Showing posts with label Seni Tari. Show all posts
Showing posts with label Seni Tari. Show all posts

Tema Literer Sebagai Gagasan Tari Tunggal

Gagasan tari tunggal salah satunya ialah bertema literer. Pada sajian tari, akan sulit menangkap citra tariannya apabila hanya mengandalkan gerak sebagai bahasa komunikasi terhadap penonton. Latar belakang kisah sebuah tarian sangat penting alasannya ialah sanggup memperlihatkan citra atau klarifikasi kepada penonton.
     Ide (gagasan) dasar tarian ada pada tema literer, yaitu gagasan timbul untuk mewujudkan citra berdasar adanya hal-hal sebagai berikut:
• kisah pantun,
• legenda,
• dongeng,
• mitos,
• sejarah, dan lain-lain.

      Apa yang dimaksud dengan tari tunggal? Ciri-ciri tari tunggal ialah sebagai berikut.
- Tarian ini dibawakan oleh seorang penari saja.
- Tarian ini menggambarkan salah satu tokoh dengan latar belakang sebuah cerita.
- Tarian ini membawakan abjad tokoh tertentu.

     Tari tunggal sanggup jadi membawakan abjad tokoh kisah pantun, tokoh legenda di tempat Anda, yang memperlihatkan salah satu kekhasan penyajiannya pada struktur koreogafi atau desain busana yang dikenakan. Jika ditelaah, tarian yang menggambarkan tokoh tertentu ialah citra tokoh yang disegani, dihormati, dipertuan atau tokoh raja-ratu sehingga desain busana merupakan wujud kemegahan, keagungan, yang dipertuan dari tokoh yang terlihat glamour.
      Identitas lain ialah kaitan busana dengan abjad tokoh. Misalnya, untuk abjad halus, desain busana mengenakan kain dengan desain feminim lebih tajam, lipatan kain kecil, motif gambar mayoritas kecil, penggunaan warna sekunder lebih mayoritas (kuning, hijau, dan biru). Adapun tokoh berkarakter gagah mengenakan atasan terbuka (pria), dengan lepe (lipatan kain agak besar, motif gambar besar, warna yang kontras (merah, hitam) atau warna kuat. Anda sanggup memperhatikan
Tari Kandagan dan Tari Gatotkaca dari Jawa Barat, serta Tari Panji Semirang, Tari Margapati, Tari Dadung Gawuk, atau Tari Oleg Tambulilingan dari Bali.
       Demikian tadi bahasan mengenai tema literer sebagai gagasan tari tunggal, biar bermanfaat :)

Pengaruh Budaya Gila Terhadap Busana Tari Kawasan Nusantara

Pengaruh budaya asing juga mempengaruhi busana tari di nusantara. Selain dikenali dari bentuk gerak, masuknya budaya luar ke dalam tari tradisi Anda yaitu juga dengan cara melihat lebih menyeluruh, menyerupai pada busana atau kostum tari dan iringan musiknya. Busana merupakan salah satu properti (pendukung) tari. Coba perhatikan busana Tari Sriwijaya dari Palembang, pemakaian kuku yang runcing indah, terbuat dari alumunium disemprot emas berkilau, menyerupai dengan tangan yang dipergunakan atau berasal dari efek oleh para penari Burma atau Thailand.
      Demikian juga busana Tari Lenso dari Maluku. Penari putri mengenakan rok, sedangkan penari putra mengenakan jas berdasi. Pakaian menyerupai itu bukan sebagai ciri bangsa kita, melainkan pakaian sehari-hari bangsa absurd pada masa lalu.
Apa yang terjadi pada masa kini? Pakaian menyerupai itu sudah menjadi pakaian sehari-hari bangsa Indonesia sehingga tidak terasa lagi sebagai pakaian yang absurd dan berbeda.
      Coba kita perhatikan gambar busana Tari Dolalak di atas. Tarian dari Jawa ini sangat unik dan menarik perhatian. Kepala mengenakan topi yang bentuknya tidak absurd lagi, hanya ditambah pernik payet hiasan sehingga menjadi topi khusus untuk, pertunjukan tari, kemudian menggunakan kacamata hitam. Pada tarian ini, malam hari sekalipun tetap mengenakan kacamata hitam. Celana yang digunakan yaitu celana selutut, kemudian menggunakan kaus kaki putih. Sekilas memang busana Tari Dolalak menyerupai bercampur baur antara tradisi dengan modern. Hal itu terjadi sebab dulu aneka macam bangsa absurd tiba ke Nusantara mempunyai pemgaruh yang besar. Dari sinilah lahir dan tumbuh aneka macam efek dari luar menyerupai pada desain busana seni tari tradisonal bangsa Indonesia.
       Pada beberapa busana tari, terperinci terlihat adanya desain yang berasal dari efek dan diadopsi dari budaya asing, menyerupai pada Tari Perang Kawasara dari Sulawesi Utara. Masuknya agama Nasrani meninggalkan sejumlah pengaruh, termasuk kepada busana tarinya. Pakaian para penari laki-laki ini menyerupai jubah para uskup, dan topi uskup yang naik ke atas, yang dipadu dengan kain khas masyarakat Sulawesi.
        Lain lagi dengan masyarakat yang tinggal di Pulau Bali yang sebagian besar menganut agama Hindu. Terlihat efek Islam pada busana Tari Rhodat dari Bali. Para penari laki-laki mengenakan kopiah atau peci dan baju menyerupai baju koko yang telah dimodifikasi lebih modern.
Di hampir sebagian besar busana tari tempat Sumatra Barat ataupun Nanggroe Aceh Darussalam, desain busana tari tidak terlepas dari syariat Islam. Di sini lebih terperinci mengatakan pengaruhnya, pakaian perempuan mayoritas berlengan panjang atau disebut baju padang, kain songket perempuan digunakan sampai mata kaki, dan menggunakan epilog kepala menyerupai atap rumah penduduk Minang yang khas, yaitu Rumah Gadang.
      Kita sanggup memperhatikan busana Tari Piring, Tari Dana, Tari Lilin, Tari Baririang. Demikian pula dengan pakaian penari pria. Selain peci yang menjadi ciri khas, juga digunakan baju koko, dan sarung. Sarung itu digulung sampai ke pangkal paha. Mereka juga mengenakan celana pangsi (celana yang biasa dipergunakan untuk silat), menyerupai terlihat pada Tari Si Kembang Botan.

