Pengertian Qada dan Qadar Qada dan qadar dalam pembahasan rukun keyakinan merupakan satu kesatuan yang tidak sanggup dipisahkan. Kedua kata ini intinya mempunyai pengertian ketetapan, meskipun mengandung makna yang berlainan. Kata qada berdasarkan bahasa berarti keputusan atau ketetapan. Menurut istilah, qada yaitu keputusan atau ketetapan suatu rencana dari Allah untuk dilaksanakan. Qadar berdasarkan bahasa berarti jangka atau ukuran. Menurut istilah, qadar berarti rencana yang telah diberlakukan oleh Allah terhadap makhluk-Nya sehingga tidak sanggup diganggu gugat. Jadi perbedaan diantara Qada dan Qadar dapat kita simpulkan bahwa, Qada merupakan ketentuan Allah yang di dalamnya terdapat iradat-Nya untuk segala makhluk, sedangkan qadar merupakan perwujudan dari ketentuan yang ada. Kata qadar sanggup ditemukan dalam beberapa ayat yang berbunyi menyerupai berikut.
(وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا...)
Artinya: . . . . Dan Dia membuat segala sesuatu, kemudian memutuskan ukuranukurannya dengan tepat. (Q.S. al-Furqan [25]: 2)
Dengan demikian, segala yang terjadi di jagat raya ini, menyerupai peredaran matahari, bintang, bulan, rotasi bumi, dan orbit planet-planet, bukan suatu kebetulan, melainkan sudah ditentukan oleh Allah adanya. Semua itu tidak akan sanggup berjalan dengan teratur kalau Allah Swt. tidak menghendaki dan mengaturnya. Perhatikan firman Allah Swt. berikut.
(وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ)
Artinya: Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha perkasa, Maha Mengetahui. (Q.S. Yasin [36]: 38)
Ayat di atas menegaskan bahwa matahari yang beredar di tempat peredarannya telah ditetapkan oleh Allah Swt. Oleh lantaran sudah ditetapkan Allah Swt., matahari dan alam raya berjalan sesuai dengan ketetapan-
Nya atau sering diistilahkan dengan sunnatullah. (Quraisy Shihab. 1997. Halaman 63)
Matahari berjalan sesuai dengan qada dan qadar yang ditentukan Allah.
Jelaslah sudah bahwa segala yang terjadi di alam semesta berdasarkan qada dan qadar-Nya. Kebahagiaan dan kesengsaraan yang dirasakan insan merupakan qada dan qadar-Nya. Bencana yang menimpa merupakan qada dan qadar-Nya. Allah Swt. berfirman menyerupai berikut.
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: Setiap tragedi yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu gampang bagi Allah. (Q.S.al-Hadid [57]: 22)
Ketetapan Allah bahkan berlaku pula untuk segala sesuatu yang terdapat di alam raya. Hal ini sanggup ditemukan dalam hadis Rasulullah saw. yang artinya, ”Sesungguhnya seorang kau telah dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian berada di sana menyerupai tadi (40 hari) dalam bentuk segumpal darah, selanjutnya masih berada di sana menyerupai tadi dalam bentuk segumpal daging. Setelah itu, Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk menulis empat kalimat, yaitu wacana amal perbuatannya, rezekinya, kesengsaraannya atau kebahagiaannya. Kemudian ditiupkan roh kepadanya.”
(H.R. Bukhari)
Berdasarkan terjemah hadis di atas diketahui bahwa sejak masih dalam kandungan ketentuan Allah Swt. terhadap sang bayi telah ditetapkan. Meskipun demikian, kita tidak boleh berpangku tangan dan bersikap apatis terhadap qada dan qadar-Nya. Hal ini lantaran takdir Allah Swt. ada yang mengikutsertakan perjuangan insan di dalamnya.
Contoh Qada dan Qadar
Contoh qada dan qadar Allah Swt. banyak kita temukan dalam keseharian. Misalnya ketentuan yang terjadi pada alam semesta, manusia, dan makhluk yang lain. Dengan demikian, kita perlu memahami peristiwa-peristiwa yang terkait erat dengan qada dan qadar Allah Swt. tersebut.
1. Penciptaan Alam Semesta
Allah Swt. telah membuat alam semesta dan Dia juga yang mengaturnya. Allah Swt. memutuskan aturan tertentu bagi alam semesta supaya tetap sanggup berjalan dan tidak binasa. Ini salah satu wujud takdir Allah Swt. Jika alam semesta ini berjalan berdasarkan aturan alam semata tanpa ada ketentuan dari Allah, tentu akan rusak. Contoh, matahari akan bebas terbit sehari dan terbenam dalam beberapa hari. Bumi akan bebas beredar dan berotasi untuk beberapa jam serta berhenti untuk beberapa jam kemudian. Demikian pula dengan bulan dan bintang akan berjalan dengan kehendaknya sendiri. Jika hal ini dibiarkan, alam semesta tidak akan lestari. Alam semesta akan rusak lantaran tanpa ada kendali yang telah ditetapkan Allah. Oleh lantaran itu, untuk kesempurnaan makhluk, aturan alam juga selalu berjalan berdasarkan takdir Allah Swt.
