Keragaman jenis tumbuhan obat mempunyai efek terhadap alat dan materi yang digunakan. Setiap jenis tumbuhan membutuhkan kondisi tanah tertentu untuk sanggup tumbuh dengan baik. Tanaman obat tidak harus ditanam di kebun atau pekarangan, sanggup juga ditanam di polybag atau pot.
Berikut ini yaitu materi dan alat untuk budi daya tumbuhan obat sesuai dengan daerah membudidayakan.
a. Bahan Untuk Budidaya Tanaman Obat
1) Benih atau bibit tumbuhan obat
Benih atau bibit tumbuhan obat sebagai cikal bakal tanaman, penting diperhatikan pasa ketika akan melaksanakan budi daya. Bibit yang unggul akan menghasilkan tumbuhan yang unggul dan berkualitas. Benih tumbuhan obat sanggup berupa biji untuk pembibitan secara generatif dan berupa stek, sambung, okulasi, rimpang, dan tunas. Bibit yang ditanam merupakan bibit sehat dan seragam pertumbuhannya.
2) Pupuk
Pertumbuhan tumbuhan akan baik jikalau kandungan unsur hara tanah cukup tersedia. Hampir semua tumbuhan memerlukan unsur hara makro (nitrogen, fosfor, kalium) dan mikro mineral. Kebutuhan unsur hara sanggup didapat dari pupuk organik dan anorganik. Pupuk untuk tumbuhan obat dianjurkan dari materi alami (pupuk sangkar atau kompos). Pupuk kimia cepat diserap tanaman, tetapi dikhawatirkan menjadikan imbas farmakologis terhadap tumbuhan obat dan meninggalkan residu kimia yang menghipnotis tumbuhan obat.
3) Media tanam
Media tanam tumbuhan obat biasanya berupa tanah. Pilih tanah yang gembur dan subur. Tanah yang baik dan subur sanggup terlihat dari tekstur tanah yang gembur dan komposisinya seimbang antara tanah liat, pasir, dan remah. Jika tanah kurang subur maka sanggup ditambahkan atau dicampurkan pasir, kompos, pupuk sangkar atau sekam.
4) Pestisida
Pestisida diharapkan untuk mengatasi gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan obat. Jenis pestisida yang dianjurkan berupa pestisida alami/nabati yang berasal dari tumbuhan. Hal ini dilakukan semoga pestisida yang diberikan tidak menghipnotis kualitas tumbuhan obat dan menjadikan residu kimia pada tumbuhan obat.
b. Peralatan Untuk Budidaya Tanaman Obat
1) Menanam di Kebun/Pekarangan
- Cangkul untuk menciptakan bedengan.
- Garpu untuk menggemburkan tanah.
- Kored untuk membersihkan gulma.
- Gembor untuk menyiram tanaman.
2) Menanam di Lahan Terbatas/Tidak ada Lahan
- Polybag pot atau wadah dari limbah botol mineral.
- Sekop untuk memasukkan media tanam ke dalam wadah.
- Cangkul.
Tahapan Budi Daya Tanaman Obat
Tahapan budi daya tumbuhan obat tidak jauh berbeda dengan tahapan budi daya tumbuhan sayuran. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya tumbuhan obat semoga memperoleh hasil yang maksimal.
a. Pembibitan
Cara perbanyakan bibit merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan budi daya tumbuhan obat. Perbanyakan bibit sanggup dilakukan dengan cara vegetatif atau generatif.
