Nabi Muhammad saw adalah seorang rasul pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun (kurang dari seperempat abad), dia telah menghasilkan tiga karya besar yang belum pernah dicapai oleh pemimpin manapun di seluruh dunia semenjak Nabi Adam a.s. hingga sekarang. Untuk jelasnya, pada serpihan ini, kau akan berguru wacana misi Nabi Muhammad saw. untuk menyempurnakan akhlak, membangun insan mulia dan bermanfaat. Misi Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat. Selain itu, kau akan berguru wacana usaha Nabi Muhammad saw. dan para sobat dalam menghadapi masyarakat Mekah.
Misi Kerasulan Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah SWT mempunyai beberapa misi antara lain:
1. Menyempurnakan Akhlak
Akhlak Nabi Muhammad saw. merupakan pola yang tidak ada bandingannya. Bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah swt.
Hal ini sanggup dilihat dalam firman-Nya:
Artinya:
“Dan sesunguhnya kau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung“. (Surah Al-Qalam [68]: 4).
Ketika Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi Muhammad) ditanya wacana moral Nabi Muhammad saw., ia menjawab : “Akhlaknya ialah Al-Qur’an “. (H.R. Ahmad dan Muslim).
Artinya:
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (H.R. Ahmad).
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa moral merupakan pemikiran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada dikala itu dalam kejahiliyahan. Pada dikala itu, insan mengagungkan hawa nafsu dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu. Ajaran moral yang dibawa Nabi Muhammad tersebut terangkum dalam sebuah hadi£ yang artinya: “Hai Muhammad, beritahu padaku wacana iman, kepercayaan yaitu engkau percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari kebangkitan. Kemudian, Jibril bertanya lagi, hai Muhammad apa yang dimaksud dengan Islam? Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad ialah utusan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bila mampu. Kemudian, Jibril bertanya lagi, “Hai Rasulullah apa yang dimaksud dengan ihsan? Ihsan, yaitu engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatnya. Apabila engkau tidak melihatnya, maka Dia niscaya melihatmu.” (H. R. Muslim)
Hadis di atas menjelaskan bahwa misi pemikiran moral yang dibawa Nabi Muhammad berupa tiga hal, yaitu: iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya merupakan proses yang kontinu yang hendaknya dilakukan seorang Muslim. Ini semua tidak hanya merupakan kewajiban bagi seorang Muslim, tetapi juga merupakan pendidikan yang dilakukan seumur hidup guna membentuk moral yang baik terhadap Allah swt. dan sesama makhluk. Berdasarkan hadis tersebut, kita sanggup mengetahui bahwa tujuan berakhlak itu supaya hubungan kita dengan Allah dan makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
2. Membangun Manusia yang Mulia dan Bermanfaat
Nabi Muhammad saw. mempunyai misi mengajarkan wacana persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan semoga penyelesaian problem dilarang dilakukan dengan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang hening dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad saw. ketika mendamaikan masyarakat Mekah dikala akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Nabi Muhammad mengajarkan semoga insan bekerja keras untuk sanggup memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya, dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang berpengaruh harus mengasihi yang lemah. Orang bau tanah harus mengasihi anaknya, baik anak itu pria maupun perempuan. Sebaliknya, anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat sanggup memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram, dan sejahtera. Terbukti, dikala ini, keadaan Masyarakat Mekah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera, dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada pemikiran Nabi Muhammad saw.
Bukti-Bukti Nabi Muhammad Diutus Allah Sebagai Seorang Rasul
Beberapa bukti yang menyakinkan kerasulan Nabi Muhammad SAW ialah sebagi berikut:
1. Rahmat bagi Alam Semesta Firman Allah swt.:
Artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Surah Al-Anbiya' [21] : 107)
Nabi Muhammad diutus oleh Allah swt. sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal ini sanggup berarti bahwa nilai-nilai yang dibawa Nabi bertujuan untuk keberkahan, kedamaian, cinta kasih, dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk di alam ini.