Sejarah Tari Nusantara (Pengaruh Bangsa Lain Terhadap Tari Nusantara Di Indonesia)

Sejarah memperlihatkan bahwa bangsa-­bangsa dari India, Arab, Cina, dan Barat (dataran Eropa) kuat terhadap tumbuh kembangnya seni budaya, khususnya seni tari nusantara di Indonesia. Sentuhan dan ilham kreatif para seniman bangsa ini sangat kuat terhadap budaya bangsa lain sehingga tidak lagi terlihat ciri budaya asingnya.
Dewi Shinta pada Sendratari Ramayana. Perhatikan perilaku jemari
tangannya. Sikap tangan mirip inimerupakan efek dari India.
        Sikap jemari tangan ngruji, nyempurit, dan ngiting pada Tari nusantara dari Jawa (gaya Yogyakarta dan Solo) merupakan pengaruh perilaku tangan paham India. Ketiganya mengandung arti yang berbeda pada kitab seni Tari India, ialah Natya Sastra karya Baratha Muni.
Pengaruh ini sejalan dengan proses perkembangan budaya menjadi larut dalam kultur masyarakat setempat. Sebagai referensi kecil, pembauran dan larutnya kultur antar bangsa yang berbeda pada seni tari tradisional, terdapat pada bentuk gerak tari yang satu sama lain menyerupai, tetapi dengan nama yang berbeda. Pada tari gaya Yogyakarta, gerak seperti ngruji yang digunakan untuk bentuk gerak tangan yang juga digunakan untuk salah satu gerak tari Bali. Bentuk gerak yang sama digunakan istilah ngruyung untuk gaya Solo, dan di Sunda digunakan istilah nanggre.
      Istilah mudra pataka atau ngruji, atau ngruyung pada aliran India yang bersumber dari Natya Sastra, mengandung arti sebagai berikut:
  • ­hutan
  • ­sungai atau laut
  • ­kuda
  • ­waktu malam
  • ­bulan purnama
  • ­hari hujan
  • ­sinar matahari
  • ­bulan atau tahun
       Pada umumnya, pemakaian perilaku tangan mudra ini mengutamakan segi estetisnya dibanding lisan secara simbolis. Dengan kata lain, meskipun bentuk gerak sama dengan simbol aliran Hindu di India, gerakan yang dilakukan tidak mengandung arti tertentu. Gerakan digunakan dan ditempatkan dalam koreograf dengan alasan hanya karena bentuknya yang dinilai indah.
     Setelah tari nusantara melewati fase feodalisme, kondisi sosial ekonomi di Indonesia membaik, perkembangan seni tari tradisional menerima tempat yang ‘membaik’ pula. Masyarakat tidak lagi ragu untuk berkreativitas menuangkan ilham dan karya yang inovatif, sesudah selama ini dibelenggu oleh status sosial yang menganggap bahwa pribumi (inlander) bodoh. Sebelumnya, tari hanya diperuntukkan bagi kaum aristokrat dan para pejabat kolonial, sebagai sebuah hiburan yang memuaskan mereka. Pada dikala bangsa terlepas dari kolonialisme, dunia seni tari tradisional merebak kolam jamur di trend semi, setiap daerah mempunyai sanggar sanggar tari yang dipenuhi para peminat.
     Berpuluh­-puluh bahkan beratus­-ratus tarian nusantara di setiap daerah dipelajari, diperkenalkan, dan masuk ke kalangan pejabat sebagai hiburan atau tari persembahan. Hal ini menimbulkan gairah bagi para koreografer untuk semakin menambah kekayaan seni tari Indonesia. Mereka menyelenggarakan festival­festival tari daerah, juga kursus tari bagi semua kalangan
Tarian berkembang alasannya efek sosial dan psikologis. Tari Kebyar
Duduk (tari tunggal dari Bali)salah satu contohnya.
      Tarian nusantara yang berkembang alasannya imbas sosial dan psikologis, menempatkan tari menjadi sebuah media ungkapan jiwa yang sanggup memperlihatkan profit, juga media kritik, media reflksitas hidup masyarakat, media ungkap bagi jiwa yang memiliki kebebasan hidup. Hal ini membuat tarian yang pada dikala itu dikenal dengan sebutan tari kreasi baru, menyebarkan tari  tradisional menjadi lebih modern pada masa itu dengan sentuhan koreograf yang tetap berakar pada tari tradisi. Misalnya, tari tunggal/kelompok dari Bali pada Tari Kebyar Duduk; tari berpasangan dari Melayu Sumatra, ialah Tari Serampang Dua Belas; tari kelompok dari Aceh, ialah Tari Saman. 

