Showing posts sorted by relevance for query pengertian-contoh-dan-ciri-ciri-riya-4. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query pengertian-contoh-dan-ciri-ciri-riya-4. Sort by date Show all posts

Pengertian, Contoh, Dan Ciri-Ciri Riya | 4 Cara Menghindari Sikap Riya

Pengertian riya secara bahasa yakni menawarkan amal kebaikan kepada orang lain. Menurut istilah riya yakni menawarkan ibadah dengan maksud dan tujuan dilihat insan dan mengharapkan kebanggaan atas apa yang diperlihatkannya itu. Riya merupakan sikap tercela sebagaimana hasad. Riya berasal dari kata ru’yah yang berarti penglihatan. Dari asal katanya riya sanggup dipahami sebagai sikap atau sikap yang ingin dilihat atau diperlihatkan kepada orang lain. Tujuannya untuk memperoleh pujian, penghargaan, dan posisi tertentu dalam hati manusia. Sebagian ulama mendefinisikan riya sebagai menginginkan kedudukan dalam hati insan dengan cara menawarkan aneka macam kebaikan kepada mereka. Riya merupakan sifat yang sangat halus. Riya diibaratkan mirip mencari semut hitam yang berjalan di atas kerikil hitam pada malam gelap gulita. Oleh lantaran halusnya kadang kita tidak menyadari bahwa riya telah bersarang dalam hati. Keberadaan riya dalam hati dan amal sangat berbahaya lantaran ia sanggup menghapus pahala dari amal saleh yang telah dilaksanakan. (Uwes al-Qorni. 1997. Halaman 43–45)
 yakni menawarkan amal kebaikan kepada orang lain Pengertian, Contoh, dan Ciri-Ciri Riya | 4 Cara Menghindari Perilaku Riya
     Contoh riya seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, A menunaikan salat lantaran dilihat oleh orang tuanya. Tujuan A mungkin hanya untuk menerima kebanggaan dari orang tuanya. Hanya kebanggaan dari orang tuanya yang didapatkan tanpa menerima rida Allah Swt. B rajin berguru hanya lantaran ingin dipuji orang tuanya dan beberapa tumpuan lainnya.
 
Ciri-Ciri Riya
    Riya merupakan penyakit hati yang tidak sanggup dilihat oleh penglihatan. Meskipun demikian, orang yang mempunyai sifat riya sanggup dilihat dari ciri-cirinya. Di antara ciri-ciri sifat riya sebagai berikut.
1. Merasa bahagia dan ringan dalam melaksanakan ibadah jikalau dilihat orang lain.
2. Merasa bahagia jikalau perbuatannya menerima kebanggaan dari orang lain.
3. Ada perubahan sikap, gaya bicara, dan penampilan jikalau berhadapan dengan penguasa.
    Berhati-hatilah jikalau salah satu ciri riya yang telah disebutkan terdapat dalam diri. Jika salah satu ciri riya terdapat dalam diri, benahi niat bahwa ibadah yang kita lakukan hanya untuk Allah Swt. semata. Perbaiki niat jikalau rasa bahagia telah terasa dikala perbuatan yang kita lakukan menerima kebanggaan orang lain.

4 Cara Menghindari Perilaku Riya
    Riya bukanlah penyakit yang tidak sanggup diobati. Riya sanggup dihilangkan bertahap dan dihindari dengan cara melaksanakan hal-hal berikut.
1. Menghilangkan Sebab-Sebab Riya
    Seseorang berbuat riya disebabkan oleh hal-hal tertentu. Untuk menghilangkan dan menghindari riya, penyebab riya harus dihilangkan. Jika penyebab riya tidak dihilangkan, riya tidak akan pernah hilang dari dalam hati. Membiarkan penyebab riya bersarang dalam hati sama dengan membiarkan riya tumbuh dan berkembang. Oleh lantaran itu, seseorang yang ingin menghilangkan riya dari hati harus menghilangkan penyebabnya. Jika sebab-sebab riya telah hilang, sikap riya akan hilang dengan sendirinya. (Sa’id Hawwa. 2006. Halaman 209)
2. Mengikhlaskan Ibadah untuk Allah Swt Semata
    Manusia dikaruniai Allah Swt. nikmat yang berlimpah. Hidup dan kehidupan merupakan karunia yang tidak ternilai harganya. Oleh lantaran itu, pantaslah jikalau insan melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. sebagai wujud rasa syukur atas karunia dan nikmat-Nya. Ibadah harus dilaksanakan dengan tulus hanya untuk Allah Swt. semata. Hidup, mati, dan ibadah hanya untuk Allah Swt., zat yang mengaruniakan hidup dan kehidupan. Ibadah yang dilakukan dengan tulus akan menhindarkan diri dari Riya.
 yakni menawarkan amal kebaikan kepada orang lain Pengertian, Contoh, dan Ciri-Ciri Riya | 4 Cara Menghindari Perilaku Riya
3. Berusaha Melawan Bisikan Setan
    Seseorang yang melaksanakan ibadah harus berusaha untuk melawan bisikan setan. Setan selalu mengajak insan untuk berbuat buruk, termasuk riya. Bisikan setan harus terus-menerus dilawan lantaran mereka tidak berhenti menarik hati sekejap pun. Jangan sekalikali menuruti permintaan setan lantaran ia akan menyengsarakan insan baik di dunia maupun di akhirat. Jika setan telah mengajak untuk berbuat riya, kita harus segera memperbaiki niat dan mengembalikannya hanya untuk Allah Swt. semata.
4. Menyadari bahwa Hanya Allah Swt. yang Memberi Balasan
    Setiap amal insan akan menerima jawaban yang sesuai. Amal kebajikan akan menerima jawaban yang baik. Amal jelek akan menerima jawaban jelek pula. Kesadaran bahwa hanya Allah Swt. yang sanggup memberi jawaban merupakan cara menghilangkan dan menghindari riya dari hati. Manusia tidak akan bisa memberi jawaban terhadap amal yang dilaksanakan oleh sesamanya. Hanya Allah Swt. yang bisa memberi jawaban terhadap amal perbuatan makhluk-Nya.

