Kata ditinjau dari pembentukannya, kata-kata dalam teks Angkutan Pedalaman Mencoba Bertahan sanggup dikelompokkan menjadi lima kelompok. Kelompok pertama berupa morfem bebas dan tidak berimbuhan. Kelompok kedua dibuat dari kata dasar dengan diberi imbuhan yang sering disebut kata berimbuhan. Kelompok ketiga dibuat dengan mengulang morfem dasarnya. Kelompok keempat dibuat dengan menggabungkan dua kata (baca: morfem) menjadi bentuk gres yang begitu padu. Kelompok kelima dibuat dengan mempersingkat bentuk panjang.
Tabel Pengelompokan pembentukan kata
Dalam pembentukan kata kelompok 1, 2, 3, dan 4 morfem selalu dilibatkan. Oleh alasannya ialah itu, pembentukannya bersifat morfologis. Lain halnya dengan pembentukan kata kelompok 5. Pada kata kelompok 5 tugas morfem tidak ada, yang ada bentuk panjang kilometer, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur diperpendek menjadi km, Kalteng, dan Kaltim melalui proses nonmorfologis.
a. Afiksasi (Pemberian Imbuhan)
Ada morfem bebas dan morfem terikat. Morfem terikat itu banyak. Di antaranya disebut imbuhan (afiks). Imbuhan pada awal kata disebut awalan (prefiks), di tengah kata sisipan (infiks), pada simpulan kata akhiran (sufiks). Imbuhan yang menempel serentak pada awal dan simpulan kata
disebut konfiks. Ada pula beberapa imbuhan digabungkan dalam bentuk imbuhan gabung..
Proses Afiksasi
b. Reduplikasi (pengulangan)
Reduplikasi merupakan cara membentuk kata gres dengan mengulang bentuk dasarnya. Proses ini menghasilkan kata ulang. Kata anak, membawa, dan ditawarkan, misalnya, sanggup diulang sehingga diperoleh kata ulang anak-anak, membawa-bawa, dan ditawar-tawarkan. Ditinjau dari proses pembentukannya, kata ulang biasanya dibuat dengan cara:
1) mengulang bentuk dasar secara utuh, menyerupai anak-anak, baik-baik, dan duduk-duduk.
Proses ini menghasilkan kata ulang utuh.
2) mengulang sebagian bentuk dasar, menyerupai beberapa, berkejar-kejaran, dan bacamembaca.
Proses ini menghasilkan kata ulang sebagian.
3) mengulang bentuk dasar disertai afiksasi, menyerupai anak-anakan, mobil-mobilan, dan sebaik-baiknya. Proses ini menghasilkan kata ulang berimbuhan.
4) mengulang bentuk dasar disertai perubahan (variasi) fonem, menyerupai corat-coret, bolak-balik, dan warna-warni. Proses ini menghasilkan kata ulang dengan variasi fonem.
c. Penggabungan kata dengan kata (pemajemukan)
Penggabungan kata dengan kata mungkin menghasilkan kata majemuk, idiom, atau frase. Perbedaan ketiganya terletak pada makna, sifat hubungan, dan panjang pendeknya bentuk.
Tabel Kata majemuk, idiom, dan frase
Makna kata beragam masih sanggup ditelusuri dari makna unsur-unsurnya. Begitu pula makna frase, sedangkan makna idiom tidak pribadi berafiliasi dengan makna unsur-unsurnya.
Ditinjau dari sifat kekerabatan unsurnya, adonan pada kata beragam begitu padu sehingga tidak sanggup disisipkan bentuk lain di antaranya. Begitu pula pada idiom, sedangkan pada frase hubungannya bersifat sintaktis, di antara unsur-unsurnya masih sanggup disisipkan bentuk lain.