1) Perbanyakan generatif
Perbanyakan generatif tumbuhan dilakukan dengan biji. Tanaman sebaiknya diperoleh dari tumbuhan induk yang sehat dan mempunyai hasil baik. Biji sanggup disemai di polybag atau kolam persemaian. Bedengan semai sebaiknya ditutup untuk melindungi bibit dari efek lingkungan yang kurang baik. Bedengan persemaian harus mempunyai drainase yang baik semoga tidak tergenang air dan mempunyai permukaan yang gembur semoga sanggup menampung air sisa resapan dari media pembibitan. Sebelum dipindahkan ke lahan, epilog sanggup dibuka secara sedikit demi sedikit semoga bibit sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tanaman obat yang sanggup diperbanyak dengan biji yaitu kayu manis, belimbing wuluh, dan cengkih
2) Perbanyakan vegetatif
Keuntungan memperbanyak tumbuhan dengan cara vegetatif yaitu sanggup memperoleh hasil yang sama dengan tumbuhan induk dan membutuhkan waktu produksi yang lebih singkat/pendek. Tanaman hasil perbanyakan vegetatif mempunyai perakaran yang kurang kuat. Perbanyakan secara vegetatif sanggup dilakukan secara alami dan buatan. Vegetatif alami dilakukan dengan tunas, rhizome, geragih, tunas, umbi batang, dan umbi lapis. Vegetatif buatan dilakukan dengan cara stek, runduk, okulasi, menyambung, dan cangkok.
Berikut referensi pembibitan tumbuhan obat secara vegetatif buatan.
a) Stek
Stek dilakukan dengan menanam bagian bab tumbuhan. Bagian yang sanggup dipotong contohnya batang dan daun. Tanaman obat yang sanggup diperbanyak dengan stek batang yaitu sirih, brotowali, dan lada. Batang dipotong sepanjang 10-30 cm dan ditanam pada polybag yang telah berisi media tanam.
b) Cangkok
Tanaman obat, terutama jenis tumbuhan tahunan, sanggup diperbanyak dengan cangkok, seperti: mahkota dewa, melati, dan kenanga. Bagian batang tumbuhan yang dicangkok akan tumbuh akar sesudah 1-3 bulan.
c) Okulasi
Okulasi yaitu menggabungkan mata tunas suatu flora pada batang flora lain. Teknik ini
biasanya dipakai untuk perbanyakan tumbuhan obat tahunan seperti: kayu manis, pala, dan belimbing wuluh.
Berikut tips melaksanakan perbanyakan vegetatif buatan
- Alat yang dipakai untuk memotong harus bersih.
- Batang yang sudah dikelupas harus dibersihkan dari kambium semoga tidak berkayu lagi.
- Saat melekat mata tunas pada batang, bab mata tunas dilarang tertutupi oleh plastik pengikat.
- Batang stek sebaiknya dipotong menyerong.
b. Pengolahan tanah
Setiap jenis tumbuhan obat membutuhkan kondisi tanah tertentu semoga sanggup tumbuh dan berkembang optimal. Kondisi tanah yang gembur penting untuk pertumbuhan tumbuhan obat, khususnya untuk perkembangan rimpang pada tumbuhan temu-temuan. Jenis tumbuhan obat semusim atau tumbuhan berbentuk perdu membutuhkan bedengan untuk daerah tumbuhnya, tetapi tumbuhan obat tahunan tidak membutuhkan bedengan.
c. Penanaman
Lubang dan alur tanam dibentuk pada bedengan. Jarak lubang tanam diadaptasi dengan kondisi tanah dan jenis tanaman. Saat penggalian lubang tanam, sebaiknya tanah galian tersebut dicampur dengan pupuk sangkar atau kompos. Tanaman obat yang tumbuhnya merambat, menyerupai sirih dan lada, membutuhkan tegakan. Tegakan sanggup berupa panjatan hidup atau mati. Tegakan sanggup dipasang kira-kira 10 cm dari tanaman. Tanaman panjatan hidup harus dipilih yang tumbuh cepat, kuat, dan berbatang lurus.
d. Pemeliharaan
1) Penyiraman
Frekuensi penyiraman sanggup diatur sesuai dengan kondisi kelembapan tanah. Sebaiknya penyiraman dilakukan setiap hari, ketika pagi dan sore. Sistem pembuangan air juga perlu diperhatikan alasannya beberapa jenis tumbuhan obat tidak tahan genangan air.