    Riya sanggup muncul sewaktu-waktu tanpa permisi. Riya berarti melaksanakan suatu perbuatan tidak tulus lantaran Allah Swt. Motivasi melaksanakan suatu perbuatan atau ibadah yakni untuk menerima kebanggaan atau mencari kawasan di hati manusia. Amal atau ibadah yang dilakukan lantaran riya hanya akan menerima kebanggaan dari insan dan tidak menerima pahala dari-Nya. Seseorang yang berperilaku riya membaguskan ibadah atau amalnya jikalau dilihat orang lain. Jika tidak ada yang melihat, ia akan melakukannya sesuka hati bahkan meninggalkannya. Seseorang yang berperilaku riya menunaikan salat jikalau dilihat orang lain. Jika tidak dilihat, mungkin saja ia tidak menunaikannya.  Riya dikategorikan sebagai sikap munafik lantaran seseorang yang riya berbuat baik jikalau dilihat orang lain. Apa yang dilakukan oleh pelaku riya tidak sesuai dengan hatinya. Selain itu, di depan orang tertentu ia melaksanakan perbuatan baik, tetapi di belakang perbuatan yang dilakukan sebaliknya. Pantaslah jikalau riya dikategorikan sebagai perbuatan munafik. Riya juga dikategorikan sebagai perbuatan syirik khafiy. Perbuatan yang dilakukan dengan riya berarti dilaksanakan tidak tulus lantaran Allah Swt. Ia berniat melaksanakan suatu perbuatan untuk selain Allah Swt. Oleh lantaran itu, riya juga dikategorikan sebagai syirik kecil. Hal tersebut disebabkan orang yang riya beribadah tetapi selingkuh Allah Swt. Ia melaksanakan perbuatan dengan tujuan memperoleh kebanggaan dari manusia. Menduakan Allah Swt. dengan makhluk merupakan perbuatan syirik khafiy (tersembunyi). Riya sangat berbahaya jikalau ada dalam hati seseorang. Dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman mirip berikut.
 yakni menawarkan amal kebaikan kepada orang lain Pengertian, Contoh, dan Ciri-Ciri Riya | 4 Cara Menghindari Perilaku Riya
 Artinya: (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya. (Q.S.al-Ma‘un [107]: 5–6)
    Berdasarkan ayat di atas sanggup kita ketahui bahwa orang-orang yang mempunyai sifat riya termasuk orang yang celaka. Mereka melaksanakan ibadah tidak tulus lantaran Allah Swt. Mereka melaksanakan ibadah hanya untuk menerima kebanggaan dari sesama. Hanya kebanggaan dari sesama insan itulah yang diperoleh oleh orang yang riya. Rasulullah saw. sangat khawatir jikalau umatnya terserang penyakit ini. Kekhawatiran Rasulullah saw. tercermin dalam sebuah hadis yang artinya, ”Dari Abu Sa’id al-Khudriy berkata,”Rasulullah saw. pernah menemui kami dan kami sedang berbincang wacana al-Masih Dajjal. Maka ia saw bersabda,”Maukah kalian saya beritahu wacana apa yang saya takutkan terhadap kalian daripada al-Masih Dajjal?’ Kami menjawab, ’Tentu wahai Rasulullah. ’Beliau saw. berkata, ’Syirik yang tersembunyi, yaitu orang yang melaksanakan salat kemudian membaguskan salatnya tatkala dilihat oleh orang lain’.” (H.R.Ibnu Majah dan Baihaqi)