Majas Metafora, Personofikasi, Hiperbola, Dan Ironi

       Gaya bahasa atau majas yakni cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Jenis gaya bahasa atau majas yang sering dipakai dalam puisi adalah:
1. Metafora
    Metafora yakni kiasan kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan.
Dalam "Surat Cinta", Renda mengiaskan diri kekasihnya bagai putri duyung.
contoh:
engkaulah putri duyung
tawananku 
putri dyung dengan bunyi merdu
lembut bagi angin laut
mendesahlah bagiku.
("Surat Cinta", 1959)

2. Personifikasi
    Personifikasi yakni tragedi alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau tragedi yang dialamai manusia.
Dalam "Padamu Jua" Amir Hamjah.
contoh:
" pelita jendela di malam gelap/ melambai pulang perlahan"; "engkau cemburu/ engkau ganas/ mangsa saya dengan cakarmu/ bertukar tangkap dengan lepas.
Dalam hal ini Tuhan dipersonifikasikan sebagai manusia.

3. Hiperbola
    Hiperbola yakni kiasan yang berlebih-lebihan.
Untuk melebih-lebihkan sifat buruk yang dikritik, Rendra menciptakan berlebihan sebagai berikut:
politisi dan pegawai tinggi yakni caluk yang rapih kongres-kongres dan konferensi tak pernah berjalan tanpa kalian.
("Bersatulah Pelacur-Pelacur Jakarta")

4. Ironi 
    Dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, banyak dipakai ironi, yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memperlihatkan sindiran. Ironi sanggup bermetamorfosis sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang kerasdan bergairah untuk menyindir atau mengeritik.
Nada sinisme sanggup dinikmati dalam sajak Rendra berjudul "Sajak Sebotol Bir" ini.
kota metropilotan disini tidak tumbuh dari industri/ tapi tumbuh dari negara industri asing/ akan pasaran dan sumber pengadaan materi alam/ kota metropulitan disini/ yakni sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia, dan negara industri lainya.
("Sajak Sebotol Bir:", 1977)


EmoticonEmoticon