Sejarah Geografi | Erathosthenes, Crates, Claudius Ptoleumaeus, Bernhardus Varenius, Immanuel Kant, Alexander Von Humbolt, Karl Ritter

       Pemahaman perihal bumi dimiliki insan semenjak ada di muka bumi ini. Sejak lahir insan memerlukan banyak sekali unsur yang ada di bumi. Unsur tersebut menyerupai udara yang bersih, makanan, pakaian, dan permukiman. Timbulnya tuntutan pemenuhan banyak sekali kebutuhan hidup yang tidak diperoleh dari lingkungan tempat tinggalnya dan adanya hasrat keingintahuan perihal benda serta tanda-tanda yang ada di permukaan bumi.
       Mendorong setiap insan untuk mengadakan perjalanan ke kawasan di luar tempat tinggalnya. Berkembangnya sistem pengetahuan turut mendorong insan untuk mengenal alam dan lingkungannya lebih jauh. Misalnya, perdagangan antardaerah telah mendorong insan untuk mengenal kawasan di luar wilayahnya. Dari hasil kunjungan tersebut, mereka sanggup mengenal kondisi alam, penduduk, dan kondisi lainnya. Berbagai hasil perjalanannya tersebut kemudian disampaikan kepada orang lain sehingga orang lain tertarik untuk mengunjunginya. Berawal dari perjalanan inilah munculnya ilmu geografi.
       Orang yang kali pertama menggali pengertian perihal geografi berkebangsaan Yunani. Perkembangannya diawali upaya melepaskan diri dari alam pikiran dan kepercayaan. Kemudian dipengaruhi kepercayaan bahwa dewa-dewa turut campur dalam segala bentuk kejadian di bumi.
Dalam masa perkembangan kajian geografi terjadilah Abad kegelapan (The Dark Ages). Sebagai awal tenggelamnya kebudayaan dan pengetahuan yang dimiliki bangsa Yunani dan Romawi. Sejalan
dengan Abad Kegelapan di Eropa, muncullah kebudayaan Islam sehingga geografi mendapat perhatian penting. Geografi banyak dipakai bagi kepentingan perdagangan dan penyebaran agama Islam.
       Ilmu pengetahuan di Eropa sempat tidak berkembang pada kala kegelapan. Akhirnya berkembang kembali sesudah berakhirnya Perang Salib dan kemunculan zaman Renaissance di Eropa. Pada kala XV hingga sekarang, geografi banyak mengemukakan perihal kajian alam dan
berbagai aspek kehidupan di permukaan bumi. Sejak kelahirannya sebagai suatu disiplin ilmu, banyak tokoh yang mengatakan batasan mengenai kajian geografi. Para tokoh tersebut di antaranya sebagai berikut. (Geografi Hartono)
1. Erathosthenes
       Erathosthenes ialah orang pertama yang paling berjasa memperkenalkan istilah geografi. Berasal dari kata Geographika artinya Writing about Earth or Description of The Earth. Erathosthenes menunjukan bahwa bumi itu berbentuk bola. Hal ini dibuktikan melalui pengukuran pada dikala matahari berada di Belahan Bumi Utara tepatnya di Kota Aswan (Seyne) dengan menciptakan sumur sehingga sinar matahari sempurna tegak lurus di atas sumur tersebut.
       Pembuktian ini dilanjutkan dengan membandingkan sudut tiba sinar matahari di Kota Iskandariah sehingga diperoleh hasil bahwa keliling bumi berjarak 252.000 stadia (1 stadia = 157 meter). Hasil dari pengukuran tersebut sama dengan keliling bumi yang sebenarnya.
 
2. Crates
       Crates ialah orang yang membuatkan hasil pengukuran Erathosthenes menjadi sebuah globe pertama dalam bentuk yang se derhana. Crates menciptakan tiga benua pelengkap sebagai penye imbang globe yang dibuatnya. Pandangan Crates melahirkan konsep Antipoda atau benua selatan yang besar dan dikenal dengan nama Terra Australis.
 
