Keteladanan Nabi Muhammad Saw Dalam Acara Ekonomi Dan Perdagangan Di Madinah

Rasulullah melaksanakan dakwah di Madinah secara terpadu dari aneka macam aspek kehidupan. Beliau menimbulkan masjid, ialah masjid Nabawi, sebagai sentra dakwah untuk membimbingakidah, ibadah, serta watak umat. Khusus dalam bidang ekonomi dan perdagangan, para sahabat selalu berpedoman pada aliran Al-Qur’an dan hadis Rasulullah. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an banyak disinggung perihal aktivitas ekonomi. Misalnya, ayat yang memerintahkan kita untuk menikmati karunia Allah secara baik. Salah satu ayatnya sebagai berikut.
 melaksanakan dakwah di Madinah secara terpadu dari aneka macam aspek kehidupan Keteladanan Nabi Muhammad SAW Dalam Kegiatan Ekonomi dan Perdagangan di Madinah
Artinya:
. . . Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kau melaksanakan kejahatan di bumi dengan melaksanakan kerusakan. (Q.S. al-Baqarah [2]: 60)
Beberapa hal yang sanggup kita teladani dari kehidupan Nabi Muhammad saw. dalam aktivitas ekonomi dan perdagangan di Madinah sebagai berikut.
1. Anjuran Sebagai Mukmin yang Kuat
       Rasulullah saw. bersabda, ”Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada orang mukmin yang lemah dan pada masing-masingnya ada kelebihan . . . ” (H.R.Muslim) Berdasarkan hadis ini, kita dianjurkan semoga menjadi muslim yang kuat, termasuk kuat secara ekonomi. Setiap muslim dianjurkan untuk berusaha keras semoga sanggup hidup berdikari dan tidak tergantung kepada orang lain.
2. Anjuran Mencari Rezeki yang Halal dan Baik
       Rezeki halal dan baik ialah rezeki yang kita peroleh dengan usaha-usaha yang tidak melanggar syariat dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Rasulullah dan para sahabat memberi referensi cara mencari rezeki, contohnya dengan berdagang dan bertani.
 melaksanakan dakwah di Madinah secara terpadu dari aneka macam aspek kehidupan Keteladanan Nabi Muhammad SAW Dalam Kegiatan Ekonomi dan Perdagangan di Madinah
3. Larangan Menjadi Peminta-minta
       Ada banyak hadis yang menjelaskan perihal larangan menjadi peminta-minta. Ancaman bagi peminta-minta antara lain akan dimasukkan ke dalam api neraka dan hartanya tidak berkah. Kita dihentikan meminta-minta dengan tujuan memperkaya diri.
Dalam hadis yang lain juga dijelaskan bahwa pemberi lebih mulia daripada peminta-minta. Rasulullah saw. bersabda,
”Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan yang di atas ialah pemberi, sedangkan tangan di bawah ialah peminta-minta.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
4. Anjuran Menjadikan Harta sebagai Sarana Ibadah
       Dalam aliran Islam, harta kekayaan harus kita jadikan sebagai sarana ibadah kepada Allah swt. Kita dihentikan terlena terhadap harta kekayaan yang kita miliki. Islam mengajarkan
kita untuk membayar zakat, infak, dan sedekah.

       Rasulullah menganjurkan umatnya semoga selalu menegakkan keadilan termasuk dalam bidang ekonomi. Misalnya, larangan monopoli perdagangan dan perintah untuk memperhatikan hak orang miskin. Islam tidak mengenal prinsip mementingkan kebutuhan langsung semata, tetapi harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat luas. Mengapa dalam Islam aktivitas ekonomi
dianggap sesuatu hal yang penting? Kesejahteraan ekonomi seseorang sanggup kuat pada kehidupan keimanannya.
       Banyak orang yang kehidupan ekonominya lemah, rela menggadaikan akidahnya. Tidak sedikit pula orang yang tergelincir di lembah kemaksiatan alasannya kemiskinan. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah bahwa ”Hampir saja kefakiran itu akan mengakibatkan kekufuran”. Tentu keadaan
ini tidak boleh terjadi. Seorang muslim harus kuat, mandiri, serta mempunyai keimanan yang teguh kepada Allah swt. Untuk mencari karunia Allah, kita diberi kebebasan melalui aneka macam cara, asal tidak melanggar hukum agama. Ketentuan ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah dalam salah satu hadis yang disampaikan oleh Kasir bin ‘Abdullah bin ‘Amr bin Auf al-Muzni, dari ayahnya dan kakeknya berkata, ”Kaum muslimin (dalam kebebasan) sesuai dengan syarat dan janji mereka, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (H.R.Tirmizi)


EmoticonEmoticon