Bukti bahwa Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat bagi alam semesta ini adalah:
a. Memusnahkan segala jenis syirik. Contohnya, menyembah berhala, sihir, dan ramal diganti dengan keimanan kepada Allah swt.
b. Memusnahkan adat tradisi jahiliyah yang menyimpang. Contohnya, membuka aurat, peperang antarsuku, kikir, dan pemarah diganti dengan moral yang mulia.
c. Menegakkan sebuah sistem kehidupan yang seluruhnya berdiri di atas tauhid, baik ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, seni maupun olahraga.
d. Melakukan sebuah perubahan terhadap hati sanubari, pemikiran, dan peraturan hidup umat manusia.
e. Mempersatukan semua ras, semua suku, semua golongan insan di bawah sebuah sistem yang berlandaskan tauhid.
2. Pembawa Kedamaian, Kesejahteraan, dan Kemajuan Masyarakat
Agama Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi manusia. Hal ini bisa kita saksikan semenjak zaman permulaan Islam berkembang di Mekah dan Madinah. Tidak ada seorang pun insan yang dirugikan. Di mana pun Islam berada, pastilah menjadi pelindung bagi masyarakatnya. Begitu juga dengan masyarakat Madinah sebagai pedoman membina kesatuan dan persatuan bangsa bagi penyelenggaraan pembangunan dikala ini. Sejak awal, Islam tidak memandang perbedaan etnis. Sebagai anggota bangsa, setiap suku bangsa sepantasnya saling membantu untuk kesejahteraan keseluruhan bangsa. Persatuan dan kesatuan, saling mengamalkan kemampuan masing-masing, dan rasa wajib menolong sesama yang kekurangan ialah modal utama pembangunan Setelah tiba dan berkembangnya Islam, masyarakat Madinah bisa mencicipi manfaatnya, baik secara individu maupun manfaat yang dirasakan secara berkelompok dan bernegara. Hal ini bisa dirasakan terutama ketika Islam pribadi dibawa dan disebarluaskan oleh Rasulullah saw. ke Madinah.
Bukti kerasulan Nabi Muhammad saw. ialah sebagai berikut:
a. Nabi Muhammad saw. seorang Nabi yang menjadi juru damai, menyerupai pada saat-saat suku bangsa di sekitar Kakbah bertengkar dan hampir saling membunuh. Dengan serempak, mereka meminta Al-Amin menjadi juru damai. Hanya seorang yang sangat cerdaslah bisa mengambil keputusan dengan cepat menggelar sorbannya, mengangkat hajar aswad ke tengah sorbannya dan mempersilakan yang bertengkar mengangkat setiap ujung sorbannya. Beliau, kemudian menempatkan Hajar Aswad pada tempatnya. Semua masyarakat merasa puas.
b. Ketika masyarakat Arab menonjolkan keturunan dan sukunya, mereka sering berselisih, bertengkar, dan berperang semoga sukunya (kabilah) menjadi yang paling terhormat di antara suku yang lain. Mereka pun sangat membanggakan harta dan tahta, hingga gonta-ganti wanita. Semakin banyak harta dan mempunyai banyak budak, semakin mereka merasa mulia. Setelah Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi Rasullullah dan mengajarkan bahwa kemuliaan insan tidak dilihat dari harta, keturunan, kekuatan, tahta serta jabatannya dalam masyarakat. Namun, kemuliaan insan terletak kepada ketakwaannya kepada Allah swt. dan kemuliaan akhlaknya, baik dalam sikap, perkataan, dan perbuatan.
c. Kemajuan dalam bermasyarakat, menyerupai mempersaudarakan Muhajirin atau kaum pendatang dengan Ansar (penduduk asli). Mempersatukan dan mempersaudarakan kaum Khas dan Khazraj. Selain itu, mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi di Madinah demi tercapainya hidup berdampingan secara damai, tidak saling mendengki dan tidak saling benci, melainkan melaksanakan agama masing-masing. Tidak saja mengatur soal-soal ibadah dan keimanan, Nabi Muhammad pun mengajarkan wacana kenegaraan, perekonomian, dan kesosialan, yang pelaksanaannya dicontohkan oleh Nabi Muhamamd dengan perbuatan atau dijelaskan dengan perkataan.
