba kemudian.

Jalur Masuknya Islam di Nusantara
    Jlur masuknya Islam dalam hal ini ialah jalan kegiatan yang dipakai oleh kaum muslimin untuk berbagi Islam di Nusantara. Secara umum terdapat tiga jalur utama penyebaran Islam
di Nusantara, yaitu jalur perdagangan, pendidikan, dan hubungan sosial budaya.
1. Masuknya Islam Melalui Jalur Perdagangan
    Salah satu jalur masuknya Islam ke Indonesia ialah melalui kontak perdagangan. Para pedagang yang berasal dari Arab dan wilayah lain yang telah lebih dahulu memeluk agama Islam bekerjasama dengan para pedagang Nusantara. Hubungan dagang ini tidak jarang menjadi jalan untuk penyebaran agama Islam di
Nusantara. Saat berinteraksi dagang, para pedagang muslim menyisipkan aliran Islam. Dengan cara ini tidak sedikit para pedagang Nusantara yang selanjutnya beralih memeluk agama Islam. Salah satu kawasan yang menjadi pelabuhan utama bagi masuknya Islam ialah pelabuhan bandar khalifah yang terletak di Pantai Barus, Sumatra Barat. Oleh alasannya ialah itu, wilayah Sumatra Barat dan Aceh menjadi pintu masuk Islam ke Nusantara hingga dikenal sebagai Serambi Mekah. Di pelabuhan-pelabuhan Sumatra para pedagang dari Cina, Arab, maupun wilayah lain berdatangan membawa komoditas masing-masing. Tidak jarang mereka menetap dalam waktu yang relatif usang sambil menunggu perubahan angin yang membawa mereka pulang ke kawasan asal. Selama menunggu itulah para pedagang berinteraksi dengan warga pribumi. Ajakan dakwah pun mengalir di sela-sela perbincangan bisnis.
    Ajakan dakwah Islam pun diterima dengan baik oleh para pedagang Nusantara. Para pedagang yang umumnya ialah para ningrat kerajaan yang relatif berilmu bisa menyerap keindahan Islam dan mendapatkan Islam sebagai jalan hidupnya. Meskipun demikian, ada pula pedagang yang menolak Islam karena
merasa tidak cocok dengan aliran persamaan derajat di kalangan insan yang ada dalam Islam.
2. Masuknya Islam Melalui Jalur Pendidikan
    Jalur lain yang sangat penting dalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia melalui jalur pendidikan. Jalur ini terbentuk melalui para juru dakwah yang sengaja menyebar ke wilayah yang gres untuk berbagi Islam. Para dai berkelana menuju wilayah yang sama sekali gres dengan dipandu oleh para pedagang yang mengembara mengikuti dagangan mereka. Para dai tersebut bukanlah para pedagang, melainkan mereka yang memang mengkhususkan diri untuk berdakwah. Kedatangan para dai ini mengakibatkan gerak dakwah di Nusantara semakin marak. Jika pada awalnya dakwah Islam hanya terbatas di pantai-pantai barat Sumatra, dengan adanya para dai ini gerak dakwah berkembang meluas hingga pulau-pulau di bab timur Indonesia. Pulau Jawa yang dihuni oleh aneka macam kerajaan menjadi ujung tombak penyebaran Islam di wilayah Indonesia lainnya. Tidak hanya itu, para pelaut Bugis yang populer sebagai juru dakwah andal berbagi Islam hingga Kepulauan Maluku dan Papua bekerja sama dengan para penyebar Islam dari Gresik, Jawa Timur. Gerak dakwah para penyebar Islam ini memperoleh momentum yang sangat elok dengan munculnya para wali penyebar Islam. Dimulai dengan kedatangan ulama Hadramaut, Maulana Malik Ibrahim, dan Maulana Magribi dari Hadramaut ke tanah Jawa. Dari sini penyebaran Islam menyentuh seluruh kepulauan di Nusantara.
 Masuknya islam ke Indonesia mempunyai sejarah yang panjang Teori dan Jalur Masuknya Islam ke Indonesia / Nusantara

Pesantren mempunyai kiprah yang sangat penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.