Tujuan Penyelenggaraan Tari Pertunjukan (Tari Sebagai Pertunjukan)

Tari pertunjukan juga terbagi atas beberapa tujuan penyelenggaraannya. Bisa jadi tarian dikemas dan
ditata secara artistik dengan kaidah­kaidah seni, tetapi digarap dengan tujuan sebagai berikut.
a. Art for Art
      Art for Art artinya tari yang dipertunjukkan hanya bertujuan sebagai wujud aktualisasi pribadi, tanpa mengharapkan sesuatu dari orang yang menontonnya, dalam bentuk apa pun. Andaikata dikala pertunjukan berlangsung hanya segelintir penonton yang menyaksikannya, hal itu tidak membuat pertunjukan tersebut menjadi terganggu atau terhenti. Demikian pula apabila karya seni tari itu tidak memperoleh imbalan atau penilaian evaluasi, tidak akan menghentikan laju kreativitas sang kreator (penari, koreografer).
b. Tujuan Komersil
       Tari ini merupakan tari pertunjukan yang khusus dibuat untuk tujuan sanggup memperlihatkan masukan kepada kreator (penari atau koreografer) dalam bentuk ‘materi’ (imbalan). Tari ini sanggup dilaksanakan untuk penggalangan dana. Misalnya, membantu korban tragedi alam.
c. Tujuan Penilaian
      Tari ini merupakan tari pertunjukan yang penyajiannya dikemas untuk tujuan sebuah penilaian dan mengukur keberhasilan sebuah proses pembelajaran dengan kaidah seni.Biasanya tari ini berbentuk sebuah ujian pergelaran tari di sekolah­-sekolah seni atau pada ekspo tari atau pasanggiri tari sebagai ajang memperoleh penghargaan atau gengsi.
      Seorang kreator tari yang ingin membuat atau mewujudkan kreativitasnya dalam sebuah pertunjukan tari, harus mempunyai kemampuan untuk mengelola produksi sebuah pertunjukan seni. Selain itu, juga harus bisa kemampuan untuk bertindak sebagai kreator, penata, atau pencipta kreasi seni tari. Hal itu tidaklah mudah. Diperlukan keahlian khusus dari diri sendiri dan penguasaan secara disiplin ilmu Seni Tari. Namun demikian, sebagai generasi muda, Anda sanggup menjadi kreator. Dengan semangat tinggi, Anda sanggup turut serta mengangkat seni tari tradisional di tingkat yang paling akrab dulu, yaitu di lingkungan sekolah dengan berbekal ilmu dasar produksi seni pertunjukan, juga dasar penciptaan tari yang sedang dibahas
ini. Dengan memperhatikan kaidah­kaidah seni dan administrasi produksi seni secara keseluruhan, Anda mulai menyiapkan hal­hal yang harus ditata, dimulai dari tema, gerak tari (koreografi, desain lampu, desain musik, desain dramatik, dinamika kelompok, rias, busana, properti, sampai ke susunan acara. Hal teknis yang dimulai dari daerah masuk hingga penonton duduk menikmati, lalu pulang dengan hasil kesan penonton sehabis melihat pertunjukan itulah yang harus diperhitungkan dengan matang dikala Anda membuat sajian tari untuk sebuah petunjukan.