Firman Alah swt:
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan kedatangan hari simpulan zaman dan dia banyak menyebut Allah.“ (Surah Al-Ahzab [33]: 21)
Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Sahabat Menghadapi Masyarakat Mekah
Tiga tahun lamanya, Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Hasilnya, lebih kurang 40 orang menganut agama Islam. Mereka menjadi pengikut Nabi Muhammad yang setia dan rela mempertaruhkan harta benda, bahkan nyawa mereka untuk menegakkan dan membela agama Allah. Akhirnya, turunlah ayat yang memerintahkan Nabi semoga memberikan dakwah secara terang-terangan kepada segenap lapisan masyarakat.Mula-mula, yang diserunya kaum kerabatnya dari Bani Hasyim. Disampaikan oleh dia kepada mereka apa yang diperintahkan Allah. Akan tetapi, mereka membangkang dan murka kepada Nabi. Demikian pula keadaan ketika Nabi menyampaikannya kepada kaum Quraisy lainnya. Mereka menyambut dengan usikan dan cemoohan. Abu jahal dan paman Nabi Muhammad sendiri, Abu Lahab, ialah pemimpin dan gembong Quraisy yang sekuat daya menentang dan berusaha mematahkan agama Islam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tidak pribadi diterima oleh masyarakat. Oleh lantaran itu, dalam mendakwahkan pemikiran Islam, sangat hati-hati dan yang diutamakan ialah para sobat dan keluarga terdekatnya terlebih dahulu. Orang-orang Quraisy menolak agama Islam disebabkan beberapa hal. Pertama, ajaran-ajarannya bertentangan dengan kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka turun temurun. Kedua, dengan diterimanya agama Islam, kedudukan mereka yang tinggi selama ini akan jatuh merosot. Ketiga, laba yang mereka peroleh dari perdagangan patung dan lainnya akan luput dari tangan mereka. Tidaklah heran jikalau mereka itu menentang Islam dan merintanginya secara mati-matian. Mula-mula, mereka meminta kepada Abu Talib semoga melarang keponakannya menyiarkan agama itu. Karena usaha Abu Talib tidak berhasil, mereka pun memakai kekerasan di luar batas perikemanusiaan, baik terhadap sahabat-sahabat Nabi maupun terhadap diri Nabi Muhammad saw.
Berbagai macam siksaan mereka lakukan kepada Nabi. Ia pernah dilempari dengan kerikil dan najis, dipukul dan diludahi mukanya, bahkan ada yang hendak mencekik lehernya. Sahabat-sahabat Nabi pun tak luput dari siksaan. Sewaktu Umayya ibnu Khalaf mengetahui bahwa budak hi tamnya yang berjulukan Bilal ibnu Rabah masuk Islam, ia sangat marah. Bilal disiksa tanpa diberi makan dan minum. Kemudian, Bilal ditelentangkan di pasir yang panas. Dadanya ditindih dengan kerikil sehingga dia sukar untuk bergerak. Sebagai muslim yang taat, Bilal tetap tabah dan tidak goyah imannya kepada Allah swt. Namun, hasilnya Abu Bakar menyelamatkan dan membebaskan Bilal dari siksaan Umayya. Bilal dibeli dan dimerdekakan oleh Abu Bakar, Setelah kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy tidak berhasil, mereka mengatur siasat lain, yaitu mendekati dan membujuk Nabi Muhammad. Mereka mengirim utusan kepada Nabi dan memperlihatkan apa yang diingininya, menyerupai harta, pangkat, kedudukan, bahkan wanita-wanita bagus untuk jadi isterinya. Semua ditolak oleh Nabi, bahkan kepada pamannya, Abu Talib, Nabi menyampaikan : “Demi Allah, wahai Pamanku! Seandainya mereka letakkan bulan di tangan kiriku dan matahari di tangan kananku dengan maksud semoga saya menghentikan tugasku, saya tidaklah akan meninggalkannya, hingga usahaku berhasil atau saya binasa karenanya.”
