Contoh Hikayat (Contoh Sastra Melayu Klasik Hikayat)

Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri
       Tersebutlah kisah seorang saudagar kaya di negeri Mesir yang berjulukan Tajuddin. Beliau sangat berakal dan bijaksana serta taat menjalankan aliran agama. Saudagar Tajuddin memiliki seorang putra yang tampan dan gagah perkasa berjulukan Nurdin.
Pada suatu hari, atas permintaan dan hasutan temantemannya, Nurdin melaksanakan perbuatan yang
tidak terpuji, yaitu minum-minum bersama temantemannya hingga mabuk. Mengetahui hal itu,
ayahnya sangat murka dan Nurdin akan dieksekusi keesokan harinya. Mengetahui putranya akan dihukum, belakang layar ibunya memberitahu Nurdin dan menyuruhnya pergi malam itu juga biar tidak
kena sanksi ayahnya. Dengan berbekal uang seribu dinar derma ibunya, pergilah Nurdin
ikut sebuah kapal yang kebetulan berlayar ke Iskandariah, Nurdin bertemu Mansur dan ikut
tinggal di rumahnya. Nurdin dinasihati untuk berniaga dengan uang yang dibawanya.
       Pada bab selanjutnya, dikisahkan ada sebuah kerajaan besar berjulukan Pranja. Raja Pranja
mempunyai empat orang anak, satu di antaranya seorang putri berjulukan Mariam Zanariah. Mariam
Zanariah populer bagus jelita dan pintar dalam banyak sekali hal sehingga ayahnya berjanji akan
membawanya berguru kepada seorang pendeta.
Ketika tiba saatnya, Mariam Zanariah diantar oleh menterinya untuk berguru kepada pendeta dengan
naik sebuah kapal. Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh penyamun. Banyaklah pengiring
yang terbunuh dan ada yang melarikan diri. Mariam sendiri dirayu dan akan dijadikan istri oleh kepala penyamun. Mariam mendapatkan permintaan itu dengan syarat bertanding terlebih dahulu dengannya.
Kepala penyamun berhasil dikalahkan. Dan Mariam melarikan diri ke hutan dengan menunggang seekor kuda. Selama empat hari di dalam hutan, Mariam merasa lapar dan berjumpa dengan penyamun bangsa Badui. Mariam berpura-pura mengaku seorang Badui yang sedang mencari mitra untuk menghadang kafilah besar. Selamatlah Mariam, kemudian ia diajak ke rumah para penyamun itu untuk makan bersama. Setelah itu, rombongan itu berangkat ke sebuah bukit dan dilihatlah rombongan kafilah yang sedang berjalan. Mariam mengajak.
Badui untuk menghadang kafilah itu. Terjadilah peperangan, para penyamun badui pun kalah.
Sampai di Iskandariah, Mariam dibawa pulang oleh Maghribi. Melihat suaminya pulang membawa
perempuan cantik, istri Maghribi mencela dan menghajar Mariam. Diperlakukan bernafsu oleh istri
Maghribi, Mariam segera hendak membalas. Untung tiba Maghribi yang membawa istrinya pergi.
Akhirnya, tinggallah Mariam seorang diri di rumah itu. Dalam kesendiriannya itu, Mariam putus asa
dan mau bunuh diri. Sebelum terealisasi niatnya itu, terdengar orang ramai mendatangi rumah Maghribi yang menghendaki biar Mariam dilelang saja dan uangnya dibagi rata.
       Pada hari itu juga, dibawalah Mariam ke pasar. Singkat cerita, Nurdinlah yang berhasil mendapatkan cintanya dengan membelinya dari Maghribi 1000 dinar. Mariam pun dibawa pulang ke rumah Mansur dan Nurdin pun menceritakan semua kejadiannya. Mendengar hal itu, terbetiklah Mariam menyuruh Nurdin meminjam uang pada Mansur sebanyak 10 juta. Hari itu juga Nurdin disuruhnya pergi ke pasar untuk membeli segala keperluan hidupnya. Mulai ketika itu, Mariam bekerja menyulam ikat pinggang sutra di rumah, sedangkan Nurdin menjualnya ke pasar. Demikianlah pekerjaan itu dijalaninya hingga Nurdin berhasil mengembalikan uang Mansur dari hasil jerih payah Mariam menyulam ikat pinggang.
Diceritakanlah wacana Menteri Ur yang ditugasi Raja mencari Mariam telah hingga ke Iskandariah.
Menyadari hal itu, Mariam berpesan kepada Nurdin untuk tidak menjual ikat pinggang kepada orang
Pranja. Firasat Mariam akan berpisah dengan Nurdin timbul tatkala terpandang olehnya kedatangan
Menteri Ur. Pada suatu hari, ketika Nurdin pergi ke pasar ia dihadang orang Pranja yang hendak
membeli ikat pinggang. Dengan tipu muslihatnya, orang Pranja menciptakan Nurdin mabuk dalam
perjamuan, sehingga mereka berhasil mendapatkan informasi wacana keberadaan Mariam. Nurdin dibuat
mabuk biar mau menjual Mariam kepada orang Pranja. Nurdin telah tertipu dan menyesal, tetapi
apa daya semua telah terjadi. Walaupun Mariam tidak mau pulang, Menteri Ur memaksanya dan
berhasil membawa Mariam pulang. Nurdin berusaha menyusulnya dengan menumpang sebuah kapal.
