Masyarakat berburu dan mengumpulkan masakan ini lebih bahagia tinggal di gua-gua sebagai kawasan berlindung. Mereka mulai menciptakan alat-alat berburu, alat potong, pengeruk tanah, dan perkakas lain. Pola hidup berburu membentuk suatu kebutuhan akan pembuatan alat dan penggunaan api. Kebutuhan ini membentuk suatu budaya menciptakan alat-alat sederhana dari batu, kayu, tulang yang selanjutnya berkembang dengan munculnya suatu kepercayaan terhadap kekuatan alam. Diduga, alat-alat ini diciptakan oleh insan pithecanthropus dari zaman Paleolitikum, contohnya alat-alat yang ditemukan di Pacitan. Menurut H.R.
von Heekeren dan R.P. Soejono, serta Basuki yang melakukan penelitian tahun 1953-1954, kebudayaan Pacitan merupakan kebudayaan tertua di Indonesia. Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, ditemukan alat-alat dari bambu yang digunakan untuk menciptakan keranjang, menciptakan api, menciptakan anyaman dan pembakaran. Selain di Pacitan, temuan homogen terdapat pula di Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong, Perigi, Tambang Sawah di Bengkulu, Lahat, Kalianda di Sumatera Selatan, Sembiran Trunyan di Bali, Wangka, Maumere di Flores, Timor-Timur (Timor Leste), Awang Bangkal di Kalimantan Timur, dan Cabbenge di Sulawesi selatan.
Hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan masakan antara lain:
(1) Kapak perimbas: tidak mempunyai tangkai dan digunakan dengan cara digenggam; diduga hasil kebudayaan Pithecanthropus Erectus. Kapak perimbas ditemukan pula di Pakistan, Myanmar, Malaysia, Cina, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
(2) Kapak penetak: bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas, namun lebih besar dan masih kasar; berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
(3) Kapak genggam: bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas dan penetak, namun bentuknya lebih kecil dan masih sederhana dan belum diasah; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia; digenggam pada ujungnya yang lebih ramping.
(4) Pahat genggam: bentuknya lebih kecil dari kapak genggam; berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubiubian untuk dikonsumsi.
(5) Alat serpih atau flake: bentuknya sangat sederhana; berukuran antara 10 sampai 20 cm; diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan penusuk untuk mengupas, memotong, dan menggali tanah; banyak ditemukan di goa-goa yang pernah ditinggali insan purba.
(6) Alat-alat dari tulang: berupa tulang-belulang hewan buruan. Alat-alat tulang ini sanggup berfungsi sebagai pisau, belati, mata tombak, mata panah; banyak ditemukan di Ngandong.
(Alat-alat rumah tangga dari tulang) (bse sejarah oleh Hendrayana)
Baca juga: Jenis Manusia Purba di Indonesia (Megnthropus, Pithecanthropus, Homo Sapiens)
Zaman Batu dan Zaman Logam (Periodesasi Berdasarkan Arkeologi)
Periodesasi Masa Prasejarah Berdasarkan Geologi (Zaman Arkaikum, Palaeozoikum, Mezoloikum, dan Neozoikum)
von Heekeren dan R.P. Soejono, serta Basuki yang melakukan penelitian tahun 1953-1954, kebudayaan Pacitan merupakan kebudayaan tertua di Indonesia. Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, ditemukan alat-alat dari bambu yang digunakan untuk menciptakan keranjang, menciptakan api, menciptakan anyaman dan pembakaran. Selain di Pacitan, temuan homogen terdapat pula di Jampang Kulon (Sukabumi), Gombong, Perigi, Tambang Sawah di Bengkulu, Lahat, Kalianda di Sumatera Selatan, Sembiran Trunyan di Bali, Wangka, Maumere di Flores, Timor-Timur (Timor Leste), Awang Bangkal di Kalimantan Timur, dan Cabbenge di Sulawesi selatan.
Hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan masakan antara lain:
(1) Kapak perimbas: tidak mempunyai tangkai dan digunakan dengan cara digenggam; diduga hasil kebudayaan Pithecanthropus Erectus. Kapak perimbas ditemukan pula di Pakistan, Myanmar, Malaysia, Cina, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
(2) Kapak penetak: bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas, namun lebih besar dan masih kasar; berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
(3) Kapak genggam: bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas dan penetak, namun bentuknya lebih kecil dan masih sederhana dan belum diasah; ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia; digenggam pada ujungnya yang lebih ramping.
(4) Pahat genggam: bentuknya lebih kecil dari kapak genggam; berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubiubian untuk dikonsumsi.
(5) Alat serpih atau flake: bentuknya sangat sederhana; berukuran antara 10 sampai 20 cm; diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan penusuk untuk mengupas, memotong, dan menggali tanah; banyak ditemukan di goa-goa yang pernah ditinggali insan purba.
(6) Alat-alat dari tulang: berupa tulang-belulang hewan buruan. Alat-alat tulang ini sanggup berfungsi sebagai pisau, belati, mata tombak, mata panah; banyak ditemukan di Ngandong.
(Alat-alat rumah tangga dari tulang) (bse sejarah oleh Hendrayana)
Baca juga: Jenis Manusia Purba di Indonesia (Megnthropus, Pithecanthropus, Homo Sapiens)
Zaman Batu dan Zaman Logam (Periodesasi Berdasarkan Arkeologi)
Periodesasi Masa Prasejarah Berdasarkan Geologi (Zaman Arkaikum, Palaeozoikum, Mezoloikum, dan Neozoikum)
EmoticonEmoticon