 
Tari Sebagai Sarana Pertunjukan
      Tarian yang berfungsi sebagai tari pertunjukan memiliki perbedaan yang besar pada faktor kebutuhan pelakunya dan perbedaan pada tata cara menyajikannya dibanding dengan tari upacara atau tari hiburan. Tari upacara lahir sebab kebutuhan yang bekerjasama dengan spiritualisme insan sehingga semua
faktor pertimbangannya ditujukan pada satu arah dan hanya agar terjalin komunikasi dengan Yang Mahakuasa. Adapun jenis tari hiburan ialah kebutuhan untuk menyenangkan diri sendiri dengan komunikasi dua arah. Meskipun penonton terlibat, tetapi tidak diharapkan hukum baku pada struktur sajiannya dan
membatasi gerak penonton dan pemain, kecuali bahwa pada praktiknya pelaku dan penonton menjadi satu kesatuan secara emosional dan tetap berperilaku sesuai dengan watak istiadat dan norma masyarakat setempat. Hal tersebut berbeda dengan tari pertunjukan yang diciptakan menurut kaidah atau hukum seni untuk sebuah pertunjukan. Berbagai faktor yang perlu menerima perhatian pada cara mempersiapkan dan memperlakukannya, seperti mempersiapkan sebuah pertunjukan, penataan gerak, penataan busana, penataan iringan, daerah sajian (panggung), setting panggung, segi artistik sebuah daerah sajian, cara memublikasikannya, cara menyajikannya, dan seluruh bahan pendukung yang berkaitan dengan sajian pertunjukan tari.
      Sebagai tontonan, jenis tari pertunjukan disajikan secara khusus dengan pertimbangan tema bahan sajian, penataan panggung, penataan lampu, penataan kostum dan rias, pemilihan bentuk panggung, pemilihan penonton, desain dramatik atau struktur pertunjukan, kepanitiaan, dan seluruh proses produksi sampai penilaian sebuah produksi dikelola dengan baik, artistik, serta sistematik. Oleh sebab itu, seluruh pendukung (yang ada di balik panggung) serta penonton dapat memperoleh sebuah kepuasan batin.
Kedudukan penonton menimbulkan suguhan tari pertunjukan sebagai sebuah kebutuhan, dengan banyak sekali macam kebutuhan. Misalnya, kebutuhan untuk menghibur hati atau kebutuhan untuk menambah wawasan. Adapun sebagai pelaku pertunjukan, kebutuhan akan sebuah kepuasan batin ketika verbal diwujudkan dalam bentuk sebuah karya seni menjadi hal yang utama.

Tari Hiburan (Tari Sebagai Sarana Hiburan)

Jenis tari hiburan berbeda fungsi dan bentuknya dari tari upacara. Gerak yang menjadi sumber media ungkap tari, pada tari-tarian yang berfungsi sebagai tarian hiburan lahir ketika insan membutuhkan aktualisasi perasaan kebahagian, kegembiraan, atau hasrat. Dengan demikian, gerakan terlahir impulsif dari batin manusia. Gerakan yang berirama itu dilakukan untuk menghibur hati para penarinya sendiri.
      Pernahkah Anda merasa senang, misalnya, alasannya yakni memperoleh nilai manis ketika ujian? Bagaimana Anda mewujudkan kegembiraan itu? Apakah dengan berjingkrak-jingkrak histeris?
Ungkapan kegembiraan ibarat itu mungkin terjadi di sekitar kita. Dalam keseharian saja lisan kegembiraan kita sanggup demikian. Dalam karya seni tari, lisan semacam itu diungkapkan tidak hanya ketika Anda memperoleh perasaan senang. Kesedihan, bahkan tragedi, juga sanggup diekspresikan melalui gerak tari.
      Tari hiburan yaitu tarian yang merupakan lisan kegembiraan seseorang dan keterlibatan emosi penari ketika menari sangat besar. Penari tidak bergerak untuk dilihat. Geraknya tidak sengaja dibentuk sedemikian rupa, tetapi benar-benar terlahir alasannya yakni perasaan senang. Faktor keindahan bukanlah yang paling utama. Jenis tari ini secara umum dikuasai untuk dipergunakan pada program pertemuan atau perayaan sebagai media pergaulan yang bersifat sosial. Sejak gila tiba ke Indonesia, feodalisme menjadi salah satu faktor penyebab bagaimana kaum perempuan dieksploitasi alasannya yakni dianggap rendah.
      Demikian halnya yang terjadi pada seni tari. Pada ketika itu, tari memang menjadi sebuah hiburan, baik bagi para pejabat feodal, kaum bangsawan, maupun rakyat jelata.

