Bacaan Surah Al-Jumuah ayat 9-10:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ (9)
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10)
Terjemahan: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka segeralah kau mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jikalau kau mengetahui. Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kau di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kau beruntung. (Q.S. al-Jumuah [62]: 9–10)
Tajwid Surah Al-Jumuah ayat 9-10:
Pada kedua ayat dalam Surah al-Jumu‘ah ayat 9–10, terdapat beberapa aturan bacaan Al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Hukum-hukum bacaan tersebut ialah sebagai berikut.
1. Idgam bigunnah, yaitu jikalau ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu aksara ya', nun, mim, dan wawu, cara membacanya dengan memasukkan aksara tersebut dan berdengung. Dalam Surah al-Jumu‘ah 9–10 di atas, kata yang mengandung aturan bacaan idgam bigunnah terdapat pada kata مِن يَوْمِ.
2. Idgam bilagunnah, yaitu jikalau ada nun mati atau tanwin bertemu dengan aksara lam atau ra. Cara membacanya dengan memasukkan aksara tersebut, tetapi tidak berdengung. Dalam Surah al-Jumu‘ah 9–10 di depan, kata yang mengandung aturan bacaan idgam bilagunnah terdapat pada kata كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ dan خَيْرٌ لَّكُمْ.
3. Ikhfa, yaitu jikalau nun mati atau tanwin bertemu salah satu aksara yang berjumlah lima belas, dibaca samar-samar. Dalam Surah al-Jumu‘ah 9–10 di depan, kata yang mengandung aturan bacaan ikhfa terdapat pada kata إِن كُنتُمْ, فَانتَشِرُوا, dan مِن فَضْلِ.
4. Mad tabi‘i, yaitu mad (bacaan panjang) yang dibaca 1 alif atau 2 harakat. Dalam Surah al-Jumu‘ah 9–10 di depan, banyak kata yang mengandung aturan bacaan mad t.abi‘i di antaranya terdapat
pada kata إِذَا نُودِيَ dan لِلصَّلَاةِ.
5. Mad jaiz munfasil, yaitu mad (bacaan panjang) bertemu aksara hamzah berharakat pada suatu kata lain. Cara membacanya boleh dibaca 1 alif, 2 alif, atau 2½ alif (2, 4, atau 5 ketukan). Dalam Surah al-Jumuah 9–10 diatas, kata yang mengandung aturan bacaan mad jaiz munfasil terdapat pada kata يَا أَيُّهَا dan آمَنُوا. (As‘ad Humam. 1995. Halaman 10, 13, 40, dan 42)
Isi Kandungan Surah Al-Jumuah Ayat 9–10
Para fukaha (ahli fikih) menyebabkan ayat dalam Surah al-Jumuah ini sebagai dalil wacana aturan melaksanakan salat Jumat. Salat Jumat hukumnya ialah wajib bagi setiap muslim sehingga ketika seseorang sedang berjual beli, dianjurkan untuk meninggalkan sejenak dan segera menunaikan salat Jumat. Jika Surah al-Jumu’ah ayat 9–10 dikaitkan dengan tema etos kerja, penjelasannya sebagai berikut.
1. Perlunya Keseimbangan antara Urusan Dunia dan Akhirat
Pada dikala kita menuntaskan pekerjaan jenis apa pun yang menyangkut urusan duniawi, tetap diharuskan meninggalkannya jikalau mendengar panggilan azan. Perintah ini memperlihatkan pentingnya menyeimbangkan urusan duniawi dan ukhrawi. Kita dibolehkan mengejar kehidupan duniawi, tetapi dihentikan terlena sehingga lupa pada kehidupan akhirat. Hal ini sebab kerja kita telah diniatkan untuk mencari rida Allah sehingga jikalau ada panggilan untuk ibadah kepada-Nya, dihentikan enggan mengerjakan. Jika salat telah dikerjakan, kita pun diperbolehkan untuk kembali melanjutkan aktivitas. Ada juga pesan yang sangat terkenal dari Abdullah bin Umar r.a. berbunyi:
Artinya: ”Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seperti kau akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seperti kau akan mati besok.” (H.R. Baihaqi)
Bekerja dengan sungguh-sungguh dan profesional dalam anutan Islam sangat diutamakan. Demikian juga khusyuk dalam ibadah sangat penting supaya sanggup membekas pada amaliah sehari-hari, termasuk dalam bekerja.
2. Bekerja Harus Selalu Ingat Allah
Dalam bekerja kita, harus mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok untuk melaksanakan perbuatan yang tidak diridai oleh-Nya. Kita dibolehkan mencari karunia Allah sebanyak mungkin, asal dilakukan dengan cara yang benar. Dengan demikian, Allah pun akan meluaskan rezeki kepada kita dan memperlihatkan keberuntungan yang berlipat ganda.
3. Meningkatkan Produktivitas Kerja
Setelah mengerjakan salat Jumat, kita diperbolehkan untuk melanjutkan acara kerja lainnya. Melakukan ibadah tidak berarti menghambat produktivitas kerja. Guna mendukung produktivitas kerja, ada hal-hal tertentu yang penting untuk diperhatikan.
1) Bersikap rajin, ulet, dan tidak gampang putus asa.
2) Meningkatkan penemuan dan kreativitas.
3) Mau berguru dari pengalaman sehingga sanggup berbuat lebih baik pada masa datang.
4) Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis.
5) Berdoa dan bertawakal kepada Allah.
4. Tidak Boleh Menyerah dalam Bekerja
Dalam kondisi bagaimana pun kita dihentikan mengalah dan berputus asa. Jika kita berusaha, Allah niscaya akan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Rasulullah saw. lebih besar hati kepada umatnya yang bekerja keras daripada yang bermalasmalasan. Orang yang bekerja keras juga memperlihatkan perilaku syukur terhadap nikmat Allah Swt.
Dari Zubair bin ‘Awwam r.a., Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: Hendaklah salah seorang di antara kau mengambil talinya kemudian ia membawa seikat kayu bakar di punggungnya dan menjualnya, maka Allah dengan hasil itu mencukupkan kebutuhan hidupnya, itu lebih baik baginya daripada ia memintaminta kepada orang, baik mereka memberi atau tidak memberinya. (H.R. Bukhari)
Semoga bermanfaat....😊😊😊
EmoticonEmoticon