3. Masuknya Islam Jalur Sosial Budaya
    Jalur yang satu ini tidak kalah penting dalam upaya penyebaran Islam di Nusantara. Proses interaksi sosial antara pemeluk agama Islam dan kaum nonmuslim mengakibatkan mereka saling mengamati dan menilai. Hal ini mengakibatkan komunikasi yang terjadi pun semakin hangat dengan topik baru, yaitu seputar aliran agama Islam. Interaksi ini membuka wacana hubungan yang lebih akrab menyerupai hubungan persaudaraan dan pernikahan. Masuknya Islam dengan jalan ijab kabul memberi warna tersendiri dalam sejarah Islam Indonesia. Jadilah hubungan baik yang terjalin di antara para muslim pendatang dengan kaum pribumi diteruskan dengan perkawinan antara perempuan pribumi dengan pedagang Islam. Melalui perkawinan ini lahirlah generasi gres muslim.
    Dengan demikian, bertahap terbentuk komunitas muslim di kalangan warga pribumi. Beberapa di antara teladan ijab kabul ulama Islam dengan perempuan pribumi ialah perkawinan Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, perkawinan Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawunganten, serta perkawinan Raja Brawijaya yang beragama Hindu dengan Putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian menurunkan Raden Patah yang kelak menjadi raja pertama kerajaan Islam Demak.
    Tidak kalah penting dalam penyebaran Islam ialah interaksi budaya yang terjadi antara budaya pribumi dengan Islam. Budaya pribumi yang diwarnai oleh agama Hindu dan Buddha serta kepercayaan animisme dan dinamisme bersentuhan dengan budaya Islam yang bercorak tauhid kepada Allah. Budaya Islam yang
sederhana mengakibatkan rakyat yang masih sederhana dengan gampang mencerna dan mendapatkan muatan isi yang disampaikan. Dengan begitu, penduduk pedalaman kepulauan Nusantara sanggup mendapatkan Islam sehingga Islam menjadi agama lebih banyak didominasi di kalangan penduduk Nusantara. Dalam memakai budaya, para ulama tidak serta-merta mengubah budaya pribumi menjadi budaya Islam. Tradisi budaya yang ada di masyarakat dibiarkan terus berlanjut, tetapi disisipi dengan muatan dan aliran Islam. Dengan demikian, muatan tradisi yang dipandang mengandung aliran terlarang menyerupai syirik sanggup dihilangkan secara perlahan. Cara menyerupai ini terbukti ampuh untuk mendekati rakyat jelata hingga tertarik untuk masuk Islam.


    Kontak komunikasi dan hubungan dagang antarnegara bekerjsama telah berkembang pesat jauh sebelum angka tahun Masehi dimulai. Peter Bellwood, seorang arkeolog dari Australia National University telah melaksanakan penelitian arkeologis di Polinesia dan Asia Tenggara. Bellwood menemukan bukti-bukti bahwa jauh sebelum era V Masehi, beberapa jalur utama perdagangan telah berkembang menghubungkan Nusantara dengan Cina. Hal ini terbukti dari temuan beberapa tembikar Cina serta barang-barang perunggu dari zaman Dinasti Han di Sumatra dan Jawa Timur. Dalam catatan kaki pada bukunya, Bellwood menulis, ”Museum Nasional di Jakarta mempunyai beberapa baskom keramik Cina dari aneka macam situs di Sumatra Utara. Selain itu, barang-barang perunggu Cina yang bertarikh final Dinasti Zhou atau sebelum tahun 221 sebelum Masehi ketika ini disimpan di London dan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur. . . .” Temuan ini menjadi bukti bahwa pada masa sebelum Masehi hubungan Cina-Nusantara telah terjalin hingga pedalaman Nusantara. Lebih dari itu perdagangan dengan dunia Arab dan Timur Tengah telah berjalan dalam waktu yang jauh lebih lama. Sebuah peta kuna yang dibentuk oleh Claudius Ptolemius, seorang Gubernur Yunani di Alexandria Mesir pada era II Masehi menyebutkan bahwa di pesisir Sumatra terdapat sebuah bandar niaga berjulukan Borousai (Barus) yang dikenal dengan hasil wewangian dari kapur barus. Dalam catatan Ptolemius, kapur barus telah diekspor ke Mesir jauh sebelum masa ia berkuasa.
    Dari aneka macam artefak yang ada, diyakini bahwa salah satu materi yang dipakai untuk pembalseman para Raja Mesir menjadi mumi ialah kapur dari kayu kamper yang diimpor dari Barus. Bahkan, dari penelitian material balsam untuk mumi Ramses II yang hidup pada masa Nabi Musa, diperoleh petunjuk bahwa material kamper yang dipakai berasal dari material yang sama dengan yang dihasilkan di Barus. Hal ini menguatkan dugaan bahwa hubungan dagang antara pedagang Nusantara dan dunia luar telah terjalin dalam rentang waktu yang sangat lama.