Setelah bujukan-bujukan gagal, orang-orang Quraisy kembali melaksanakan kekerasan kepada kaum Muslimin. Itulah sebabnya, Nabi menyuruh mereka hijrah ke Habsyi (Ethiopia) hingga dua kali untuk menyelamatkan diri. Nabi sendiri bersama sahabat-sahabatnya yang lain tetap menjalankan kiprah di Mekah sekalipun mengalami banyak sekali kesulitan. Usaha orang-orang Quraisy selalu kandas. Bahkan sebaliknnya, agama Islam semakin berkembang. Mereka pun semakin murka dan mengambil tindakan yang lebih kejam. Mereka menciptakan perjanjian sepihak bahwa seluruh kaum kerabat Nabi dari Bani Hasyim dan Bani Muthallib, baik yang telah menganut Islam maupun yang belum, kecuali Abu Lahab, diboikot dan diasingkan. Tidak seorang pun dibolehkan mengadakan hubungan dengan mereka, baik untuk berjual beli, memberi pemberian maupun melaksanakan perkawinan.
Perjanjian itu mereka tulis di atas sahifah atau plakat, kemudian mereka gantungkan di Kakbah. Mereka bersumpah tidak akan mencabut sebelum Nabi Muhammad diserahkan ke tangan mereka. Akan tetapi, Muhammad tak juga diserahkan. Akibatnya, mereka terpaksa disingkirkan ke lembah-lembah dan hidup dari pucuk-pucuk dan urat-urat kayu. Tiga tahun lamanya kaum Muslimin menderita akhir perjanjian sahifah itu. Akhirnya, datanglah pertolongan Allah. Pemuka-pemuka Quraisy merasa kasihan dan tidak hingga hati melihat penderitaan kaum Muslimin hingga pengasingan itu mereka batalkan.
Misi Kerasulan Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah SWT mempunyai beberapa misi antara lain:
1. Menyempurnakan Akhlak
Akhlak Nabi Muhammad saw. merupakan pola yang tidak ada bandingannya. Bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah swt.
Hal ini sanggup dilihat dalam firman-Nya:
Artinya:
“Dan sesunguhnya kau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung“. (Surah Al-Qalam [68]: 4).
Ketika Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi Muhammad) ditanya wacana moral Nabi Muhammad saw., ia menjawab : “Akhlaknya ialah Al-Qur’an “. (H.R. Ahmad dan Muslim).
Artinya:
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (H.R. Ahmad).
