Berikut ialah bacaan Al-Quran Surat al-Mujadilah ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Terjemahan:
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ”Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, pasti Allah akan mengangkat (derajat) orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kau kerjakan. (Q.S.al-Mujadilah [58]: 11)
Terjemahan Kata Perkata Surat Al-Mujadilah ayat 11:
1. إِذَا قِيلَ لَكُمْ : apabila dikatakan kepadamu
2. تَفَسَّحُوا : berilah kelapangan
3. فِي الْمَجَالِسِ : dalam majelis
4. فَافْسَحُوا : maka lapangkanlah
5. يَفْسَحِ اللَّهُ : pasti Allah akan memberi kelapangan
6. لَكُمْ : kepadamu
7. وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا : dan apabila dikatakan berdirilah kamu
8. فَانشُزُوا : maka berdirilah
9. يَرْفَعِ اللَّهُ : Allah akan mengangkat
10. الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ : orang-orang yang beriman di antaramu
11. وَالَّذِينَ : dan orang-orang
12. أُوتُوا الْعِلْمَ : yang diberi ilmu
13. دَرَجَاتٍ : beberapa derajat
14. بِمَا : dengan apa yang
15. تَعْمَلُونَ : kau kerjakan
16. خَبِيرٌ : Mahateliti
Tajwid Surat Al-Mujadilah Ayat 11:
Dalam Surah al-Mujadilah ayat 11 di atas, terdapat beberapa aturan bacaan Al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Hukum-hukum bacaan tajwid tersebut sebagai berikut.
1. Mad jaiz munfasil, yaitu abjad mad tabi‘i dalam satu kata bertemu dengan hamzah berharakat pada kata lain. Bacaan mad yang ini di terapkan ketika membaca kalimat آمَنُواإِذَا dengan panjang bacaan 2–5 ketukan.
2. Izhar syafawi, yaitu abjad mim mati bertemu abjad selain mim dan ba. Kamu harus membacanya dengan terang dan terperinci di bibir serta verbal tertutup. Contohnya terdapat dalam kalimat لَكُمْ تَفَسَّحُوا.
3. Ikhfa, yaitu jikalau nun mati atau tanwin bertemu salah satu abjad yang berjumlah lima belas, dibaca samar-samar. Surah al-Mujadilah ayat 11 di atas, kata yang mengandung aturan bacaan ikhfa terdapat pada kata مِنكُمْ.
4. Lam jalalah tarqiq (tipis), yaitu abjad lam pada lafal Allah harus dibaca tipis jikalau didahului abjad yang berharakat kasrah. Contohnya bacaan Bismillahi. Sebaliknya, dibaca tafkhim (tebal) ketika abjad lam pada lafal Allah didahului abjad yang berharakat fathah atau dammah sebagaimana terdapat pada kalimat وَاللَّهُ.
5. Mad ‘arid lissukun, yaitu jikalau mad tabi‘i yang bertemu dengan abjad pada selesai ayat (yang dibaca waqaf). Panjang bacaan mad ‘arid lissukun ini satu hingga tiga alif. Contohnya ialah yang terdapat pada kalimat خَبِيرٌ pada selesai ayat. (As‘ad Humam. 1995. Halaman 13, 15, 24, 46, dan 60)
Dalam Surah al-Mujadilah ayat 11 kita banyak menemukan aturan bacaan mad. Sebaiknya kita membaca ayat tersebut sesuai aturan bacaan tajwidnya serta dengan memerhatikan makhraj hurufnya.
Isi Kandungan Surat Al-Mujadilah Ayat 11:
Asbabun nuzul surat al-Mujadilah ayat 11 ini berdasarkan para mahir tafsir ialah berkaitan dengan perilaku melapangkan dalam bermajelis. Ibnu ‘Abbas memberi klarifikasi perihal alasannya ialah turunnya ayat ini. Menurutnya, turunnya ayat ini bertepatan ketika Rasulullah saw. dan para sahabat sedang berada dalam majelis lalu tiba Sabit bin Qais. Oleh lantaran indera pendengaran Sabit sudah agak terganggu, ia menentukan masuk dalam majelis dan mendekati Rasulullah saw. Di antara para sahabat ada yang secara sukarela menawarkan kesempatan, tetapi ada juga yang menolak.
Ar-Razi menawarkan klarifikasi yang menarik perihal turunnya ayat 11 ini. Ar-Razi menjelaskan dua hal perihal ayat ini. Pertama, jikalau kita disuruh bangun untuk menawarkan kesempatan kepada orang lain yang lebih patut untuk menduduki, segeralah untuk memberikannya. Kedua, jikalau disuruh bangun lantaran memang telah usang duduk, sebaiknya menawarkan kesempatan kepada orang lain supaya mereka juga sanggup mencicipi yang sama.
Berdasarkan keterangan para mahir di atas, kandungan al_mujadilah ayat 11 seluruhnya menjelaskan perihal tata cara bermajelis, yaitu dengan menawarkan daerah kepada orang lain. Akan tetapi, ayat ini secara luas juga mengandung pesan yang sanggup dipetik perihal tata cara bekerja, sebagai sarana penting dalam menjalani hidup di dunia ini.