d. Abreviasi
Abreviasi merupakan perpendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap, atau bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frase (KBBI, 1990:2), misalnya:
SMA : Sekolah Menegah Atas
K.H.A. Dahlan : Kiai Haji Ahmad Dahlan
a.n. : atas nama
km : kilometer
lab : laboratorium
e. Akronimisasi
Akronim berarti akronim yang berupa adonan abjad atau suku kata atau bab lain yang ditulis atau dilafalkan sebagai kata yang masuk akal (KBBI, 1990:16), misalnya:
SIM : Surat Izin Mengemudi
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
rudal : peluru kendali
radar : radio detecting and ranging
satpam : satuan pengaman
Morfem
Pada teks di atas terdapat kalimat Ratusan bahtera ditaksikan di sungai. Kalimat tersebut terjadi dari lima kata. Masing-masing sanggup diurai menjadi bab kecil yang tidak mempunyai makna lagi. Kata ratusan, misalnya, sanggup diurai menjadi ratus dan -an. Masingmasing mempunyai makna. Ratus berarti bilangan hasil kali 10 kali 10; -an berarti dalam hitungan. Ratusan berarti dalam hitungan ratus. Jika diurai lebih lanjut menjadi /b/, /e/, /r/, /g/, /e/, /r/, /a/, dan /k/, masing-masing tidak mempunyai makna lagi. Begitu pula kata digerakkan sanggup diurai menjadi di-, gerak, dan kan. Bila diurai lebih lanjut, diperoleh bentuk /d/, /i/, /g/, /e/, /r/, /a/, /k/, /k/, /a/, dan /n/. Masing-masing juga tidak mempunyai makna. Bentuk yang tidak mempunyai makna menyerupai itu disebut fonem, sedangkan
yang mempunyai makna menyerupai ber-, gerak, di-, dan -kan- disebut morfem. Menurut janji ilmiah morfem ber-, gerak, di-, dan -kan- ditulis {ber-}, {gerak}, {di-}, dan {-kan}. Morfem {ber-}, {di-}, dan {-kan} selalu menempel pada kata atau morfem lain. Morfem yang selalu menempel pada morfem lain disebut morfem terikat, sedangkan yang sanggup berdiri sendiri, menyerupai {gerak}, disebut morfem bebas.
Proses Morfofonemik
Pembentukan kata sanggup dilakukan dengan cara menggabungkan morfem satu dengan morfem lain. Perhatikan referensi pada tabel berikut
Tabel Penggabungan morfem
Pada referensi di atas hasil penggabungan disertai perubahan suara (morfofonemik). Di antaranya ada yang dinamakan asimilasi (perubahan bunyi-bunyi yang berbeda menjadi sama), disimilasi (perubahan bunyi-bunyi yang sama menjadi berbeda), metatesis (pertukaran letak fonem), peluluhan fonem, penghilangan bunyi, dan penggantian morfem.
Tabel Pengelompokan pembentukan kata
Dalam pembentukan kata kelompok 1, 2, 3, dan 4 morfem selalu dilibatkan. Oleh alasannya ialah itu, pembentukannya bersifat morfologis. Lain halnya dengan pembentukan kata kelompok 5. Pada kata kelompok 5 tugas morfem tidak ada, yang ada bentuk panjang kilometer, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur diperpendek menjadi km, Kalteng, dan Kaltim melalui proses nonmorfologis.
a. Afiksasi (Pemberian Imbuhan)
Ada morfem bebas dan morfem terikat. Morfem terikat itu banyak. Di antaranya disebut imbuhan (afiks). Imbuhan pada awal kata disebut awalan (prefiks), di tengah kata sisipan (infiks), pada simpulan kata akhiran (sufiks). Imbuhan yang menempel serentak pada awal dan simpulan kata
disebut konfiks. Ada pula beberapa imbuhan digabungkan dalam bentuk imbuhan gabung..
Proses Afiksasi
b. Reduplikasi (pengulangan)
Reduplikasi merupakan cara membentuk kata gres dengan mengulang bentuk dasarnya. Proses ini menghasilkan kata ulang. Kata anak, membawa, dan ditawarkan, misalnya, sanggup diulang sehingga diperoleh kata ulang anak-anak, membawa-bawa, dan ditawar-tawarkan. Ditinjau dari proses pembentukannya, kata ulang biasanya dibuat dengan cara:
1) mengulang bentuk dasar secara utuh, menyerupai anak-anak, baik-baik, dan duduk-duduk.
Proses ini menghasilkan kata ulang utuh.
2) mengulang sebagian bentuk dasar, menyerupai beberapa, berkejar-kejaran, dan bacamembaca.
Proses ini menghasilkan kata ulang sebagian.