2. Takdir Allah pada Binatang
Ada banyak bukti yang memperlihatkan rujukan takdir Allah Swt. pada binatang. Ada beberapa binatang yang mempunyai kekuatan melebihi manusia, tetapi ditundukkan oleh Allah Swt. untuk sanggup dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Misalnya, adanya binatang-binatang ternak menyerupai kuda, unta, kerbau, atau kambing. Untuk memperjelas, kita sanggup mengambil rujukan berikut. Di sekitar kalian tentu ada binatang berjulukan kerbau. Kerbau mempunyai kekuatan melebihi manusia. Dengan qada dan qadar-Nya kerbau sanggup ditundukkan dan sanggup dimanfaatkan insan untuk membajak sawah. Untuk memantapkan keyakinan, simaklah ayat yang artinya, ”Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah membuat binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, kemudian mereka menguasainya? Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; kemudian sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan. Dan mereka memperoleh aneka macam manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?” (Q.S. Yasin [36]: 71–73)
3. Takdir pada Tumbuh-Tumbuhan
Contoh takdir Allah Swt pada tumbuhan sanggup kita ambil dari ketika kita berupaya membudidayakan tumbuhan dengan memakai bibit unggul, lahan yang subur, pengairan yang baik, ternyata tidak menjamin bahwa tumbuhan yang kita tanam tersebut tumbuh dengan baik. Bisa jadi sebaliknya, menjadi gagal panen lantaran timbulnya kerusakan tanpa diketahui penyebabnya. Kondisi di atas memperlihatkan takdir Allah dalam hal mengurusi makhluk tumbuhan. Allah Swt. berfirman yang artinya, ”Dan harta kekayaannya dibinasakan, kemudian beliau membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah beliau belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (parapara) kemudian beliau berkata, ”Betapa sekiranya dahulu saya tidak mempersekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun.” (Q.S. al-Kahfi [18]:42)
4. Penciptaan Lingkungan Hidup
Takdir Allah juga tampak kalau kita mencermati lingkungan sekitar. Allah Swt. dengan kehendak-Nya telah menakdirkan daerah-daerah tertentu mempunyai curah hujan tinggi, sementara tempat lainnya kering atau jarang turun hujan. Atas ketetapan takdir Allah pada lingkungan tersebut insan sanggup membuat peta dengan mencantumkan batas-batas tempat dengan curah hujan tinggi dan tempat yang kering. Akan tetapi, Allah Swt. sanggup memutuskan suatu tempat yang semula banyak curah hujan menjelma kering tanpa hujan. Sebaliknya, tempat yang semula kering bisa juga menjelma subur. Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar kita tersebut tidak disebabkan oleh aturan lantaran akhir semata. Akan tetapi, Allah Maha Berkehendak dengan takdir-Nya.
5. Takdir Allah pada Manusia
Contoh takdir yang telah ditetapkan Allah pada insan yaitu dalam hal proses penciptaan manusia. Sebagaimana makhluk-makhluk lainnya, insan lahir disebabkan adanya korelasi antara pria dan perempuan. Jika pria dan wanita melaksanakan korelasi kelamin, akan terjadi kehamilan dan lahirlah anak atau bayi. Hal ini yang berlaku dalam aturan lantaran akibat. Kenyataannya, proses tersebut kadang tidak berakhir dengan lahirnya anak. Simak ayat yang artinya, ”Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia membuat apa yang Dia kehendaki, memperlihatkan anak wanita kepada siapa yang Dia kehendaki dan memperlihatkan anak pria kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis pria dan perempuan, dan mengakibatkan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa. (Q.S. asy-Syura [42]:49–50)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah Swt. memutuskan dalam aturan lantaran akhir bahwa kalau pria berafiliasi dengan perempuan, lahirlah anak. Akan tetapi, Allah Swt. memperlihatkan kebesaran takdir-Nya dengan tidak membuat anak untuk insan sebagai peringatan supaya kita tidak hanya yakin pada kepastian lantaran dan akibat. Dengan aneka macam rujukan yang disebutkan di atas, seharusnya kita menjadi semakin mantap dalam meyakini qada dan qadar Allah. Keyakinan yang kukuh terhadap takdir Allah memperlihatkan dampak yang positif bagi hidup kita.
