Kepercayaan Animisme Dan Dinamisme (Pada Kurun Perundagian)

       Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan contoh pikir insan yang merasa dirinya mempunyai keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan ibarat ini memunculkan jenis kepercayaan: animisme dan dinamisme.
1) Animisme
Dalam kepercayaan animisme, insan mempunyai anggapan bahwa suatu benda mempunyai kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini sanggup dipanggil dan diminta tunjangan pada dikala diperlukan. Mereka percaya akan halhal yang mistik atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap majemuk roh dan makhluk halus yang menempati suatu daerah memunculkan acara menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantera dan memberi sesajen atau persembahan.
2) Dinamisme
    Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa insan yang meninggal, lalu mendiami banyak sekali tempat, contohnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu
besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan mistik yang sanggup menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang timbul dari alam semesta inilah yang mengakibatkan kepercayaan dinamisme (dinamis berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada watu akik, tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air kembang
       Di lalu hari, kepercayaan-kepercayaan animisme dan dinamisme mendorong insan menemukan kekuatan yang lebih besar dari sekadar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun, dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi kehidupan eksklusif mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan mistik tersebut diyakini mempunyai keteraturan sendiri yang tak sanggup diganggu-gugat, adalah aturan alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai kekayaan batinspiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme dan dinamisme ini lalu berkembang dan menyatu dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan lalu Islam.

(bse sejarah oleh Hendrayana)


EmoticonEmoticon