Musik Nusantara tempat Jakarta (Betawi), yaitu gambang kromong, gamelan ajeng, marawis, keroncong tugu, dan tanjidor.
A. Gambang Kromong Gambang kromong yaitu musik khas Betawi (orang orisinil Jakarta) yang memadukan alat musik gamelan dengan alat musik Barat, yaitu Cina. Musik gambang kromong hampir tidak pernah bolos dalam banyak sekali kesempatan pertunjukan, terutama pada acara-acara budaya yang bernuansa Betawi
dan festival-festival. Jenis musik ini merupakan pembaruan yang serasi antara pribumi dan Cina.
(Sebagian alat musik yang digunakan dalam musikgambang kromong)
Hal ini tampak sekali pada alat-alat musik yang digunakannya. Alat-alat musiknya, antara lain sebagai berikut.1) Gambang, alat musik yang mempunyai sumber bunyi sebanyak 18 buah bilah. Alat musik ini terbuat dari kayu, berasal dari Jawa dan Sunda.
2) Teh Yan, semacam rebab berukuran kecil berasal dari Cina.
3) Kong An Yan, semacam rebab berukuran sedang berasal dari Cina.
4) Kemong, semacam gong kecil yang berasal dari Jawa dan Sunda.
5) Kromong, alat musik dari gamelan Jawa dan Sunda yang terdiri atas 10 buah sumber bunyi berbentuk ibarat mangkuk.
6) Kecrek, beberapa bilah perunggu yang diberi landasan kayu untuk dipukul sehingga berbunyi
crek-crek. Fungsinya untuk memberi tanda akan dimulai atau diakhiri oleh seorang pemimpin musik.
7) Shu Kong, semacam rebab berukuran besar dari Cina.
8) Gendang, semacam tambur dengan dua permukaan, juga merupakan perangkat gamelan Jawa, Sunda, dan Bali yang fungsinya untuk memainkan irama.
B. Tanjidor Tanjidor yaitu homogen orkes rakyat Betawi yang memakai alat-alat musik Barat, terutama
alat musik tiup. Orkes ini muncul pada kurun ke-18. Valckenier seorang gubernur jenderal Belanda pada ketika itu mempunyai rombongan yang terdiri 15 orang pemain alat musik tiup, pemain gamelan,
pesuling Cina, dan pemain tambur dari Turki. Saat itu, orkes pimpinannya disebut Slaven. Slaven yaitu orkes yang menjadi cikal bakal musik tanjidor. Pada umumnya, alat-alat musik pada tanjidor, antara lain alat musik tiup (cornet a piston), trombon, tenor, klarinet, bas, dan dilengkapi dengan alat musik membran yang biasa disebut tambur atau genderang.
(Alat-alat musik yang digunakan dalam musik tanjidor)
Musik ini biasanya untuk mengiringi pawai atau arakarakan pengantin. Lagu-lagu yang biasa dimainkan ibarat Jali-Jali, Surilang, Cente Manis, dan Merpati
Putih.
C. Gamelan Ajeng Gamelan ajeng diperkirakan berasal dari Pasundan, lalu musik tersebut berkembang di wilayah budaya Betawi. Akibatnya, gamelan ajeng ini berbeda dengan gamelan ajeng Sunda. Perbedaannya terletak pada reportoar. Gamelan ajeng selain menerima efek Sunda, juga menerima efek Bali. Pada awalnya, gamelan ini bersifat sebagai musik upacara. Namun, dalam perkembangannya, gamelan ajeng biasa digunakan untuk mengiringi tarian yang disebut tari Balenggo Ajeng atau tari Topeng Gong sebagai pengiring wayang kulit atau wayang orang Betawi serta program keluarga. Alat musik gamelan ajeng terdiri atas sebuah kromong, sepuluh pencon, gendang (terdiri atas dua buah gendang besar dan dua buah gendang kecil), sebuah kecrek, dan adakala juga yang memakai dua buah gong yang masing-masing disebut gong aki dan gong perempuan.
(Gamelan ajeng)
Dahulu, gamelan ajeng dianggap sakral. Oleh alasannya yaitu itu, gamelan ajeng hanya dimainkan pada
saat program pernikahan. Gamelan ajeng dilambangkan dengan dua gong besar yang disebut gong lanang dan gong wadon. Gamelan ajeng mempunyai kekhususan hanya ditabuh di beberapa tempat tertentu, yaitu pajengan, sebuah panggung setinggi dua meter. Jenis gamelan ini masih ada di beberapa tempat, ibarat Ciputat, Depok, dan Bogor. Di tempat itu, gemelan ajeng sering dinamakan gamelan gong atau gong saja.
(seni musik wahyu purnomo) D. Musik Marawis Musik marawis yaitu satu jenis ”band tepok” dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Nama marawis diambil dari nama alat musik yang digunakan kesenian ini. Alat musik tersebut ada tiga jenis.
1) Perkusi rebana atau gendang ukuran kecil yang garis tengahnya 10 cm, tinggi 17 cm, dan kedua gendangnya tertutup. Inilah yang disebut marawis (paling sedikit digunakan empat buah).
2) Perkusi besar, tinggi 50 cm, garis tengah 10 cm yang disebut ”hadir” dengan kedua gendangnya tertutup.
3) Papan tepok.
Kadang kala perkusi dilengkapi dengan tamborin atau kecrek. Lagu-lagu yang dibawakan biasanya berirama gambus atau padang pasir. Lagu yang dinyanyikan diiringi oleh jenis pukulan tertentu. Ada tiga jenis pukulan, yaitu zapin, sarah, dan zaefah. Pukulan zapi
n mengiringi lagu-lagu bangga pada ketika pentas di panggung, ibarat labu berbalas pantun. Pukulan sarah digunakan untuk mengarak pengantin. Adapun pukulan zahefah untuk mengiringi lagu-lagu di majlas. Musik marawis itu cukup unik, pemainnya bersifat turun-temurun. Pemain musik tersebut terdiri atas sepuluh orang yang sebagian besar masih dalam kaitan darah, contohnya kakek, cucu, dan keponakan. Musik marawis sering juga ditampilkan pada program hajatan ibarat sunatan dan pesta perkawinan.