Pengertian Iman kepada Qada dan Qadar
Agar kita lebih memahami pengertian keyakinan kepada qada dan qadar, kita perlu memahami pengertian keyakinan terlebih dahulu. Iman berarti membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Pengertian Qada dan qadar secara sederhana diartikan dengan keputusan atau ketetapan dari Allah atau yang sering kita sebut dengan takdir. Dengan demikian, beriman kepada qada dan qadar berarti membenarkan dengan hati wacana keputusan atau ketetapan Allah Swt. yang diikrarkan dengan mulut dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Iman kepada qada dan qadar merupakan penggalan rukun iman.
Ada beberapa dalil yang menjelaskan wacana keyakinan kepada qada dan qadar. Salah satunya dalam hadis sebagaimana dijelaskan Rasulullah yang diceritakan oleh Umar r.a., ”Suatu kali kami (Umar r.a. dan para sahabat) tengah berada dalam sebuah majelis bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba tampak di tengah kami seorang pria yang berpakaian serba putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya gejala bekas perjalanan dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Selanjutnya, ia duduk di hadapan Rasulullah serta menyandarkan lututnya pada lutut Nabi (Muhammad) dan meletakkan tangannya di atas paha Nabi (Muhammad). Selanjutnya ia berkata, ”Hai Muhammad, beri tahukan kepadaku wacana Islam!” Rasulullah saw. menjawab, ”Islam itu, engkau bersaksi bahwa bekerjsama tiada Tuhan selain Allah dan bekerjsama Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan mengerjakan haji ke Baitullah kalau engkau bisa melakukannya.” Orang itu berkata, ”Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya kemudian membenarkan. Orang itu berkata lagi, ”Beri tahukan kepadaku wacana iman!” Nabi saw. menjawab, ”Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari kiamat, dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Berkatalah orang tadi, ”Engkau benar.”. . . . (H.R. Muslim).
Hadis yang diceritakan di atas dengan terang menempatkan takdir atau qada dan qadar sebagai salah satu rukun iman. Dengan demikian, seseorang yang beriman kepada Allah Swt., malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir, belum tepat kalau tidak beriman kepada takdir atau qada dan qadar Allah Swt. Beriman kepada qada dan qadar Allah Swt. berarti meyakini adanya ketetapan-Nya yang berlaku terhadap seluruh makhluk.
Macam-Macam dan Contoh Takdir Qada dan qadar sering juga diistilahkan dengan takdir Allah. Jika kita membahas wacana takdir Allah dengan sendirinya berarti membahas wacana qada dan qadar. Demikian juga sebaliknya, pada dikala membahas persoalan takdir berarti membahas wacana qada dan qadar Allah Swt. Takdir berdasarkan bahasa berarti ketetapan. Ada yang mengartikan takdir dengan meyakini adanya ketetapan Allah yang berlaku terhadap segala makhluk-Nya, baik ketentuan yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Dengan demikian, sanggup dipahami bahwa takdir berarti hasil perpaduan dari ketetapan, baik dalam qada maupun qadar Allah. (Ensiklopedi Islam 5. 1994. Halaman 47)
Pemahaman takdir di sini tentu agak berlainan dengan yang terjadi dalam masyarakat. Sementara ini ada yang memahami takdir sekadar sebagai penyebab segala sesuatu sehingga seolah-olah takdir dipahami secara negatif. Seperti ungkapan, ”Sudah takdirnya kita bodoh, memang takdirnya kita tidak bisa bermain bagus,” dan beberapa ungkapan negatif yang lain. Pada dasarnya ada takdir yang mutlak berada dalam kuasa Allah Swt. dan tidak bisa dielakkan. Ada juga ketentuan Allah yang sanggup berubah melalui perjuangan atau ikhtiar makhluk dengan izin-Nya. Dengan demikian, takdir secara garis besar sanggup dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Takdir Mubram
Secara bahasa, mubram artinya sesuatu yang sudah niscaya dan tidak sanggup dielakkan. Takdir mubram secara istilah sanggup diartikan dengan ketetapan Allah Swt. yang niscaya terjadi pada setiap makhluk
sehingga tidak bisa ditolak atau ditawar-tawar lagi. Ada banyak ketetapan yang niscaya terjadi, rujukan takdir mubram yaitu insiden hari kiamat, jenis kelamin ataukah waktu kematian, jodoh, dan beberapa insiden lainnya. Atas insiden tersebut seluruhnya telah diatur oleh Allah Swt. Manusia tidak turut menentukannya. Tidak ada insan yang mengetahui jodoh atau memesan jenis kelamin sebelum kelahirannya.