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa moral merupakan pemikiran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada dikala itu dalam kejahiliyahan. Pada dikala itu, insan mengagungkan hawa nafsu dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu. Ajaran moral yang dibawa Nabi Muhammad tersebut terangkum dalam sebuah hadi£ yang artinya: “Hai Muhammad, beritahu padaku wacana iman, kepercayaan yaitu engkau percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari kebangkitan. Kemudian, Jibril bertanya lagi, hai Muhammad apa yang dimaksud dengan Islam? Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad ialah utusan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bila mampu. Kemudian, Jibril bertanya lagi, “Hai Rasulullah apa yang dimaksud dengan ihsan? Ihsan, yaitu engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatnya. Apabila engkau tidak melihatnya, maka Dia niscaya melihatmu.” (H. R. Muslim)
Hadis di atas menjelaskan bahwa misi pemikiran moral yang dibawa Nabi Muhammad berupa tiga hal, yaitu: iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya merupakan proses yang kontinu yang hendaknya dilakukan seorang Muslim. Ini semua tidak hanya merupakan kewajiban bagi seorang Muslim, tetapi juga merupakan pendidikan yang dilakukan seumur hidup guna membentuk moral yang baik terhadap Allah swt. dan sesama makhluk. Berdasarkan hadis tersebut, kita sanggup mengetahui bahwa tujuan berakhlak itu supaya hubungan kita dengan Allah dan makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
2. Membangun Manusia yang Mulia dan Bermanfaat
Nabi Muhammad saw. mempunyai misi mengajarkan wacana persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan semoga penyelesaian problem dilarang dilakukan dengan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang hening dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad saw. ketika mendamaikan masyarakat Mekah dikala akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Nabi Muhammad mengajarkan semoga insan bekerja keras untuk sanggup memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya, dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang berpengaruh harus mengasihi yang lemah. Orang bau tanah harus mengasihi anaknya, baik anak itu pria maupun perempuan. Sebaliknya, anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat sanggup memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram, dan sejahtera. Terbukti, dikala ini, keadaan Masyarakat Mekah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera, dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada pemikiran Nabi Muhammad saw.
Bukti-Bukti Nabi Muhammad Diutus Allah Sebagai Seorang Rasul
Beberapa bukti yang menyakinkan kerasulan Nabi Muhammad SAW ialah sebagi berikut:
1. Rahmat bagi Alam Semesta Firman Allah swt.:
Artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Surah Al-Anbiya' [21] : 107)
Nabi Muhammad diutus oleh Allah swt. sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal ini sanggup berarti bahwa nilai-nilai yang dibawa Nabi bertujuan untuk keberkahan, kedamaian, cinta kasih, dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk di alam ini.
Bukti bahwa Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat bagi alam semesta ini adalah:
a. Memusnahkan segala jenis syirik. Contohnya, menyembah berhala, sihir, dan ramal diganti dengan keimanan kepada Allah swt.
b. Memusnahkan adat tradisi jahiliyah yang menyimpang. Contohnya, membuka aurat, peperang antarsuku, kikir, dan pemarah diganti dengan moral yang mulia.
c. Menegakkan sebuah sistem kehidupan yang seluruhnya berdiri di atas tauhid, baik ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, seni maupun olahraga.
d. Melakukan sebuah perubahan terhadap hati sanubari, pemikiran, dan peraturan hidup umat manusia.
e. Mempersatukan semua ras, semua suku, semua golongan insan di bawah sebuah sistem yang berlandaskan tauhid.
2. Pembawa Kedamaian, Kesejahteraan, dan Kemajuan Masyarakat
Agama Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi manusia. Hal ini bisa kita saksikan semenjak zaman permulaan Islam berkembang di Mekah dan Madinah. Tidak ada seorang pun insan yang dirugikan. Di mana pun Islam berada, pastilah menjadi pelindung bagi masyarakatnya. Begitu juga dengan masyarakat Madinah sebagai pedoman membina kesatuan dan persatuan bangsa bagi penyelenggaraan pembangunan dikala ini. Sejak awal, Islam tidak memandang perbedaan etnis. Sebagai anggota bangsa, setiap suku bangsa sepantasnya saling membantu untuk kesejahteraan keseluruhan bangsa. Persatuan dan kesatuan, saling mengamalkan kemampuan masing-masing, dan rasa wajib menolong sesama yang kekurangan ialah modal utama pembangunan Setelah tiba dan berkembangnya Islam, masyarakat Madinah bisa mencicipi manfaatnya, baik secara individu maupun manfaat yang dirasakan secara berkelompok dan bernegara. Hal ini bisa dirasakan terutama ketika Islam pribadi dibawa dan disebarluaskan oleh Rasulullah saw. ke Madinah.