a. Fungsi Tari Hiburan sebagai Media Pergaulan
      Tarian ini menjadi sebuah media dalam pergaulan, biasanya ditarikan berpasangan antara laki-laki dan wanita. Seperti halnya Tari Tayub, jenis tari pergaulan lainnya yang sering disajikan di lingkungan ningrat menjadikan kesan negatif alasannya yakni para penonton yang ikut menari sering bermabuk-mabukan pada ketika menari.
     Melihat kondisi tersebut, beberapa seniman tari Sunda (seperti Aom Doyot dan Raden Sambas Wirakusuma) merasa perlu segera memperlihatkan jalan untuk menertibkannya. Untuk itu, dibuatlah hukum main penyelenggaraan Tari Tayub. Cara penyajian Tari Tayub ini kemudian diarahkan biar lebih sopan,dengan cara yang unik. Mereka membuat sebuah wadah berupa diklat (pada masa itu disebut course) bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya. Lambat laun orang lebih suka menyebut Tari Tayub ini dengan sebutan course.
      Setelah menerima sentuhan hukum berdasarkan norma masyarakat setempat, Tari Tayub mempunyai nilai estetis. Course diucapkan oleh pengecap bangsa Indonesia menjadi keurses, tidak lagi dipergunakan sebagai tari pergaulan. Namun demikian, tari hiburan ini tetap mengutamakan kespontanan gerakannya.
     Penari perempuan sebagai penari tetap, pada setiap pertunjukannya mengajak penonton untuk ikut serta menari bersama. Dengan bentuk penyajiannya yang melibatkan penonton itu, menjadikan tarian ini tidak mempunyai hukum yang baku. Kebebasan mengungkapkan kegembiraan antara penari dan penonton ini menjadikan kesan negatif di mata kaum intelektual alasannya yakni dianggap menyalahi norma-norma. Seperti masuknya unsur penonton yang mabuk-mabukan dan kurangnya adat atau sopan santun yang memagari penonton laki-laki yang ikut menari terhadap perempuan yang mengajak menari. Namun, perlahan-lahan pelaksanaannya mulai ditertibkan sehingga penyelenggaraan tari hiburan ini mengalami perubahan bentuk dan kedudukannya lebih terhormat sampai kini.

b. Tari Pergaulan dalam Bentuk Sajian Tari Berpasangan
     Jenis tari pergaulan di tempat lain yang disajikan secara berpasangan, kini telah menerima sentuhan artistik sehingga lebih tertib, ibarat Tari Joged Bumbung (Bali), Tari Rantak Kudo (Sumatra), Tari Gandrung dan Tari Seblang (Jawa Timur), Tari Lendo Ndao (Lombok), dan Tari Yosim Pancar (Papua). Beribu jenis tari lainnya yang tersebar di seluruh Nusantara berfungsi untuk hiburan.
  
c. Keunikan Busana pada Tari Hiburan
     Tari hiburan akan memperlihatkan kekhasan dilihat dari kostumnya dan alat musik pengiringnya. Orang-orang pantai yang hidup sebagai nelayan cenderung mengenakan kostum yang berwarna cerah dan terang. Hal ini sanggup dikaitkan dengan karakternya yang agak keras. Volume nada berbicara
mereka tinggi alasannya yakni harus bersaing dengan bunyi deburan ombak pantai. Namun, keadaan itu tidak mengurangi rasa kekeluargaan mereka. Keadaan sosio kultural ini membuat jenis tari hiburan di pesisir, termasuk mempunyai huruf lincah. Efek huruf ini diwujudkan dengan kostum warnawarni
dan desain sederhana, ibarat kain yang dililit, baju kebaya, epilog kepala, hiasan kepala, juga selendang yang dipergunakan sebagai properti untuk menari.
      Selendang dikenakan dengan cara disampirkan di bahu penari wanita. Selain sebagai busana, adakala selendang juga dijadikan alat untuk menarik penonton ke arena untuk menari bersama. Di tempat lain, adakala pada ketika pementasan sebuah tari hiburan, suasananya sering kali dibumbui keributan. Demikian itu terjadi jikalau salah satu penonton tidak berkesempatan menari bersama salah satu penari yang disebut ronggeng (di Jawa Barat). Penari topeng ibarat itu disebut,
ledhek (di Jawa Timur) dan janger (di Bali).
     Kekhasan lain tari hiburan yang tumbuh di tempat agraris, pertanian, bercocok tanam, atau perkebunan yakni dipengaruhi kekuasaan kaum feodal, yang membuat rakyat patuh, harus mengikuti seruan para pejabat untuk menari di kalangan ningrat dan kaum feodal yang cenderung
mengarah ke pertunjukan erotis. Busana tari yang dikenakan merupakan cara berpakaian sehari-hari, ibarat baju kebaya lengan panjang, kain yang dililit semata kaki, atau baju atasan sebatas dada yang disebut apok (Sunda) atau ampok (Bali), sedangkan untuk zaman kini disebut bustier. Tari-tariannya lebih didominasi kaum hawa.