2. Takdir Mu‘allaq
Mu‘allaq secara bahasa artinya sesuatu yang digantungkan atau ditunda. Kebalikan dari takdir mubram, takdir mu‘allaq yaitu ketentuan Allah yang mungkin sanggup diubah oleh insan melalui usaha-usaha yang dilakukannya kalau Allah Swt. mengizinkan. Dengan demikian, dalam takdir mu’allaq keputusan Allah Swt. tergantung dengan upaya atau perjuangan insan sendiri tentunya dengan izin-Nya.
Keberadaan takdir mu‘allaq mengakibatkan insan harus berusaha untuk menggapai cita-cita. Manusia tidak boleh hanya berdiam diri untuk mengubah nasibnya. Dalil yang menjelaskan wacana ketentuan takdir mu‘allaq yaitu firman Allah Swt. yang berbunyi menyerupai berikut.
...إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ...
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri . . . . (Q.S. ar-Ra‘d [13]: 11)
Berdasarkan ayat di atas, kalau kita tidak mau berusaha mengubah diri sendiri, Allah Swt. pun tidak akan mengubahnya.
Contoh takdir Muallaq yaitu ketetapan wacana kemampuan ilmu, banyaknya harta, terjaga kesehatan, keselamatan diri, dan aneka macam insiden lain. Ketetapan Allah Swt. menyangkut hal-hal tersebut tergantung pada perjuangan insan itu sendiri. Dengan demikian, ikhtiar atau perjuangan harus dilakukan insan kemudian berdoa memohon keberhasilan perjuangan tersebut. Selanjutnya, kita menyerahkan sepenuhnya hasil perjuangan yang telah dilakukan kepada Allah Swt. Apa pun hasil perjuangan yang telah ditetapkan Allah Swt. kita terima dengan tulus dan lapang dada.
Besar kecilnya kekayaan yang diperoleh, dipengaruhi oleh perjuangan manusia.
Ciri-Ciri Iman kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar harus dilakukan secara sempurna, yaitu dengan meyakini dalam hati, diikrarkan dengan mulut dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar harus sanggup membuktikannya dengan berinfak kebajikan dalam hidup sehari-hari. Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar Allah Swt. sanggup dilihat dari tingkah laris dan perbuatannya. Secara khusus, keyakinan kepada qada dan qadar sanggup ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Rajin Beribadah
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini merupakan qada dan qadar Allah Swt. yang tidak sanggup ditolak oleh makhluk. Keyakinan yang mantap terhadap qada dan qadar Allah akan mendorong seseorang semakin ulet dalam beribadah. Beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan kebesaran dan kehendak Allah Swt., kita menjadi tidak ragu lagi untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Meyakini Kebesaran Allah
Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar Allah berarti telah meyakini kebesaran-Nya. Apa pun yang menjadi ketetapan Allah Swt. merupakan keputusan terbaik di sisi-Nya sehingga kita dihentikan menyalahkan atau berkeluh kesah. Ketetapan Allah Swt. bagi insan merupakan yang terbaik baginya. Musibah yang menimpa merupakan cobaan dan insan niscaya bisa menanggungnya. Oleh lantaran Allah Swt. tidak akan menurunkan cobaan kalau makhluk tidak bisa menanggungnya.
3. Bersungguh-sungguh dalam Bekerja
Untuk mencapai apa pun yang kita inginkan harus disertai perjuangan dan kerja keras. Keimanan kepada qada dan qadar mendorong seseorang untuk bekerja keras. Hal ini lantaran tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan niscaya qada dan qadar Allah Swt. yang akan terjadi. Dengan demikian, seseorang terdorong untuk berusaha dan bekerja keras dengan harapan memperoleh hasil yang terbaik dari Allah Swt. Bayangkan kalau seseorang telah mengetahui suatu hasil sebelum perjuangan dilakukan, ia akan menjadi malas untuk berusaha.
Bersungguh-sungguh dalam bekerja merupakan gejala keyakinan kepada takdir Allah.
4. Bertawakal kepada Allah Swt
Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Qada dan qadar-Nya berlaku bagi semua makhluk tidak hanya bagi manusia. Oleh lantaran itu, mengimani qada dan qadar Allah Swt. membimbing kita untuk selalu bertawakal, yaitu berserah diri kepada Allah Swt. sehabis perjuangan maksimal dilakukan. Bertawakal kepada Allah Swt. dilakukan lantaran hanya Dia yang berkuasa untuk mewujudkan segala sesuatu. Iman kepada qada dan qadar Allah Swt. harus sekaligus mengimani bahwa Dia dengan segala kekuasaan-Nya. Misalnya, mengimani Allah Swt. sebagai Zat Yang Mahatahu dan menguasai ilmu, ketetapan-ketetapan-Nya, dan kehendak-Nya yang tidak tergantung pada makhluk, serta kemampuan dalam mencipta dan mengatur makhluk-Nya.