2) Penyulaman
Penyulaman yaitu penanaman kembali tumbuhan yang rusak, mati atau tumbuh tidak normal.
3) Pemupukan
Pupuk yang dipakai sebaiknya pupuk organik (pupuk alami). Penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan sanggup menjadikan efek kurang baik bagi senyawa/kandungan berguna obat pada tumbuhan obat.
4) Penyiangan
Penyiangan gulma harus dilakukan semoga tidak ada kompetisi antara tumbuhan budi daya dan gulma dalam mendapat hara dan cahaya matahari.
5) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dengan tujuan untuk memperkukuh tanaman, menutup bab tumbuhan di dalam tanah menyerupai rimpang, umbi atau akar, serta memperbaiki aerasi tanah.
6) Pengendalian OPT (Organisme Penggangu Tanaman)
Pengendalian OPT dilakukan secara mekanis dan kimia. Pengendalian mekanis dilakukan dengan cara menangkap OPT dan membuang bab tumbuhan yang terjangkit penyakit. Pengendalian kimia sanggup dilakukan dengan penyemprotan pestisida, disarankan memakai pestisida alami.
e. Panen dan Pascapanen
Cara penanganan setiap jenis tumbuhan obat berbeda-beda. Ada tumbuhan yang sanggup dimanfaatkan seluruh bab tanamannya dan ada pula yang dipanen hanya bab tertentu saja. Umur panen dan bab yang akan dipanen juga memengaruhi cara panen dan pengelolaan pascapanen.
1) Daun
Pemanenan daun tumbuhan obat harus dilakukan dengan hati-hati alasannya daun bertekstur lunak sehingga gampang rusak. Umur petik daun tiap tumbuhan juga berbeda, ada yang dipanen ketika daun masih muda, seperti: kumis kucing dan teh, ada pula tumbuhan yang dipanen ketika daun sudah tua, seperti: sirih dan mint. Daun yang dipanen untuk diambil minyak atsirinya juga harus dilakukan dengan hati-hati dan harus eksklusif diolah ketika masih segar semoga tidak menghilangkan kandungan minyaknya.
2) Rimpang
Rimpang sanggup dipanen pada umur 8-12 bulan. Pada ketika daun tumbuhan sudah mulai menguning dan mengering, rimpang tumbuhan siap dipanen. Setelah dipanen, rimpang dibersihkan dari kotoran, benda asing, serta rimpang busuk. Selanjutnya, rimpang disortir menurut umur dan ukuran rimpang. Setelah disortir, rimpang dicuci dengan air. Sebelum dikeringkan, rimpang harus dipotong-potong. Pengeringan sanggup dilakukan dengan sinar matahari, oven, atau blower. Selama pengeringan, seringkali terjadi kerusakan kimia.
3) Biji
Biji banyak mengandung tepung, protein, dan minyak. Kadar air biji ketika dipanen berbedabeda, bergantung pada umur panen tumbuhan obat tersebut. Makin bau tanah umur biji, makin rendah kadar airnya, sebaiknya hindari daerah berair untuk penyimpanan.
4) Akar
Akar yang mengandung banyak air pengeringannya dilakukan secara perlahan-lahan untuk menghindari pembusukan dan fermentasi.
Herbarium merupakan istilah yang pertama kali dipakai oleh Turnefor (1700) untuk flora yang dikeringkan. Tanaman yang telah dikeringkan lalu dilekatkan di atas kertas serta dicatat sebagai koleksi ilmiah. Herbarium merupakan acara pengawetan yang biasa dilakukan sebagai sarana mengidentifkasi jenis tumbuhan.
Ada tiga tahapan dalam menciptakan herbarium:
- tahap pengumpulan
- tahap pengeringan
- tahap pembuatan (menempel dan menuliskan informasi)