Nilai-Nilai Peninggalan Budaya Kurun Prasejarah Indonesia

1. Mengenal Astronomi
    Pengetahuan perihal astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada ketika berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan ekspresi dominan untuk keperluan
pertanian.
2. Mengatur Masyarakat
    Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diharapkan adanya aturan-aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah mempunyai hukum kehidupan yang demokratis. Hal ini sanggup ditunjukkan dalam musyawarah dan mufakat menentukan seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan sanggup melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan sanggup mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk kawasan itu.
3. Sistem Macapat
    Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes tentang keadaan Indonesia menjelang
berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan sentra pemerintah terletak di tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada pusat pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun) dan di empat penjuru terdapat bangunan-bangunan yang penting ibarat keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan ibarat itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
    Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan yakni wayang kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita dalam
pertunjukkan wayang mengambil tema perihal kehidupan pada masa itu dan sehabis menerima efek bangsa Hindu muncul dongeng Mahabarata dan Ramayana.
5. Seni Gamelan
    Seni gamelan dipakai untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan sanggup mengiringi pelaksanaan upacara.
6. Seni Membatik
    Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan memakai alat yang disebut canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
7. Seni Logam
    Seni menciptakan barang-barang dari logam memakai teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire Perdue adalah cara menciptakan barangbarang dari logam dengan terlebih dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat
 
untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan.
    Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan sehabis hambar cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.
    Penemuan beraneka ragam bentuk benda-benda budaya masyarakat Indonesia dari masa prasejarah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia di masa kini dan di masa yang akan datang. Karena pentingnya maka sebagai generasi bangsa di masa sekarang, kita patut bang-ga terhadap peninggalan-peninggalan budaya masyarakat dari masa lampau. Kita mengaguminya, betapa tinggi nilai seni budaya yang mereka miliki ketika itu walaupun teknik pembuatan masih sangat sederhana. Oleh alasannya yakni itu, sebagai generasi penerus kita mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara dan
mempertahankan benda-benda budaya hingga kepa-da anak-cucu kita dengan seutuhnya: Benda-benda budaya itu sebagian besar disimpan pada museum-museum sejarah yang terdapat di seluruh Indonesia, juga masih ada yang terdapat dalam kandungan bumi di seluruh wilayah Indonesia yang belum berhasil diangkat.
Oleh alasannya yakni itu, apabila kita berhasil menemukan benda-benda tersebut, maka sebaiknya kita serahkan kepada pemerintah dan untuk selanjutnya disimpan di museum-museum. Baca juga

(bse sejarah oleh Hendrayana)

Baca juga: Kepercayaan Animisme dan Dinamisme (Pada Masa Perundagian)

Kepercayaan Animisme Dan Dinamisme (Pada Kurun Perundagian)

       Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan contoh pikir insan yang merasa dirinya mempunyai keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan ibarat ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme.
1) Animisme
Dalam kepercayaan animisme, insan mempunyai anggapan bahwa suatu benda mempunyai kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini sanggup dipanggil dan diminta tunjangan pada dikala diperlukan. Mereka percaya akan halhal yang mistik atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap majemuk roh dan makhluk halus yang menempati suatu daerah memunculkan acara menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantera dan memberi sesajen atau persembahan.
2) Dinamisme
    Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa insan yang meninggal, lalu mendiami banyak sekali tempat, contohnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu
besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan mistik yang sanggup menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang mengakibatkan kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada watu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang
       Di lalu hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme mendorong insan menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekadar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan eksklusif mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan mistik tersebut diyakini mempunyai keteraturan sendiri yang tak sanggup diganggu-gugat, adalah aturan alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batinspiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan dinamisme ini lalu berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan lalu Islam.

