Kitab-Kitab Zaman Sejarah Dan Pengarangnya (Sutasoma, Negarakertagama, Ranggalawe, Dll)

       Bukti kebiasaan goresan pena yang dilakukan oleh raja-raja di kerajaan di Indonesia ialah dikala mereka memiliki para penulis keraton atau para pujangga yang bertugas mencatat beberapa insiden penting yang berkaitan dengan kerajaannya. Misalnya, menyangkut sebuah insiden penting yang menyangkut bidang sosial, ekonomi, politik maupun keagamaan, serta pembuatan silsilah kerajaan dan kebijakan-kebijakan raja.
       Para pujangga istana menulis perihal hal-hal yang baik dan nyata saja dari seorang raja, bersifat istanasentris dan memiliki tujuan untuk menerangkan kelebihan, keistimewaan, dan menjadi alat legitimasi dari seorang raja. Misalnya, dikala di kerajaan Singosari Ken Arok membentuk wangsa Giridrawangsa
untuk memperlihatkan pemahaman kepada rakyat bahwa beliau adalah keturunan dewa.
       Pada awalnya karya sastra ini ditulis di atas daun lontar yang jikalau rusak selalu diperbaiki. Sejalan dengan kemajuan teknologi kemudian diubah memakai kertas. Karya sastra ini bisa berbentuk puisi, kakawin, maupun prosa. Berikut karya sastra yang dimaksud antara lain:
(a) Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, pada masa pemerintahan Raja Jayabaya dari Kediri. Kisah peperangan Pandawa dengan Kurawa yang secara implisit menggambarkan perang antara Jenggala dan Kediri.
(b) Kitab Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh.
(c) Kitab Smaradhana, karya Mpu Dharmaja.
(d) Kitab Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya, karya Mpu Tanakung.
(e) Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna.
(f) Kitab Pararaton, isinya sebagian besar mitos perihal riwayat Ken Arok, Riwayat Raden Wijaya dan Kertanegara sampai menjadi raja di Majapahit.
(g) Kitab Sundayana, yang mengisahkan terjadinya insiden Bubat, yaitu perkawinan yang menjelma pertempuran.
(h) Negarakretagama, yang dikarang oleh Mpu Prapanca, mengisahkan perjalanan Hayam Wuruk ke daerah-daerah kekuasaan Majapahit.
(i) Kitab Sutasoma, yang dikarang oleh Mpu Tantular, berisi perihal riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang menjadi pendeta Budha. Dalam kitab ini tergambar adanya kerukunan umat beragama di Majapahit antara umat Hindu dengan umat Budha. Dalam kitab ini terdapat ungkapan Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa
(j) Kitab Ranggalawe, yang menceritakan pemberontakan Ranggalawe.
(k) Kitab Sorandaka, yang menceritakan pemberontakan Sora.
(l) Kitab Usana Jawa, yang menceritakan penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar.
 

       Sedangkan tradisi goresan pena peninggalan kerajaan-kerajaan Islam berupa karya sastra yang menerima imbas dari Persia. Namun imbas sastra Indonesia dan Hindu juga masih ada.
Pada masa itu muncullah hikayat, yaitu karya sastra yang kebanyakan berisi dongeng belaka, ada pula yang berisi dongeng sejarah; di pulau Jawa disebut babad biasa di Jawa berupa puisi (tembang) di luar Jawa sanggup berbentuk syair atau prosa. Beberapa contoh karya sastra antara lain:
(1) Cerita Panji
     Mengisahkan perkawinan Panji Inu Kertapati, putra raja Kahuripan dengan Galuh Candra Kirana, putri raja Daha. Perkawinan berlangsung sesudah berhasil mengatasi berbagai kesulitan.
(2) Cerita Amir Hamzah
     Mengisahkan permusuhan antara Amir Hamzah dengan mertuanya, raja Nursewan dari Madayin, yang masih kafir.
(3) Hikayat Bayan Budiman
     Mengisahkan burung nuri yang pintar dongeng sehingga Prabawati yang ditinggal suaminya, Madasena, berlayar terhindar dari perbuatan serong.
(4) Hikayat Hang Tuah
     Mengisahkan perkawinan Hang Tuah, abdi raja Malaka yang setia, gagah berani, lagi bijaksana. Setelah mengundurkan diri, kemudian Hang Tuah hidup sebagai pertapa dan hilang secara gaib. Hang Tuah ialah tokoh sejarah, yaitu laksamana armada kerajaan Malaka waktu masa jayanya. Ia ialah prajurit yang utama, berani serta pintar dan bijaksana, dan abdi sang raja yang taat dan setia. Bisa dikatakan dalam segala hal ia
adalah wakil sang raja dan duta kerajaannya.
     Berkali-kali namanya kita jumpai dalam Sejarah Melayu, dan ia selalu dijadikan pola teladan.
Dalam hikayat ini ia digambarkan sudah menjadi pendekar pada masa Gajah Mada (sekitar tahun 1350), mengenal kerajaan Wijayanagara di India pada puncak kejayaannya (sekitar tahun 1500) dan mengalami pula jatuhnya Malaka pada tahun 1511, bahkan juga direbutnya Malaka oleh Belanda pada tahun 1641!
Hang Tuah tidak meninggal melainkan gaib, sesudah ia mengundurkan diri dari hidup kemasyarakatan dan menjadi petapa. Sebagai keramat ia masih sering kali menampakkan diri kepada keturunannya. Demikianlah berdasarkan ceritanya.
(5) Hikayat Raja-Raja Pasai
     Kitab ini disusun sekitar masa ke15 M. Isinya mengenai riwayat raja-raja yang pernah memerintah Samudera Pasai. Hikayat Raja-raja Pasai. Kitab babad ini dalam pokoknya meriwayatkan kerajaan Pasai, semenjak didirikan oleh Malik al-Saleh (wafat th. 1297) hingga ditaklukkan oleh Majapahit zaman Gajah Mada. (bse sejarah Hendrayana)


EmoticonEmoticon