Menyusun Jadwal Kegiatan, Jadwal Kerja, Anggaran Kegiatan, Dan Persiapan Pertunjukan Tari

1. Menyusun Program Kegiatan dan Jadwal Kerja Pertunjukan Tari
       Panitia yang telah terbentuk harus segera menciptakan aktivitas kegiatan. Setiap panitia menyusun kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai dengan kiprah dan tanggung jawabnya masing-masing. Kemudian, aktivitas kegiatan tersebut dibahas dalam rapat panitia. Semua anggota panitia sanggup memberikan ajakan dan saran untuk dijadikan ajaran dalam penyusunan aktivitas kerja.
       Pelaksanaan aktivitas kegiatan diatur dalam suatu jadwal kerja. Jadwal kerja yaitu urutan waktu pelaksanaan dari aktivitas kerja yang telah dibuat. Setiap panitia harus melaksanakan aktivitas kegiatan sesuai dengan jadwal kerja. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan dibutuhkan sanggup berjalan dengan sempurna waktu.
Berikut ini yaitu referensi jadwal kerja yang dibentuk sesuai dengan aktivitas kegiatan pertunjukan tari di sekolah.

2. Menyusun Anggaran Kegiatan Pertunjukan Tari
       Penyusunan anggaran terdiri atas sumber dana dan penggunaan atau pengeluaran dana. Sumber dana sanggup berasal dari dana sekolah dan sumbangan. Sedangkan, pengeluaran dana ibarat akomodasi, publikasi, konsumsi, dan sebagainya.
Berikut ini yaitu referensi anggaran kegiatan pertunjukan tari di sekolah.
Sumber dana
Dana sekolah         Rp. 1.000.000,-
Sumbangan           Rp. 500.000,-
             total          Rp 1.500.000,-

Pengeluaran
Biaya konsumsi                   Rp. 600.000,-
Biaya alat tulis                     Rp. 50.000,-
Biaya transportasi                Rp. 50.000,-
Biaya fasilitas                 Rp. 200.000,-
Biaya publikasi                    Rp. 50.000,-
Biaya training (2 minggu) Rp. 150.000,-
Biaya dokumentasi              Rp. 250.000,-
Biaya PPPK                         Rp. 50.000,-
Lain-lain                              Rp. 100.000,-
      total                                Rp. 1.500.000,-

3. Persiapan Pertunjukan Tari
      Dalam meyelenggarakan pertunjukan tari, persiapan sangat penting untuk dilakukan. Pertunjukan tari merupakan bentuk apresiasi terhadap seni tari, terutama seni tari nusantara. Apresiasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu appreciation yang artinya penghargaan. Mengapresiasi karya seni tari berarti melaksanakan kegiatan pengamatan, penilaian, dan penghargaan terhadap karya seni tari. Dengan mengadakan pertunjukan tari di sekolah berarti kau telah
mengamati, menilai, dan menghargai karya seni tari.
       Berbagai jenis tari nusantara sanggup ditarikan dalam bentuk tari tunggal dan tari berpasangan atau kelompok. Apakah kita masih ingat jenis-jenis tari tunggal dan tari berpasangan atau kelompok kawasan nusantara? Berikut ini yaitu nama-nama tarian dari banyak sekali kawasan di nusantara.
1. Tari Saman dari Nanggroe Aceh Darussalam
2. Tari Piring dari Sumatra Barat
3. Tari Dewi Anjasmara dari Jawa Barat
4. Tari Topeng Betawi dari DKI Jakarta
5. Tari Gambir Anom dari Jawa Tengah
6. Tari Remo dari Jawa Timur
7. Tari Panji Semirang dari Bali
8. Tari Giring-giring dari Kalimantan Timur
9. Tari Maengket dari Sulawesi Utara
10. Tari Cakalele dari Maluku