(bse sejarah oleh Hendrayana)

Proses Masuk Dan Menyebarnya Agama Hindu-Buddha Di Indonesia

       Pengaruh Hindu dan Buddha tiba ke Indonesia hampir berbarengan. Secara garis besar kita sanggup melihat dampak tersebut dari berdirinya beberapa kerajaan besar yang pernah berdiri di Indonesia, dari mulai Kutai yang menguasai sebagian Kalimantan hingga Majapahit yang bisa menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri. Kerajaan-kerajaan tersebut telah begitu usang menancapkan taring-taring kekuasaannya di Indonesia hingga berabad-abad sehingga keberadaan dan pengaruh agama tersebut berpengaruh dalam kehidupan Indonesia. Pengaruh agama Hindu-Buddha masih terlihat hingga hari ini dalam kehidupan sebagian umat Islam di Indonesia dari mulai bahasa, peribadatan, pakaian, kesenian.
       Sebelum bersinggungan dengan Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia menganut kepercayaan tradisional berupa penghormatan terhadap roh leluhur dan kekuatan alam semesta dan bendabenda tertentu (animisme dan dinamisme). Pengaruh HinduBuddha membuat kepercayaan animisme-dinamisme beralih kepada dewa-dewi pengatur alam. Masyarakat Indonesia mulai menyembah dewa-dewi yang sama dengan yang di India.

                        (Patung Buddha tertua (dari perunggu) buatan kala ke-2 M yang ditemukan di Sikendeng, Sulawesi Selatan)
       Awalnya, agama Buddha lebih dulu berkembang di Indonesia. Di Indonesia (juga Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Laos) aliran Hinayanalah yang berkembang, sedangkan aliran Mahayana lebih berkembang di Cina, Korea, Taiwan, dan Jepang. Perkembangan Buddha awal di Indonesia dibuktikan oleh temuan patung Buddha dari kala ke-2 M di Sikendeng, Sulawesi Selatan. Contoh lainnya yaitu Kerajaan Sriwijaya yang telah ada pada kala ke-6 M di Sumatera. Perkembangan Buddha yang pesat di Asia Tenggara pada awal kala masehi disebabkan oleh faktor-faktor politis.
Ketika itu agama Buddha sedang mencapai masa keemasannya di Asia, terutama di India dan Cina. Banyak kerajaaan yang menjadikan Buddha sebagai agama resmi negara, selain Hindu.
Namun kemudian, agama Buddha kehilangan kejayaaan dikarenakan sejumlah kerajaan Buddhis mengalami keruntuhannya. Sebaliknya, Hindulah yang kemudian menjadi agama resmi kerajaan-kerajaan yang bersangkutan
       

        Di Indonesia, kerajaan bercorak Hindu lebih berkembang daripada yang Buddha. Pada perkembangannya, bahkan muncul agama “baru” atau agama sinkretis, yakni perpaduan dari Hindu Siwa dengan Buddha. Agama Siwa-Buddha mulai berkembang pesat pada masa Singasari di Jawa Timur, masa orang-orang Jawa telah membuat karya seni dan arsitektur di mana unsur Jawa lebih ditonjolkan daripada unsur India. Disebutkan dalam kitabkitab dan pada bangunan candi-candi bahwa raja-raja Singasari menyerupai Kertanegara dan Wisnuwardhanaadalah penganut agama gres ini.
       Adapun proses dan waktu kapan masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia hingga kini masih menjadi perdebatan di antara para sejarawan. Setidaknya terdapat empat pendapat, yang masing masing pendapat bersama-sama saling menguatkan. Adapun pendapat-pendapat wacana masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia yaitu sebagai berikut:
(1) Teori Brahmana, mengatakan bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia yaitu orang-orang Hindu berkasta brahmana. Para brahmana yang tiba ke Indonesia merupakan tamu usul dari raja-raja penganut agama tradisonal di Indonesia. Ketika tiba di Indonesia, para brahmana ini hasilnya ikut membuatkan agama Hindu di Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini yaitu Van Leur.
(2) Teori Waisya, mengatakan bahwa yang telah berhasil mendatangkan Hindu ke Indonesia yaitu kasta waisya, terutama para pedagang. Para pedagang banyak mempunyai korelasi yang berpengaruh dengan para raja yang terdapat di kerajaan Nusantara. Agar bisnis mereka di Indonesia lancar, mereka sebagai pedagang absurd tentunya harus membuat para penguasa pribumi senang, dengan cara dihadiahi barang-barang dagangan.
Dengan demikian, para pedagang absurd ini menerima pinjaman dari raja setempat. Di tengah-tengah kegiatan perdagangan itulah, para pedagang tersebut membuatkan budaya dan agama Hindu ke tengah-tengah masyarakat Indonesia. Ilmuwan yang mencetuskan teori ini yaitu N.J. Krom.
(3) Teori Ksatria, menyampaikan bahwa proses kedatangan agama Hindu ke Indonesia dilangsungkan oleh para ksatria, yakni golongan darah biru dan prajurit perang. Menurut teori ini, kedatangan para ksatria ke Indonesia disebabkan oleh problem politik yang terus berlangsung di India sehingga menjadikan beberapa pihak yang kalah dalam peperangan tersebut terdesak, dan para ksatria yang kalah hasilnya mencari daerah lain sebagai pelarian, salah satunya ke wilayah Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini yaitu C.C. Berg dan Mookerji.

