Contoh Kalimat Mayor Minor, Kalimat Tunggal Majemuk, Kalimat Lisan Dan Nominal

1. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
    Contoh, perhatikan kembali kalimat Usia Proklamasi kemerdekaan RI sudah 60 tahun dan Kini masa gelap ibarat itu sudah berlalu. Masing-masing terjadi dari unsur yang menduduki fungsi subjek (S) dan predikat (P). Karena mempunyai kelengkapan S dan P, keduanya digolongkan sebagai kalimat lengkap atau kalimat mayor.
Kalimat jenis ini biasanya dipakai dalam penyusunan
(1) buku teks,
(2) laporan,
(3) pidato resmi,
(4) undangundang,
(5) peraturan,
(6) surat dinas, dan lain-lain.
Bandingkan dengan kalimat yang diucapkan Aat dan Abi dalam percakapan berikut!
Aat : Kamu dari mana?
Abi : Ponorogo.Kalau kamu?
    Pertanyaan Aat termasuk kalimat mayor alasannya yakni mempunyai S (kamu) dan P (dari mana?).
Lain halnya kedua kalimat yang diucapkan Abi. Keduanya tidak mempunyai unsur S dan P.
Keduanya merupakan bab dari keterangan (K). Kalimat yang tidak mempunyai kelengkapan S dan P disebut kalimat tak tepat atau kalimat minor (Alwi, 2000).
Kalimat minor antara lain dipakai untuk keperluan,
(1) berdialog,
(2) bertelepon
(3), mengucapkan salam,
(4) menyusun iklan, petunjuk, atau slogan walaupun tidak semua, dan
(5) menyusun karya sastra (tidak semua).

2. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
    Perhatikan kalimat berikut!
– Bumi makin sesak.
– Masa gelap sudah berlalu, tetapi masa terperinci belum datang.
– Itu kode PBB dikala Zlotnik meramalkan kondisi planet bumi pada 2050.
     Kalimat pertama terjadi dari unsur S (bumi) dan P (makin sesak). Karena terjadi dari satu klausa kalimat tersebut disebut kalimat tunggal (Alwi, 2000). Kalimat kedua terjadi dari dua bagian, yaitu Masa gelap sudah berlalu dan masa terperinci belum datang. Keduanya dihubungkan dengan kata tetapi. Pada bab pertama unsur Masa gelap berfungsi sebagai S1 dan sudah berlalu sebagai P1. Rangkaian S1P1 itu pun disebut klausa. Pada bab kedua unsur masa terperinci berfungsi sebagai S2 dan belum tiba sebagai P2. Rangkaian S2P2 ini pun disebut klausa. Dengan begitu kalimat kedua terjadi dari dua klausa. Kalimat yang terjadi dari dua klausa disebut kalimat majemuk.
Bagaimana jikalau kedua klausa itu dipertukarkan tempatnya menjadi Masa terperinci belum datang, tetapi masa gelap sudah berlalu? Maknanya tidak berubah, bukan? Kalimat ibarat itu disebut kalimat beragam setara. Kedudukan klausa-klausanya setara. Kesetaraannya sanggup dilukiskan dengan diagram berikut.
       Berbeda dengan kalimat pertama dan kedua, kalimat ketiga terjadi dari tiga unsur. Kata Itu berfungsi sebagai S1, kode PBB sebagai P1, dan dikala Zlotnik meramalkan kondisi planet Bumi pada 2050 sebagai K1. Rangkaian S1P1K1 ini pun disebut klausa. Kalau dikaji lebih lanjut, pada K1 unsur Zlotnik berfungsi sebagai S2, meramalkan sebagai P2, kondisi planet Bumi sebagai O2, dan pada 2050 sebagai K2. Rangkaian S2P2O2K2 ini pun disebut klausa. Klausa S2P2O2K2 menjadi bab (bawahan) dari K1. Karena terjadi dari dua klausa, kalimat ini pun disebut kalimat majemuk. Karena mempunyai klausa bawahan, kalimat ini disebut kalimat beragam bertingkat. Kata dikala dipakai sebagai penghubung (konjungtor) keduanya. Kedudukan dan kekerabatan kedua klausa itu sanggup dilukiskan dengan diagram berikut.

3. Kalimat Verbal dan Kalimat Nominal
      Berdasarkan kategori (kelas, jenis kata) predikatnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat lisan dan kalimat nominal. Predikat kalimat lisan tergolong verba (disingkat V) dan predikat kalimat nominal umumnya tergolong nomina (disingkat N).
Contoh kalimat verbal:
Mereka makan dan minum di kantin sekolah.
Kami sedang berdoa.
Contoh kalimat nominal:
Kami pelajar SMA. (P-nya nomina atau benda).
Bahasa Indonesia tidak sulit. (P-nya adjektifa atau sifat).
Saya di Yogya, ia di Samarinda. (P-nya adverbia atau keterangan).


EmoticonEmoticon