Kepanitiaan Tari / Kiprah Panitia Tari (Penasihat, Penanggung Jawab, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi-Seksi Pertunjukan Tari)

Adanya kepanitiaan dalam suatu program merupakan hal yang sangat penting. Suatu kepanitiaan mempunyai kiprah dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pertunjukan tari. Contoh susunan kepanitiaan tari yaitu sebagai berikut:
a. Penasihat                       d. Sekretaris
b. Penanggung jawab        e. Bendahara
c. Ketua                             f. Seksi-seksi


       Setiap orang yang terlibat dalam susunan panitia harus mengetahui kiprah dan kewajiban yang harus dikerjakan. Berikut ini yaitu kiprah dan wewenang dari masing-masing panitia. Coba kita cermati uraiannya berikut ini.
a. Penasihat
       Penasihat yaitu orang yang dianggap tertua (senior) dalam kepanitiaan. Biasanya orang yang menjadi penasihat dalam kepanitiaan sekolah yaitu kepala sekolah. Penasihat harus memperlihatkan kode dan motivasi kepada semua panitia, sehingga dalam pelaksanaan pergelaran nanti sanggup terealisasi dengan baik. Adapun kiprah yang harus dilaksanakan seorang penasihat pertunjukan tari adalah:
1) Menerima laporan yang diajukan oleh panitia.
2) Memberikan penilaian pada laporan yang dibuat panitia.
3) Memberikan pesan tersirat dan saran mengenai banyak sekali hal yang berkaitan dengan pertunjukan tari.
4) Bertanggung jawab atas terselenggaranya pertunjukan.
b. Penanggung jawab
       Penanggung jawab yaitu pelaksana harian yang harus selalu mengikuti atau memantau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kepanitiaan. Penanggung jawab sanggup mewakili penasihat apabila ada hal yang mendesak. Biasanya penanggung jawab yaitu wakil kepala sekolah. Penanggung jawab mempunyai kiprah yang sama dengan kiprah penasihat.
c. Ketua
       Ketua yaitu penanggung jawab penuh atas terselenggaranya pertunjukan tari yang akan dilaksanakan. Tugas yang harus dilaksanakan ketua panitia adalah:
1) Membuat proposal atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
2) Sebagai informan (narasumber) dan menjadi fasilitator (jembatan) komunikasi antara pihak sekolah dengan panitia.
3) Memimpin rapat.
4) Memberikan prakata (sambutan) pada ketika pelaksanaan pertunjukan.
5) Membuat laporan pertanggungjawaban sehabis program selesai dilaksanakan.
d. Sekretaris
       Sekretaris bertugas mendampingi ketua dan mencatat segala sesuatu yang dibicarakan dalam rapat untuk kepentingan organisasi. Tugas sekretaris pertunjukan tari adalah:
1) Notulen pada ketika mengadakan rapat. Sekretaris harus mencatat segala kegiatan dan pembicaraan pada ketika rapat sedang berlangsung. Catatan tersebut dibuat pada buku notulen. Notulen dimulai dari susunan acara, pembicaraan, masing-masing acara, sambutan-sambutan, saran dan usul, serta hasil rapat. Dengan demikian, semua pembicaraan pada ketika rapat akan terekam pada buku dan sewaktu-waktu dibutuhkan gampang untuk mempelajarinya kembali.
2) Membuat undangan, pamflet, buklet, spanduk, dan sebagainya. Undangan yaitu cara mengundang atau memanggil orang yang diharapkan pada sebuah acara, termasuk rapat. Biasanya seruan berisi tentang:
a) Nomor surat
b) Perihal
c) Lampiran
d) Kepada siapa seruan harus diberikan
e) Tempat, tanggal
f) Waktu
g) Acara
e. Bendahara
       Bendahara bertugas mendapatkan dan mengeluarkan uang menurut izin dari ketua. Dalam sebuah kegiatan, kiprah bendahara sangat penting sebab harus mengamankan keuangan. Oleh sebab itu, pilihlah orang yang bertanggung jawab dan sanggup mendapatkan amanah untuk menjadi bendahara.
f. Seksi-seksi
       Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan panitia, maka perlu dibuat seksi-seksi. Setiap seksi mempunyai kiprah dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Seksi-seksi yang perlu dibuat dalam kepanitian pertunjukan tari, menyerupai seksi konsumsi, seksi dokumentasi, seksi akomodasi, seksi acara, seksi PPPK, dan seksi keamanan. Mari telaah uraiannya satu persatu.
1) Seksi konsumsi