       Dikisahkan semenjak kepergian Nurdin, ayahnya sangat bersedih. Rumah dan tokonya dijual dan
dibelinya kapal untuk mencari anaknya, Nurdin. Dalam perniagaan, sampailah saudagar Tajuddin
ke Iskandariah dan didapatkanlah informasi wacana anaknya yang sudah lari mengejar Mariam setelah
menikahi saudagar Surati. Saudagar Tajuddin berpesan kepada Mansur biar membawa Nurdin
ke Bagdad kelak kalau sudah kembali alasannya yakni ia akan membuka perkampungan di sana.
Tersebutlah Mariam yang telah dibawa lari Menteri Ur. Ia menangis tiada hentinya alasannya yakni teringat
kekasihnya, Nurdin. Begitu hingga di Pelabakan,
Menteri Ur segera memberitahukan kedatangannya membawa pulang Mariam yang telah dilarikan
dan dijual oleh orang Iskandariah. Raja kesannya mengadakan selamatan untuk kepulangan putrinya.
Karena dendam, Raja kemudian memerintahkan untuk merampok semua kapal Islam yang datang
dan membunuh semua awak kapalnya. Kapal yang ditumpangi Nurdin ikut tertangkap dan semua awak kapalnya dibunuh, kecuali Nurdin alasannya yakni ada orang bau tanah yang memohon kepeda Raja untuk dijadikan penunggu gereja.
Ketika menjadi penunggu gereja inilah, ia sanggup bertemu dengan Mariam dan keduanya sepakat
untuk melarikan diri ke Iskandariah sambil melarikan peti nazar. Sampai di Iskandariah, Nurdin
menitipkan peti nazar di rumah Mansur. Mariam ditinggal sendirian di tepi laut. Saat itulah datang
Menteri Ur bersama Habib yang tengah mencarinya.
Melihat kedatangan Menteri Ur, Mariam berontak hingga berhasil membunuh adiknya sendiri, Habib.
Mariam kemudian dikurung dan berhasil diringkus terikat dengan tali. Dalam keadaan terikat, Mariam
kembali dirayu oleh Menteri Ur untuk dijadikan istrinya. Bujukan itu kesannya diterima Mariam
dengan syarat perkawinannya dilaksanakan sehabis hingga di Pranja. Mengetahui Mariam dilarikan
Menteri Ur. Nnurdin segera menyusulnya dengan menaiki sebuah sampan. Sampan yang dinaiki
Nurdin kesannya ditangkap pengikut Menteri Ur dan dibawa ke Pranja. Menteri Ur memerintahkan biar orang tangkapan dimasukkan ke dalam sangkar kuda dalam keadaan dirantai. Pada suatu malam, dalam tidurnya Nurdin didatangi oleh seorang bau tanah yang mengajarinya bagaimana mengobati kuda
       Raja yang sedang sakit dengan delima muda. Berkat pengobatan Nurdin, kuda kesayangan Raja Pranja berhasil disembuhkan dan sebagai imbalannya Nurdin segera dibebaskan dan dikeluarkan dari
kandang kuda. Suatu hari bertemulah Mariam dengan Nurdin yang ketika itu mendendangkan sebuah pantun. Untuk kedua kalinya, Mariam dan Nurdin setuju untuk melarikan diri dari Pranja. Setelah tiba hari yang telah disepakati, Nurdin dengan kedua kuda kesayangan Raja menunggu Mariam di belakang gereja. Mariam dengan lihainya mengelabui dayang-dayang dan berhasil membunuh Menteri Ur dan mengambil semua perhiasannya. Malam itu juga keduanya melarikan diri.
Mengetahui Mariam dan Nurdin sudah lari serta berhasil membunuh Menteri Ur. Raja menitahkan
kedua anaknya yang berjulukan Nasir dan Nazib beserta dengan 1000 prajurit untuk menangkap
Mariam. Namun, sial bagi kedua putra raja itu.
Mereka terbunuh oleh Mraiam dan prajurit yang masih hidup melarikan diri. Selamatlah Nurdin
dan Mariam. Kemudian, mereka berkuda menuju Iskandariah. Demikian juga diri Mariam. Sebaliknya, Mansur pun menceritakan pertemuannya dengan ayah Nurdin dan segera mengajak Nurdin pergi ke Bagdad menemui kedua orang tuanya.
Kedatangan rombongan Nurdin disambut meriah oleh saudagar Tajuddin. Saudagar Tajuddin kemudian menikahkan putranya, Nurdin, dengan Mariam dan dirayakan selama 40 hari. Sejak ijab kabul itu, Mariam dan Nurdin berjanji untuk sehidup semati akan bersama hingga simpulan hayatnya.
(Dikutip dari Hikayat Mariam dan Nurdin Masri)


EmoticonEmoticon