Bukti kerasulan Nabi Muhammad saw. ialah sebagai berikut:
a. Nabi Muhammad saw. seorang Nabi yang menjadi juru damai, menyerupai pada saat-saat suku bangsa di sekitar Kakbah bertengkar dan hampir saling membunuh. Dengan serempak, mereka meminta Al-Amin menjadi juru damai. Hanya seorang yang sangat cerdaslah bisa mengambil keputusan dengan cepat menggelar sorbannya, mengangkat hajar aswad ke tengah sorbannya dan mempersilakan yang bertengkar mengangkat setiap ujung sorbannya. Beliau, kemudian menempatkan Hajar Aswad pada tempatnya. Semua masyarakat merasa puas.
b. Ketika masyarakat Arab menonjolkan keturunan dan sukunya, mereka sering berselisih, bertengkar, dan berperang semoga sukunya (kabilah) menjadi yang paling terhormat di antara suku yang lain. Mereka pun sangat membanggakan harta dan tahta, hingga gonta-ganti wanita. Semakin banyak harta dan mempunyai banyak budak, semakin mereka merasa mulia. Setelah Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi Rasullullah dan mengajarkan bahwa kemuliaan insan tidak dilihat dari harta, keturunan, kekuatan, tahta serta jabatannya dalam masyarakat. Namun, kemuliaan insan terletak kepada ketakwaannya kepada Allah swt. dan kemuliaan akhlaknya, baik dalam sikap, perkataan, dan perbuatan.
c. Kemajuan dalam bermasyarakat, menyerupai mempersaudarakan Muhajirin atau kaum pendatang dengan Ansar (penduduk asli). Mempersatukan dan mempersaudarakan kaum Khas dan Khazraj. Selain itu, mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi di Madinah demi tercapainya hidup berdampingan secara damai, tidak saling mendengki dan tidak saling benci, melainkan melaksanakan agama masing-masing. Tidak saja mengatur soal-soal ibadah dan keimanan, Nabi Muhammad pun mengajarkan wacana kenegaraan, perekonomian, dan kesosialan, yang pelaksanaannya dicontohkan oleh Nabi Muhamamd dengan perbuatan atau dijelaskan dengan perkataan.
Firman Alah swt:
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan kedatangan hari simpulan zaman dan dia banyak menyebut Allah.“ (Surah Al-Ahzab [33]: 21)
Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Sahabat Menghadapi Masyarakat Mekah
Tiga tahun lamanya, Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Hasilnya, lebih kurang 40 orang menganut agama Islam. Mereka menjadi pengikut Nabi Muhammad yang setia dan rela mempertaruhkan harta benda, bahkan nyawa mereka untuk menegakkan dan membela agama Allah. Akhirnya, turunlah ayat yang memerintahkan Nabi semoga memberikan dakwah secara terang-terangan kepada segenap lapisan masyarakat.Mula-mula, yang diserunya kaum kerabatnya dari Bani Hasyim. Disampaikan oleh dia kepada mereka apa yang diperintahkan Allah. Akan tetapi, mereka membangkang dan murka kepada Nabi. Demikian pula keadaan ketika Nabi menyampaikannya kepada kaum Quraisy lainnya. Mereka menyambut dengan usikan dan cemoohan. Abu jahal dan paman Nabi Muhammad sendiri, Abu Lahab, ialah pemimpin dan gembong Quraisy yang sekuat daya menentang dan berusaha mematahkan agama Islam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tidak pribadi diterima oleh masyarakat. Oleh lantaran itu, dalam mendakwahkan pemikiran Islam, sangat hati-hati dan yang diutamakan ialah para sobat dan keluarga terdekatnya terlebih dahulu. Orang-orang Quraisy menolak agama Islam disebabkan beberapa hal. Pertama, ajaran-ajarannya bertentangan dengan kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka turun temurun. Kedua, dengan diterimanya agama Islam, kedudukan mereka yang tinggi selama ini akan jatuh merosot. Ketiga, laba yang mereka peroleh dari perdagangan patung dan lainnya akan luput dari tangan mereka. Tidaklah heran jikalau mereka itu menentang Islam dan merintanginya secara mati-matian. Mula-mula, mereka meminta kepada Abu Talib semoga melarang keponakannya menyiarkan agama itu. Karena usaha Abu Talib tidak berhasil, mereka pun memakai kekerasan di luar batas perikemanusiaan, baik terhadap sahabat-sahabat Nabi maupun terhadap diri Nabi Muhammad saw.