       Seksi konsumsi bertugas menyiapkan masakan dan minuman yang akan disajikan pada ketika program pertunjukan. Seksi konsumsi harus mengetahui jumlah konsumsi yang harus disiapkan. Dengan mengetahui jumlah konsumsi yang harus disiapkan, maka akan diketahui jumlah anggaran untuk konsumsi. Konsumsi yang disiapkan harus diubahsuaikan dengan anggaran yang telah ditentukan panitia.
Untuk mengetahui jumlah konsumsi yang harus disiapkan, maka panitia seksi konsumsi harus menghitung jumlah orang.
Contoh:
Undangan = 50 orang
Panitia      = 30 orang
Penari dan pemain musik = 180 orang
Kru           = 20 orang
Lain-lain   = 20 orang
Jumlah  total    = 300 orang
      Misalnya, setiap orang menerima konsumsi masakan ringan, menyerupai kue, roti, dan minuman seharga Rp. 2.000,-. Berdasarkan jumlah orang tersebut, maka anggaran yang dibutuhkan yaitu 300 × Rp 2.000,- = Rp 600.000,- .
2) Seksi dokumentasi
        Tugas seksi dokumentasi yaitu mendokumentasikan program pertunjukan tari. Dokumentasi sanggup berupa foto, video atau film. Dahulu dokumentasi selalu diidentikkan dengan foto. Saat ini sesuai kemajuan bidang teknologi dan elektronik, maka dokumentasi sanggup berupa vcd atau film. Adapun yang harus dikerjakan seksi dokumentasi antara lain:
a) Seksi dokumentasi harus mengetahui susunan program supaya sanggup membagi berapa gambar yang harus diambil dari masing-masing acara.
b) Menyiapkan peralatan dokumentasi, menyerupai kamera, kamera video, dan lampu.
c) Mendokumentasikan kegiatan ketika program berlangsung. Seksi dokumentasi harus mencermati situasi program dan tata letak panggung sehingga sanggup mengambil gambar dengan tepat. Selain itu, seksi dokumentasi harus mengetahui arah gerak pemain di atas panggung, sehingga sanggup mengambil (membidik) gerakan yang cantik dan indah.
d) Menyimpan foto dan menatanya dalam bentuk album.
e) Mengedit video dan menyimpannya dalam bentuk vcd atau dvd.
f) Menyerahkan hasil dokumentasi kepada pihak sekolah untuk dijadikan arsip sekolah.
3) Seksi akomodasi
      Tugas seksi fasilitas yaitu sebagai penghubung dari panitia untuk mempersiapkan segala sesuatu semoga pelaksanaan pergelaran sanggup terselenggara dengan baik. Adapun kiprah yang harus dikerjakan antara lain:
a) Mengurus perizinan, baik dari pihak sekolah maupun di luar sekolah, menyerupai ke lingkungan sekitar (RT) dan kepolisian. Perizinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mengadakan suatu pertunjukan. Perizinan diharapkan untuk menjaga segala kemungkinan atau banyak sekali hal yang tidak diinginkan. Dengan mengajukan perizinan kepada pihak kepolisian, maka akan ada petugas kepolisian untuk pengamanan pada ketika pelaksanaan pertunjukan.
b) Mempersiapkan daerah pertunjukan.
c) Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan dipakai dalam program pertunjukan.
4) Seksi acara
       Tugas seksi program yaitu mengkoordinir semua program yang akan dipergelarkan pertunjukan tari. Oleh sebab itu, seksi program harus memperhatikan seluruh pertunjukan dari urutan pertama hingga akhir. Pada pelaksanaan acara, diharapkan seksi program selalu mengadakan koordinasi dengan masing-masing akseptor yang akan tampil. Perlu diingat pada ketika program berlangsung jangan hingga ada waktu yang terbuang, sebab akan dipakai penonton untuk mengevaluasi jalannya pergelaran dan menciptakan kegaduhan. Untuk itu seksi hiburan harus benar-benar lincah pada waktu pergelaran sedang berlangsung.
5) Seksi PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
       Seksi PPPK bertugas untuk memperlihatkan pemberian kepada seluruh yang hadir apabila secara tiba-tiba jatuh sakit. Seksi PPPK harus mempersiapkan obat-obatan, minyak angin, perban, dan antiseptik.
6) Seksi Keamanan
      Seksi keamanan bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban semoga program berjalan tertib dan lancar. Tugas seksi keamanan, antara lain:
a) Menutup pintu pada ketika program berlangsung semoga ketertiban dan keamanan sanggup terjaga.
b) Memeriksa undangan.
Itulah tadi bahasan mengenai kepanitiaan dan kiprah panitia dalam pertunjukan tari, semoga bermanfaat.