3. Claudius Ptoleumaeus
       Claudius Ptoleumaeus dianggap sebagai peletak dasar geografi yang pertama. Dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis, Ptolemaeus mengatakan batasan geografi. Geografi yaitu suatu penyajian dengan memakai peta yang memperlihatkan kenampakan umum di muka bumi.
 
4. Bernhardus Varenius
       Bernhardus Varenius mengemukakan pendapat bahwa dalam geografi terdapat dualisme. Pada satu pihak geografi mempelajari proses dan fenomena yang bersifat alamiah. Selain itu di lain pihak kajian dari disiplin ilmu geografi mempelajari fenomena sosial dan budaya yang terjadi dan
berkembang dalam masyarakat.
       Atas dasar inilah Varenius membagi geografi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Geografi Generalis, yang meliputi tiga bab sebagai berikut.
1) Teresterial, yaitu pengetahuan bumi sebagai keseluruhan bentuk dan ukurannya.
2) Falakiah, yaitu membicarakan kekerabatan bumi dengan planet dan bintang-bintang di jagat raya.
3) Komparatif, yaitu menyajikan deskripsi mengenai bumi secara keseluruhan.
b. Geografi Sosialis, dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Aspek langit, yaitu secara khusus membicarakan keadaan iklim.
2) Aspek permukaan bumi, yaitu menyajikan relief, tanaman dan fauna di banyak sekali negara.
3) Aspek manusia, yaitu membicarakan banyak sekali penduduk, perdagangan, dan pemerintahan di banyak sekali negara.
 
5. Immanuel Kant
 Pemahaman perihal bumi dimiliki insan semenjak ada di muka bumi ini Sejarah Geografi | Erathosthenes, Crates, Claudius Ptoleumaeus, Bernhardus Varenius, Immanuel Kant, Alexander von Humbolt, Karl Ritter  Immanuel Kant dianggap sebagai peletak dasar geografi modern dan pengembang paham fisis determinis. Beliau menganggap geografi sebagai suatu disiplin ilmiah.
Menurut Kant, ilmu pengetahuan sanggup dipandang dari tiga sudut yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
a. Ilmu pengetahuan yang menggolong-golongkan fakta menurut jenis objek yang mempelajarinya disebut ilmu pengetahuan sistematik. Misalnya, Botani, Geologi, dan Sosiologi.
b. Ilmu pengetahuan yang memandang adonan antarfakta sepanjang masa. Ilmu pengetahuan yang mempelajarinya yaitu Sejarah.
c. Ilmu pengetahuan yang memandang fakta-fakta yang berkenaan dengan ruang. Ilmu pengetahuan yang mempelajarinya yaitu Geografi.
 
6. Alexander von Humbolt
       Alexander von Humbolt mengatakan batas-batas di antara ilmu pengetahuan dan membaginya ke dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut.a. Physiography, ilmu yang sistematik.
b. Naturchicte, penekanannya terhadap semua hal yang bekerjasama dengan waktu.
c. Geognesie oder weltbeschreibung, uraian perihal bumi atau dunia yang membahas mengenai persebaran contoh keruangan.
Berdasarkan tulisannya mengenai kajian geografi, Humbolt dikenal sebagai peletak dasar geografi fisika modern.
 
7. Karl Ritter
       Karl Ritter beropini bahwa alam menjadi faktor utama. Faktor alam menentukan tanda-tanda kemanusiaan (fisis determinis). Ritter dikenal sebagai peletak dasar geografi sosial. Pada awalnya banyak jago geografi yang menganut paham fisis determinis. Semenjak kala XIX banyak jago geografi yang berupaya meninggalkan faham fisis determinis. Terutama paham yang dikembangkan Paul Vidal de la Blace yang dikenal pencetus fatwa Prancis, yaitu possibilisme.
       Menurut fatwa possibilisme alam hanya memperlihatkan beberapa kemungkinan terhadap insan dan insan sendiri yang menentukan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Manusia mempunyai logika dan pikiran untuk memperbaiki kehidupannya melalui kemungkinan yang ditawarkan alam.


EmoticonEmoticon