3) mengulang bentuk dasar disertai afiksasi, menyerupai anak-anakan, mobil-mobilan, dan sebaik-baiknya. Proses ini menghasilkan kata ulang berimbuhan.
4) mengulang bentuk dasar disertai perubahan (variasi) fonem, menyerupai corat-coret, bolak-balik, dan warna-warni. Proses ini menghasilkan kata ulang dengan variasi fonem.
c. Penggabungan kata dengan kata (pemajemukan)
Penggabungan kata dengan kata mungkin menghasilkan kata majemuk, idiom, atau frase. Perbedaan ketiganya terletak pada makna, sifat hubungan, dan panjang pendeknya bentuk.
Tabel Kata majemuk, idiom, dan frase
Makna kata beragam masih sanggup ditelusuri dari makna unsur-unsurnya. Begitu pula makna frase, sedangkan makna idiom tidak pribadi berafiliasi dengan makna unsur-unsurnya.
Ditinjau dari sifat kekerabatan unsurnya, adonan pada kata beragam begitu padu sehingga tidak sanggup disisipkan bentuk lain di antaranya. Begitu pula pada idiom, sedangkan pada frase hubungannya bersifat sintaktis, di antara unsur-unsurnya masih sanggup disisipkan bentuk lain.
d. Abreviasi
Abreviasi merupakan perpendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap, atau bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frase (KBBI, 1990:2), misalnya:
SMA : Sekolah Menegah Atas
K.H.A. Dahlan : Kiai Haji Ahmad Dahlan
a.n. : atas nama
km : kilometer
lab : laboratorium
e. Akronimisasi
Akronim berarti akronim yang berupa adonan abjad atau suku kata atau bab lain yang ditulis atau dilafalkan sebagai kata yang masuk akal (KBBI, 1990:16), misalnya:
SIM : Surat Izin Mengemudi
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
rudal : peluru kendali
radar : radio detecting and ranging
satpam : satuan pengaman
Morfem
Pada teks di atas terdapat kalimat Ratusan bahtera ditaksikan di sungai. Kalimat tersebut terjadi dari lima kata. Masing-masing sanggup diurai menjadi bab kecil yang tidak mempunyai makna lagi. Kata ratusan, misalnya, sanggup diurai menjadi ratus dan -an. Masingmasing mempunyai makna. Ratus berarti bilangan hasil kali 10 kali 10; -an berarti dalam hitungan. Ratusan berarti dalam hitungan ratus. Jika diurai lebih lanjut menjadi /b/, /e/, /r/, /g/, /e/, /r/, /a/, dan /k/, masing-masing tidak mempunyai makna lagi. Begitu pula kata digerakkan sanggup diurai menjadi di-, gerak, dan kan. Bila diurai lebih lanjut, diperoleh bentuk /d/, /i/, /g/, /e/, /r/, /a/, /k/, /k/, /a/, dan /n/. Masing-masing juga tidak mempunyai makna. Bentuk yang tidak mempunyai makna menyerupai itu disebut fonem, sedangkan
yang mempunyai makna menyerupai ber-, gerak, di-, dan -kan- disebut morfem. Menurut janji ilmiah morfem ber-, gerak, di-, dan -kan- ditulis {ber-}, {gerak}, {di-}, dan {-kan}. Morfem {ber-}, {di-}, dan {-kan} selalu menempel pada kata atau morfem lain. Morfem yang selalu menempel pada morfem lain disebut morfem terikat, sedangkan yang sanggup berdiri sendiri, menyerupai {gerak}, disebut morfem bebas.
Proses Morfofonemik
Pembentukan kata sanggup dilakukan dengan cara menggabungkan morfem satu dengan morfem lain. Perhatikan referensi pada tabel berikut
Tabel Penggabungan morfem
Pada referensi di atas hasil penggabungan disertai perubahan suara (morfofonemik). Di antaranya ada yang dinamakan asimilasi (perubahan bunyi-bunyi yang berbeda menjadi sama), disimilasi (perubahan bunyi-bunyi yang sama menjadi berbeda), metatesis (pertukaran letak fonem), peluluhan fonem, penghilangan bunyi, dan penggantian morfem.
EmoticonEmoticon