(4) Teori Arus Balik, menyampaikan bahwa yang telah berperan dalam membuatkan Hindu di Indonesia yaitu orang Indonesia sendiri. Mereka yaitu orang yang pernah berkunjung ke India untuk mempelajari agama Hindu dan Buddha. Di pengembaraan mereka mendirikan sebuah organisasi yang
sering disebut sanggha. Setelah kembali di Indonesia, hasilnya mereka membuatkan kembali pedoman yang telah mereka dapatkan di India. Pendapat ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch.
Kedatangan brahmana—dari India maupun lokal—dipergunakan pula oleh sebagian golongan pedagang pribumi atau kepala suku yang ingin kedudukan dan tingkat sosialnya meningkat. Melalui persetujuan kaum brahmana, mereka dinobatkan menjadi penguasa secara politis (raja). Para penguasa gres ini lalu berguru konsep dewa-raja (devaraja) semoga kekuasaannya semakin kuat. Dengan demikian, baik secara ekonomi, sosial, dan politik, golongan pedagang atau pemimpin suku tersebut menjadi lebih terhormat lantaran kekuasaannya pun bertambah luas. Setelah menjadi raja, mereka mempersenjatai dirinya dengan pengikutpengikutnya yang setia untuk dijadikan tentara semoga keamanannya terjamin. Dalam memperluas wilayah pun, mereka lebih leluasa dan percaya diri.
       Setelah sebuah kerajaan didirikan, sistem feodal pun berlaku. Feodalisme yaitu “sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan” (KBBI, 2002).
Dengan demikian, raja yaitu yang memilih ke arah mana kerajaan akan bergulir. Praktik feodalisme ini cukup berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, terutama di Jawa.
Pengkastaan dalam masyarakat membuat korelasi feodalistik semakin menguat. Feodalisme menjamin stabilitas politik yang diharapkan seorang raja untuk keberlangsungan kerajaannya. Sistem kasta ini membagi masyarakat dalam beberapa tingkatan sosial, yakni:
(1) Brahmana yang berperan sebagai penasehat raja dan pendidik agama.
(2) Ksatria yang terdiri atas penyelenggara dan penata pemerintahan serta pembela kerajaan (raja, pembantu raja, tentara).
(3) Waisya yang berperan sebagai pedagang, pengrajin, petani, nelayan, dan pelaku seni.
(4) Sudra yang terdiri atas pekerja rendah, buruh, budak, pembantu.
       Sementara itu, dalam kerajaan Buddhis pengkastaan tak terlalu berperan lantaran pedoman Buddha tidak mengenal pengkastaan. Dalam hal ini, masyarakat Buddhis lebih demokratis
dan egalitis. Maka dari itu, sistem feodal lebih berkembang di kerajaan-kerajaan bercorak Hindu.
Dalam memilih kebijakan, raja dibantu oleh kaum pandita (pendeta) dan brahmana sebagai penasehat spiritual dan duniawi. Merekalah kelompok yang mengetahui isi kitab suci yang ditulis dalam Sansekerta. Akibatnya, masyarakat awam tak mungkin mengetahui isi kitab suci tanpa mediator brahmana. Mereka mempunyai hak mutlak dalam mengatur sebuah upacara agama, seperti peringatan hari-hari suci, pengangkatan raja, pelantikan piagam atau prasasti, atau komitmen nikah golongan bangsawan. Mereka pula
yang merintis pembangunan sekolah-sekolah dan asrama-asrama dalam masyarakat Buddha. Kedudukan mereka sanggup disamakan dengan kalangan ulama dan cendikiawan zaman sekarang.

(bse sejarah Triyono)


Tag: Teori Brahmana, Teori Waisya, Teori Ksatria, Teori Arus Balik, Sistem Kasta Pada Agama Hindu.