Berbagai macam siksaan mereka lakukan kepada Nabi. Ia pernah dilempari dengan kerikil dan najis, dipukul dan diludahi mukanya, bahkan ada yang hendak mencekik lehernya. Sahabat-sahabat Nabi pun tak luput dari siksaan. Sewaktu Umayya ibnu Khalaf mengetahui bahwa budak hi tamnya yang berjulukan Bilal ibnu Rabah masuk Islam, ia sangat marah. Bilal disiksa tanpa diberi makan dan minum. Kemudian, Bilal ditelentangkan di pasir yang panas. Dadanya ditindih dengan kerikil sehingga dia sukar untuk bergerak. Sebagai muslim yang taat, Bilal tetap tabah dan tidak goyah imannya kepada Allah swt. Namun, hasilnya Abu Bakar menyelamatkan dan membebaskan Bilal dari siksaan Umayya. Bilal dibeli dan dimerdekakan oleh Abu Bakar, Setelah kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy tidak berhasil, mereka mengatur siasat lain, yaitu mendekati dan membujuk Nabi Muhammad. Mereka mengirim utusan kepada Nabi dan memperlihatkan apa yang diingininya, menyerupai harta, pangkat, kedudukan, bahkan wanita-wanita bagus untuk jadi isterinya. Semua ditolak oleh Nabi, bahkan kepada pamannya, Abu Talib, Nabi menyampaikan : “Demi Allah, wahai Pamanku! Seandainya mereka letakkan bulan di tangan kiriku dan matahari di tangan kananku dengan maksud semoga saya menghentikan tugasku, saya tidaklah akan meninggalkannya, hingga usahaku berhasil atau saya binasa karenanya.”
Setelah bujukan-bujukan gagal, orang-orang Quraisy kembali melaksanakan kekerasan kepada kaum Muslimin. Itulah sebabnya, Nabi menyuruh mereka hijrah ke Habsyi (Ethiopia) hingga dua kali untuk menyelamatkan diri. Nabi sendiri bersama sahabat-sahabatnya yang lain tetap menjalankan kiprah di Mekah sekalipun mengalami banyak sekali kesulitan. Usaha orang-orang Quraisy selalu kandas. Bahkan sebaliknnya, agama Islam semakin berkembang. Mereka pun semakin murka dan mengambil tindakan yang lebih kejam. Mereka menciptakan perjanjian sepihak bahwa seluruh kaum kerabat Nabi dari Bani Hasyim dan Bani Muthallib, baik yang telah menganut Islam maupun yang belum, kecuali Abu Lahab, diboikot dan diasingkan. Tidak seorang pun dibolehkan mengadakan hubungan dengan mereka, baik untuk berjual beli, memberi pemberian maupun melaksanakan perkawinan.
Perjanjian itu mereka tulis di atas sahifah atau plakat, kemudian mereka gantungkan di Kakbah. Mereka bersumpah tidak akan mencabut sebelum Nabi Muhammad diserahkan ke tangan mereka. Akan tetapi, Muhammad tak juga diserahkan. Akibatnya, mereka terpaksa disingkirkan ke lembah-lembah dan hidup dari pucuk-pucuk dan urat-urat kayu. Tiga tahun lamanya kaum Muslimin menderita akhir perjanjian sahifah itu. Akhirnya, datanglah pertolongan Allah. Pemuka-pemuka Quraisy merasa kasihan dan tidak hingga hati melihat penderitaan kaum Muslimin hingga pengasingan itu mereka batalkan.