1. Dalam Bekerja Hendaknya Membuat Perencanaan Tertentu
Ketika Rasulullah sedang memberikan pesan-pesan pesan tersirat di depan para sahabat tampak bahwa majelis tersebut sangat padat. Oleh lantaran itu, Rasulullah segera membenahi cara duduk para sahabat sehingga jikalau ada orang yang mau lewat atau ingin mendekati dia lantaran kondisi-kondisi tertentu tidak kesulitan. Demikian juga dalam bekerja membuat perencanaan tertentu dengan matang untuk diterapkan, sangat penting. Dalam bekerja, khususnya jikalau dilakukan bersama orang lain, membutuhkan administrasi tertentu untuk mencapai sasaran pekerjaan dengan sukses. Oleh lantaran setiap langsung mempunyai karakter, keahlian, dan potensi diri yang berlainan, perlu dibentuk aturan-aturan tertentu sehingga masing-masing sanggup menuntaskan tugasnya dengan baik. Termasuk dalam perencanaan ialah melaksanakan antisipasi-antisipasi tertentu terhadap sesuatu atau kondisi yang tidak umum terjadi.
2. Memberikan Kesempatan kepada Orang Lain
Rasulullah menyuruh para sahabat yang telah usang duduk untuk bergantian bangun dengan menawarkan kesempatan kepada sahabat lain, yaitu Sabit bin Qais si mahir Badar. Kasus ini memberi pesan bahwa jikalau disuruh bangun lantaran memang telah usang duduk, sebaiknya menawarkan kesempatan kepada orang lain supaya mereka juga sanggup mencicipi yang sama. Jika dikaitkan perihal etos kerja, memberi referensi dalam upaya menawarkan kesempatan kepada orang lain. Telah menjadi watak manusia, kita cenderung mengurusi dirinya sendiri dan bersikap masa kurang arif kepada orang lain. Sebagai referensi dalam bidang pekerjaan kita cenderung menutup kesempatan orang lain untuk mendapat kedudukan dan kesempatan kerja menyerupai yang kita raih. Kita merasa khawatir jikalau menawarkan kesempatan kepada mereka, rezeki kita menjadi berkurang. Padahal, Rasulullah memerintahkan untuk bersikap lapang dan bersedia membantu kepada sesama. Rasulullah saw. pernah bersabda, Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu masih bersedia menolong sesama muslim. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi). Demikianlah kesepakatan Allah, jikalau kita bersedia menolong orang lain, berarti kita akan mendapat sumbangan dari Allah Swt. sehingga tidak perlu takut kalau rezekinya menjadi berkurang. Rezeki yang kita peroleh justru semakin barokah jikalau kita sanggup membagikan kepada orang lain. Sebaliknya, betapa pun mendapat rezeki yang banyak, hati kita tetap merasa susah jikalau bersikap egois dengan mementingkan urusan dirinya sendiri. Termasuk perilaku menawarkan kesempatan kepada orang lain ialah menyiapkan regenerasi secara baik. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang baik ialah yang sanggup melahirkan generasi yang berbakat. Generasi yang nantinya siap untuk meneruskan tampuk kepemimpinan.
3. Mematuhi Aturan yang Berlaku
Kandungan dalam Surah al-Mujadilah ayat 11 juga ditegaskan, Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, . . . . Kita dihentikan melanggar peraturan yang telah disepakati dengan alasan-alasan tertentu yang tidak sanggup dipertanggungjawabkan. Ketika para sahabat diperintah untuk menghormati para mahir Badar lantaran derajat keistimewaan tertentu kepada mereka, para sahabat pun patuh pada peraturan tersebut. Dalam menjalin hubungan kerja dengan orang lain hendaknya kita mematuhi aturan yang berlaku. Melanggar aturan yang telah disepakati bersama akan merugikan orang lain dan diri sendiri. Misalnya sasaran kerja tidak tercapai, hubungan komunikasi kurang harmonis, dan terjadi perselisihan yang tidak diinginkan.
4. Bekerja dengan Berbekal Iman dan Ilmu
Pada epilog al-Mujadilah ayat 11 dijelaskan, ”Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kau kerjakan.” Dari sini sanggup dipahami bahwa seseorang yang mempunyai dogma dan ilmu akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Keimanan dan kepahaman merupakan modal utama untuk sanggup meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Dalam dunia kerja misalnya, seseorang dituntut mempunyai dedikasi, menguasai skill, dan profesional. Akan tetapi, itu semua masih belum tepat tanpa dilengkapi dengan keimanan kepada Allah yang kukuh. Keimanan inilah yang akan melahirkan optimisme, kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, dan sifat terpuji lainnya.
Oleh lantaran kita telah yakin bahwa Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu yang kita kerjakan, kita hendaknya bekerja dengan sungguh-sungguh. Motivasi dalam bekerja juga harus didasari untuk mencari rida dari Allah Swt. tidak sekadar mencari rezeki saja sehingga mempunyai nilai ibadah.
Berikut ini beberapa pesan tersirat pentingnya bekerja keras sebagai berikut.
a) Menjaga kehormatan diri lantaran dengan bekerja keras berarti kita terlepas dari ketergantungan pada orang lain.
b) Bekerja merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan langsung dan keluarga.
c) Bekerja merupakan sarana ibadah yang bernilai pahala jikalau dilakukan dengan lapang dada sebagai pengabdian kepada Allah.
d) Bekerja berarti akan membuat karakter langsung yang tangguh dan sabar dalam setiap keadaan. (Buku PAI)
Semoga bermanfaat 😊😊
EmoticonEmoticon