Tari Bedhaya Ketawang (Unsur Tari Bedhaya)

       Gerakan tari Bedhaya sangat halus dan bernilai tinggi (adiluhung) sehingga sanggup membuat suasana tenang, teduh, dan khidmat. Gerak-gerak tari Bedhaya menggambarkan kepribadian putri-putri raja di keraton, serta perilaku dan sifat-sifat ideal perempuan Jawa yang sopan santun. Busana tari Bedhaya Ketawang memakai Dodot Ageng dengan motif Banguntulak alas-alasan
yang mengakibatkan penarinya terasa anggun.

        Pertunjukan tari Bedhaya Ketawang sudah mengalami pergeseran nilai. Pada zaman dahulu, tari Bedhaya Ketawang dipertunjukkan pada ketika penobatan raja. Sedangkan ketika ini, pertunjukan Bedhaya Ketawang telah mengalami perubahan pada banyak sekali aspek. Nilainya telah bergeser menjadi sebuah warisan budaya yang nilai seninya harus dilestarikan. Akan tetapi, bentuk tatanan pertunjukannya masih mengacu pada tradisi ritual atau tata cara masa lampau.
Tari Bedhaya Ketawang mengandung banyak sekali unsur, makna, dan sifat yang dekat hubungannya dengan susila upacara, sakral, religius, dan tarian percintaan atau tari perkawinan.
a. Adat upacara
       Tari Bedhaya Ketawang ditampilkan pada program khusus atau resmi. Tari Bedhaya Ketawang hanya dipergelarkan pada program yang berafiliasi dengan peringatan ulang tahun tahta kerajaan. Jadi, tarian tersebut hanya dipergelarkan sekali dalam setahun. Selama tarian berlangsung, dihentikan untuk menyajikan masakan dan minuman sebab akan mengurangi kekhidmatan acara.
b. Sakral
       Tari Bedhaya Ketawang dianggap sebagai tarian yang diciptakan oleh Ratu Kidul. Bahkan, dipercaya bahwa setiap kali tari Bedhaya Ketawang ditarikan, Ratu Kidul selalu hadir dan ikut menari. Biasanya, penari tari Bedhaya Ketawang sanggup mencicipi kehadiran Ratu Kidul pada ketika latihan. Akan tetapi, tidak setiap orang sanggup melihat Ratu Kidul. Hanya orang yang mempunyai kepekaan indrawi yang sanggup mencicipi kehadiran Ratu Kidul tersebut.
c. Religius
       Segi religius dalam tari Bedhaya Ketawang terlihat dari kata-kata yang dinyanyikan oleh bunyi sinden atau penyanyinya. Kata-kata tersebut antara lain ada yang berbunyi: tanu astra kadya agni urube, kantar-kantar? yen mati ngendi surupe, kyai?? (??kalau mati ke mana tujuannya, kyai?).
d. Tarian percintaan atau tari perkawinan
       Tari Bedhaya Ketawang melambangkan rasa cinta Ratu Kidul kepada Sultan Agung. Perasaan
cinta tersebut terlihat dalam gerak-gerik tangan dan seluruh serpihan tubuh, cara memegang
selendang, dan sebagainya. Semua penari tari Bedhaya Ketawang dirias menyerupai pengantin
(mempelai).

 Gerakan tari Bedhaya sangat halus dan bernilai tinggi  Tari Bedhaya Ketawang (Unsur Tari Bedhaya) (Tata rias dan busana penari Bedhaya Anglir Mendung Mangkunegara)
        Penari tari Bedhaya berjumlah sembilan orang. Para penari putri tersebut harus dalam keadaan higienis secara spiritual (tidak dalam keadaan haid). Selain itu, beberapa hari sebelumnya para penari diwajibkan untuk berpuasa. Komposisi penari Bedhaya Ketawang terdiri atas Endhel, Pembatak, Apit Najeng, Apit Wingking, Gulu, Enhel Weton, Apit Meneng, Dadha, dan Buncit. Pada zaman dahulu, pergelaran tari Bedhaya Ketawang berlangsung selama 2 1/2 jam. Akan tetapi, semenjak zaman Paku Buwana X diadakan pengurangan, sampai menjadi 1 1/2 jam.


EmoticonEmoticon